Reporter: Noverius Laoli, Revi Yohana | Editor: Havid Vebri
Limbah kertas gampang ditemukan di sekitar kita. Bila diolah secara kreatif, limbah kertas bisa menghasilkan laba besar. Kreasi mengolah kertas ini bisa dihasilkan melalui seni origami, dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan.
Di tangan-tangan nan terampil, kertas bekas yang biasanya dibuang percuma dan menjadi limbah, bisa disulap menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi. Beragam produk kerajinan yang terbuat dari limbah kertas sebagai bahan baku utamanya banyak ditemukan di berbagai tempat. Kerajinan itu salah satunya dihasilkan melalui seni origami atau seni melipat kertas.
Origami berasal dari Jepang yang mulai dikenal sejak abad ke-17. Di zaman ini, origami berkembang menjadi aksesori untuk menghias rumah,kamar, pelaminan pernikahan, kado, dan sebagainya. Seni origami ini merupakan hasil kerja tangan yang cukup teliti dan penuh kreativitas. Salah satu produsen origami adalah Agus Pramono di Kediri, Jawa Timur.
Di bawah bendera usaha Maheswari Art and Craft, ia memproduksi aneka kerajinan origami tiga dimensi (3D). Diantaranya ada yang berbentuk burung bangau, menara masjid, dan aneka bunga. Kendati tanpa cat pewarna, origami buatannya nampak unik dan artistik.
Bahan materialnya juga sangat sederhana, yakni kertas bekas dan lem perekat. "Biasanya saya menggunakan lem kayu yang sudah dicampur air agar cair, dan bisa disemprotkan ke kertas sebagai bahan perekat," ucapnya.
Untuk bahan baku, Agus memilih kertas-kertas bekas yang memiliki tingkat ketebalan tinggi, seperti kertas brosur, karton dan kertas koran bekas. Dibutuhkan waktu sekitar seminggu untuk membuat produk origami berukuran besar.
Produk kerajinan origami tersebut dibanderol mulai Rp 15.000 - Rp 50.000 per buah. Selain di Kediri, ia juga memasarkan hasil karyanya lewat internet. Dalam sebulan, Agus bisa menjual hingga ribuan jenisproduk origami. "Selama ini yang paling banyak dipesan origami berbentuk burung bangau," ujarnya.
Dari usahanya ini, Agus meraup omzet Rp 10 juta per bulan, dengan laba 70%. Laba bisnis ini cukup besar lantaran biaya bahan bakunya hanya 10% dari omzet. Pemain lain yang sukses menekuni usaha ini adalah Basri Sepang yang bermukim di Makassar. Pria 33 tahun ini awalnya hanya membantu anaknya mengerjakan tugas sekolah. Dari itulah kecintaannya terhadap origami tumbuh.
Tahun 1999, ia pun mulai memasarkan hasil kerajinan origaminya. Sama halnya Agus, ia juga membuat origami 3D. "Bahannya bisa dari undangan bekas dan koran," ujar Basri. Kertas-kertas itu kemudian dipotong menjadi bentuk persegi. Lalu dikelompokkan berdasarkan warna-warna tertentu.
Begitu ada pesanan, Basri pun tinggal merangkainya. Produksi origami ini memang dilakukan saat ada pesanan saja. Sebulan, ia menerima 200 pesanan. Dengan harga jual Rp 10.000- Rp 100.000, omzetnya dari usaha ini Rp 5 juta per bul
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News