kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat dari dekat sentra pembuatan kopi Lintong (bagian 1)


Sabtu, 07 September 2019 / 09:45 WIB
Melihat dari dekat sentra pembuatan kopi Lintong (bagian 1)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbicara soal kopi, Indonesia adalah gudang tempat kopi terkenal berada. Sebut saja ada kopi Aceh Gayo, Garut, Bali Kintamani, kopi Mandailing, Toraja dan lainnya. Termasuk juga salah satu jenis kopi yang ada di daerah Danau Toba bagian Selatan, terutama di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara yang bernama kopi Lintong.

Di daerah tersebut, kopi sudah menjadi sebuah ritual wajib bagi masyarakat sekitar. Mulai dari berkebun kopi, menggilingnya hingga menyeduhnya yang membuat pelancong makin keranjingan ke daerah tersebut.

Saat KONTAN menyambangi daerah tersebut awal Agustus kemarin, memang terlihat hijaunya kebun kopi yang menyatu dengan keteduhan hutan di sana. Hawa sejuk di daerah tersebut seolah membuat semangat para penduduk mengolah kopi.

Potensi inilah yang sudah mulai dilihat penduduk kopi di Humang Hasundutan sejak awal 2000-an. Salah satunya adalah Gani Silaban, salah seorang petani kopi Lintong. Saat menyelesaikan kuliah, ia langsung memutuskan pulang kampung menjadi petani kopi. "Saya juga membuat komunitas kopi bersama petani kopi lainnya," katanya ke KONTAN.

Baca Juga: Mencicipi kopi wine khas Toba di Starbucks-nya Pulau Samosir

Awalnya, Gani hanya sebatas sebagai petani kopi saja dan menjual biji kopi mentah alias green bean. Tapi setelah melihat margin yang menggiurkan untuk produk kopi siap jual, ia pun mulai merambah bisnis pengolahan biji kopi.

Pemain lainnya adalah Manat Samosir. Mengawali bisnis di tahun yang sama dengan Gani, Manat jadi ikut-ikutan tertarik berbisnis kopi. Bedanya, Manat mengawali usaha sebagai penyedia jasa giling kopi. Setelah melihat pemain lain bisa berbisnis sebagai pemasok kopi, ia pun mulai merambah sektor tersebut. "Saya sempat menjadi pengumpul kopi antara 2003-2005," tuturnya.

Pelan namun pasti, kedua pebisnis kopi tersebut mulai merambah sektor lain di seputaran lingkaran produksi kopi. Tak cuma sekedar menggiling kopi saja, tapi juga membuat produk kopi serta menjualnya ke pasaran.

Untuk lebih mengoptimalkan bisnis, Gani Silaban membentuk koperasi yang berisi para petani kopi di Desa  Nagasaribu dengan nama KSU POM Humbang. Dan sudah ada sekitar 80 petani kopi yang bergabung.

Baca Juga: Mengupas legenda kacang Sihobuk (bagian 1)

Dari koperasi inilah menghasilkan beberapa produk kopi asli Desa Lintong yakni Kopi Premium Sumatra Lintong Coffee dan Kopi Wild Luwak Sumatra Lintong.
Saban bulan, koperasi ini sanggup menjual sekitar 300 kilogram (kg) sampai 500 kilogram kopi Premium Sumatra Lintong. Harga per pak kopi ini Rp 60.000 untuk ukuran 250 gram. Sedangkan kopi  Wild Luwak Sumatra Lintong, bisa terjual 10 kg - 20 kg dengan harga Rp 100.000 per pak (250 g).

Berkat pemasaran via digital lewat Amazon, kopi luwak Lintong sudah tersebar ke sejumlah negara di Amerika, Eropa dan Jepang. Sedangkan di dalam negeri sudah merambah Jawa, Bali hingga Papua.

Tak mau ketinggalan, Manat Samosir juga membuat kumpulan petani kopi bernama Gapoktan Mutiara Kasih. Ia sendiri juga sudah mengekspor biji kopi antara 3 ton sampai  5 ton per bulan dan membuat ragam produk siap saji.                                  n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×