kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Mardiana melego ruko dan tanah demi fashion week


Jumat, 09 Maret 2012 / 15:33 WIB
Mardiana melego ruko dan tanah demi fashion week
ILUSTRASI. Coca-Cola. REUTERS/Regis Duvignau/File Photo 


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi

Berkat Bali Fashion Week yang Mardiana Ika gagas, kini lahir fashion week di daerah-daerah lain. Namun, tidak sedikit pengorbanannya saat menggelar Bali Fashion Week. Tanpa bantuan siapa pun, ia harus mendanai sendiri kegiatan itu.

Selama 17 tahun berkiprah di industri fesyen Tanah Air, Mardiana Ika sudah melakukan beberapa terobosan. Salah satunya adalah menggagas lahirnya Bali Fashion Week. Pada 2000 silam, ia menyelenggarakan kegiatan Bali Fashion Week yang perdana.

Dari Bali Fashion Week ini kemudian lahir fashion week di beberapa daerah, seperti Yogyakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week di Jakarta. "Tapi, perlu proses agak panjang hingga lahir fashion week di daerah lain itu," kenang Ika.

Menurut Ika, butuh waktu empat tahun sejak penyelenggaraan Bali Fashion Week pertama sampai kelahiran fashion week di beberapa daerah.

Selama empat tahun itu, ia konsisten menyelenggarakan ajang mode tahunan tersebut di Bali. Semua kegiatan dia lakukan secara mandiri, termasuk untuk pendanaannya juga.

Contohnya, saat pertama menggelar Bali Fashion Week di tahun 2000. Untuk mendanai acara ini, Ika menjual ruko dan sebidang tanah miliknya di Bali seharga Rp 350 juta.

Kemudian, pada Bali Fashion Week kedua, Ika juga harus menjual rumahnya di Bali seharga Rp 350 juta. Dan, saat penyelenggaraan Bali Fashion Week ketiga, dia juga mesti melego ruko yang sudah ia sewa ke orang lain dan masih dalam masa kontrak selama lima tahun. "Saya terpaksa melepaskan rumah toko tersebut, meskipun berada di tempat yang strategis," kenangnya.

Begitu juga dengan pergelaran Bali Fashion Week yang keempat. Celakanya, selain didanai sendiri, Bali Fashion Week keempat itu sepi pengunjung karena Bali baru diguncang bom. "Tapi, saya tetap bertahan dan konsisten menyelenggarakan perhelatan itu, karena saya selalu melihat manfaat penyelenggaraannya ke depan," terang Ika.

Ajang Bali Fashion Week ini hanya bertahan hingga tahun 2008. Ia memilih tidak meneruskannya lagi karena merasa sudah cukup. Terlebih, gagasannya tersebut telah berkembang di banyak kota.

Ia pun menyambut positif kemunculan fashion week di beberapa daerah. Ika merasa keinginannya memajukan industri fashion di Indonesia mulai membuahkan hasil. "Saya sendiri menyadari, perkembangan dunia fashion memang tidak sekali jadi, butuh tahapan-tahapan yang harus dijalani," ujarnya.

Ika sendiri tidak pernah absen mengikuti berbagai perhelatan fashion week di berbagai kota. Setiap ajang mode tahunan itu tiba, ia selalu tampil dengan hasil rancangan-rancangan busana teranyarnya.

Dalam setahun, minimal dia membuat sekitar dua rancangan baru. Hingga saat ini, hasil rancangannya itu sudah banyak dipasarkan, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Sebagai desainer senior yang sudah banyak menghasilkan karya, banyak generasi muda yang ingin berguru kepadanya. Bahkan, banyak pelajar sekolah mode dari Inggris yang magang kerja di tempatnya. Mereka umumnya berasal dari St. Martin School of Art London College of Fashion, dan Leicester School.

Oleh Ika, para pelajar asing itu kemudian dia ajak untuk praktik langsung membuat pola atau desain busana. "Sebenarnya, saya bukan guru, lo, tapi lebih tepatnya sebagai mentor," katanya merendah.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×