kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Mayoritas barang impor dari Singapura (2)


Senin, 03 Juni 2013 / 15:32 WIB
Mayoritas barang impor dari Singapura (2)
ILUSTRASI. Pendiri Twitter sebut Bitcoin akan menggntikan dollar AS, harga BTC melonjak. REUTERS/Edgar Su.


Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini

Jumat siang, ketika KONTAN menyambangi sentra penjualan barang bekas di Pasar Angso Duo, Jambi, para pedagang terlihat sibuk menata dagangan. Ada pula pekerja yang sibuk membongkar pasokan barang yang baru tiba dari suplier.

Salah seorang pedagang, Siti Fatimah menyebut, barang-barang yang baru tiba itu memang harus terlebih dahulu disortir sebelum dipajang. "Kami bedakan kategori baik, sedang hingga buruk," tuturnya.

Soalnya ketika membeli stok barang bekas, pedagang tidak bisa melihat jelas seluruh isi dalam karung (bal). Masing-masing bal berisi satu jenis barang, misalnya pakaian atau sepatu. Namun, barang-barang di dalam bal bercampur satu antara yang masih bagus, atau ada bagian yang kotor ataupun cacat.

Menurut Siti, seluruh stok barang berasal dari Singapura. Yang ia tahu, sejak mulai berdagang 13 tahun silam, barang-barang tersebut masuk ke Indonesia lewat Batam. "Dulu, saya ambil sendiri ke Batam, sekarang tidak," ujar Siti.

Memang, sejak pasar barang bekas ini kian populer, pengepul barang menyambangi sekali dalam seminggu. Siti tinggal menunggu kedatangan pengepul yang biasa membawa puluhan bal. Setiap bal berisi barang bekas seberat 100 kilogram. Pedagang membeli dengan harga Rp 2,5 juta hingga Rp 4,5 juta per bal, tergantung jenis barang dan kualitasnya.

Setelah bal dibayar barulah pedagang membuka barangnya di toko, dan mulai proses menyortir. Kemudian, pedagang akan menetapkan harga jual berdasarkan kualitas.

Soal kisaran harga jual kepada konsumen, para pedagang tidak menetapkan harga mati. "Kalau dirasa-rasa sudah bisa balik modal, ya sisa barang dijual saja sesuai yang ditawar konsumen. Kan saya tinggal ambil untung," ujar Siti.

Memang, jika berbelanja di pasar barang bekas Angso Duo ini, konsumen harus pintar-pintar menawar.
 
Siti mematok harga kaos mulai dari Rp 5.000 per lembar. Kemeja dan pakaian lainnya dibanderol Rp 10.000−Rp 25.000 per lembar. Yang paling mahal tas yang masih bagus atau koper kecil, yaitu seharga Rp 100.000.

Selain pintar menawar, pembeli pun harus jeli melihat kondisi barang. Sebab, barang yang dijual tidak selalu dalam kondisi sempurna. "Karena kami terima dari pemasok dalam kondisi campur, jadi jual apa adanya. Kadang ada barang yang kotor dan cacat," imbuh Murni, pedagang lain.

Namun, jangan khawatir, untuk barang yang terkena cacat atau kotor, Murni memasang harga miring. Ia mencontohkan, satu bal sprei berisi 30 helai dibelinya seharga Rp 3 juta. Biasanya, ia mematok harga berkisar Rp 175.000 hingga Rp 300.000 per helai. Nah, jika kondisi barang bagus, Murni akan membuka harga di atas rata-rata. Tapi,  jika barang jelek, dijual di bawah harga itu.

Murni bilang, masih banyak orang yang memilih berbelanja di Pasar BJ, lantaran  barangnya halus dan enak dipakai. Maklum, produk seperti sprei kebanyakan berasal dari apartemen dan hotel di Singapura. "Banyak pejabat daerah baik dari Jakarta hingga Surabaya ke sini," klaim Murni.
(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×