kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Margin usaha produksi face shield bisa 40%, tertarik?


Rabu, 17 Juni 2020 / 20:53 WIB
Margin usaha produksi face shield bisa 40%, tertarik?
ILUSTRASI. Penumpang memakai masker dan pelindung wajah (face shield) di Kereta Api (KA) Ranggajati relasi Cirebon-Jember saat transit di Stasiun Balapan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (14/6/2020).


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Ingatkah Anda, pada awal masa pandemi di Indonesia, yakni Maret, ada seorang ibu yang jadi viral ketika berbelanja di supermarket. Alih-alih memakai masker, ibu tadi menggunakan plastik dari botol air mineral yang dipotong dan dipakai untuk pelindung muka.

Saat itu, aksi sang ibu mengundang tawa, lebih lagi alasannya memakai pelindung muka. “Biar ludahnya enggak muncrat ke mana-mana,” ujarnya dalam bahasa Jawa.

Kini ceritanya sudah beda. Masyarakat telah akrab memakai masker kain di luar rumah. Banyak pula orang menggunakan face shield atau pelindung wajah, agar tetap yakin aman dari paparan virus korona.

Jadi, bukan hal aneh lagi, saat orang yang bukan tenaga medis, mengenakan face shield untuk aktivitas mereka di luar rumah. 

Baca Juga: Aktivitas bisnis mulai berjalan, Panorama Group sewakan bus dengan protokol kesehatan

Lebih lagi pada hari-hari mendatang, di mana beberapa pemerintah daerah menerapakan fase kenormalan baru atau new normal. Alhasil, pelindung diri seperti masker dan face shield tetap banyak dicari orang.

Maklumlah, para pengelola keramaian publik juga mewajibkan perangkat ini. Misalnya saja, PT Kereta Api Indonesia (KAI). 

Nah, melihat situasi ini, beberapa orang pun berinovasi. Mereka mulai memproduksi dan menjual pelindung wajah atau face shield.

Salah satunya Dennis Halim dan Handiyando. Memasarkan face shield lewat akun instagramnya, @faceshield_indonesia, mereka menuai untung tak sedikit.

Baca Juga: Simak panduan protokol kesehatan bagi peritel dan pusat belanja saat new normal

Dennis bilang, semua tak lepas dari melihat peluang dan kondisi saat ini. “Melihat pasien corona terus bertambah, dan kita akan menghadapi new normal, maka banyak orang butuh face shield sebagai alat proteksi tambahan,” ungkap Dennis.

Meski usaha baru berjalan dua bulan, Dennis bilang usaha ini cukuplah menjanjikan. Buktinya, kalau di awal usaha bisa menjual puluhan, kini ratusan face shield bisa terjual.

Tak hanya individu, ada juga sekolah, restoran, korporasi, salon, sekolah, dan barbershop di seluruh Indonesia.

Untuk satu unit face shield, Dennis membanderolnya dengan harga Rp 15.000. Dalam sehari, dia mengaku bisa mengantongi omzet Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, atau sekitar Rp 30 juta sampai Rp 90 juta per bulan.

Baca Juga: Pekerjakan karyawan menjelang new normal, wajib ikuti Keputusan Menteri Kesehatan ini

Dengan hasil omzet tersebut, marjin yang mereka dapat sekitar 25% sampai 30%. “Kalau balik modal sekitar dua bulan,” sebut Dennis.

Tak hanya Dennis, Oktaviana Setia Eka Pradiani, produsen face shield di Teluk Gong, Jakarta Utara, juga menangkap peluang yang sama.

“Waktu itu ada video di sosial media yang menampilkan seorang ibu paruh baya menggunakan botol plastik bekas untuk menutup wajah saat berbelanja ke supermarket. Dari situ coba deh buat face shield,” kata Via, panggilan akrabnya.

Via yang berjualan face shield pada pertengahan April 2020 pun tak menyangka, penjualan lewat sosial media dan marketplace menuai sukses. Dari Aceh hingga Papua memesan produk pelindung wajahnya.

Baca Juga: Ini kiat bertahan kemitraan makanan dan minuman saat pandemi

Dalam sehari pun, dirinya bisa menjual 200 lebih face shield. Tak heran, omzet per hari yang dia dapuk mencapai Rp 5 juta, atau mencapai Rp 150 juta per bulannya.

Dari hasil tersebut, marjin yang Via peroleh mencapai 40% bahkan lebih. Sehingga tak ditampiknya, balik modal tak sampai setahun, bahkan kurang dari enam bulan. “Cepat balik modal, karena pas momennya. Berbeda halnya, saat tidak pandemi,” ujarnya.

Capaian hasil manis pun dicicipi Yanwar Prasetio. Pemilik @relawanfaceshield ini dapat memperoleh omzet Rp 500.000 sampai Rp 1 juta per hari.

Padahal, Yanwar bilang, awalnya produksi face shield dilakukan untuk membantu para relawan yang kesulitan mendapat produk itu. “Saat itu harga face shield juga mahal dan penjualnya sangat jarang,” ucap Yanwar. 

Baca Juga: Kena PHK? Jangan pusing, begini cara mengatasi pendapatan yang terbatas

Permintaan pun terus datang, khususnya dari para relawan hingga beberapa institusi, salah satunya Direktorat Jenderal Bea Cukai. Selama dua bulan menjajal usaha ini, Yanwar menyebut mampu memproduksi dan menjual 3.000 unit face shield dengan harga satuan Rp 15.000.

Karena itulah, balik modalnya hanya memakan waktu dua minggu. “Sebab modalnya tak banyak dan marjin yang diperoleh sekitar 30% sampai 40%,” jelas Yanwar.

Permintaan pasar yang tinggi pun turut menaikkan pamor usaha face shield PT Indomika Utama. Hasil produksi face shield milik Arifudin laris terjual.

Bahkan dalam sehari, Arif bisa menjual 1.000 unit face shield yang dibanderol dengan harga Rp 30.000. “Kurang lebih omzet yang diperoleh per hari mencapai Rp 36 juta,” kata Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×