Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Siapa sangka, Kota Tegal ternyata tidak hanya dikenal dengan sebutan warung tegal atau warteg saja. Ternyata, Tegal juga memiliki julukan lain sebagai Jepangnya Indonesia. Tidak hanya itu, Tegal juga memiliki julukan Kota Bahari.
Sebutan tesebut dikarenakan banyak masyarakat Tegal yang memiliki kemampuan andal di bidang industri logam. Tak heran, usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bidang industri logam banyak berdiri di kota tersebut.
Salah satunya adalah UMKM milik Imron Rosadi yang diberi nama UD Setia Kawan. Usaha yang telah berdiri sejak tahun 1970 ini telah memproduksi berbagai macam produk yang berhubungan dengan peralatan atau komponen kapal laut.
Dulunya UMKM ini merupakan usaha orang tuanya, namun sejak tahun 2011, Imron yang merupakan lulusan sarjana Perkapalan memutuskan untuk melanjutkan usaha orang tuanya tersebut.
"Kalau saya sendiri itu tahun 2011, kebetulan kan almarhum orang tua saya juga bergerak di bidang logam juga, salah satunya adalah kapal. Kebetulan kan saya kuliah di perkapalan," ujar Imron saat ditemui di rumahnya, Rabu (5/4).
Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Pentingnya Digitalisasi dan Inklusi Keuangan Bagi Perkembangan UKM
Ada beberapa alasan yang membuat dirinya memutuskan untuk terjun ke industri komponen perkapalan. Salah satunya adalah banyak kapal laut yang beroperasi di Indonesia juga mendatangkan cuan yang menjanjikan bagi bisnisnya.
Imron mengatakan, produk yang dihasilkan oleh UD Setia Kawan ini telah merambah ke berbagai kota di Indonesia. Sebut saja, bagi daerah yang memiliki pelabuhan besar yang membutuhkan komponen kapal seperti Batam, Balikpapan, Samarinda, Surabaya dan Jakarta.
Adapun komponen kapal yang diproduksinya adalah seperti pintu kapal, jendela, air vent head, hingga sanding pipe head.
Pandemi Covid-19 nyatanya juga sepat menghantam bisnis usahanya. Tak tangung-tanggung, dirinya sempat mengalami penurunan omzet hingga 80% pada saat itu. Ini tidak terlepas dari kegiatan perkapalan yang sempat terhenti pada saat pandemi Covid-19.
"Jadi pandemi kemarin itu, pergerakan orang sama barang kan berhenti senua, yang jelas alat transportasi kan berhenti. Saya sampai 80% penurunannya (omzet)," katanya.
Terlebih lagi, naiknya harga bakan baku hingga empat kali lipat pada saat Pandemi Covid-19 juga menjadi kendalanya dalam menjalankan bisnis.
"Waktu pandemi kan kita kan dapat kontrak satu tahun, kirimnya kan bertahap. Pas pertengahan itu dalam satu bulan bahan baku naik empat kali. Tapi kan alhamdulilahnya masih tetap berjalan," terang Imron.
Meski begitu, dirinya tidak mengurangi jumlah karyawannya meskipun ada penurunan omzet di komponen perkapalan. Saat ini, dirinya memperkerjakan 20 karyawan yang semuanya merupakan warga sekitar. Bahkan dirinya mengaku, omzet dari penjualan komponen perkapalan ini sudah menyamai sebelum pandemi covid-19.
"Kalau (komponen) kapal itu sudah hampir menyamai sebelum pandemi. Untuk kapal itu sudah mulai naik lagi (permintaan). Sudah 80%-an," imbuhnya.
Pemain yang sama yakni UD Karya Manunggal Manufaktur (KMM) juga mendapat cuan yang menjanjikan dari bisnis komponen perkapalan ini. UMKM milik Komaru Zaman ini sudah berdiri sejak tahun 2003 dan memang sejak awal sudah bergerak di bidang komponen perkapalan
Sang istri, Astri, mengatakan bahwa suaminya ternyata memiliki hubungan kakak adik dengan Imron Rosadi. Tak heran, jika UD KMM ini juga merupakan usaha turun temurun dari sang ayah. Sama dengan UD Setia Kawan, perusahan miliknya juga kerap mendapatkan tempahan komponen kapal dari berbagai kota di seluruh Indonesia.
Hanya saja yang membuat berbeda, UD KMM mencoba peluang yang besar lagi untuk terjun ke komponen otomatif.
"Tapi di pertengahan 2018, kita melihat ada peluang di otomotif, jadi kita putuskan untuk belajar dulu dibawah bimbingan YDBA dan dinas perindustrian Tegal," ujar Astri saat ditemui di Tegal, Rabu (5/4).
Astri bercerita, pada saat pandemi Covid-19, omzetnya di komponen otomatif sempat mengalami anjlok hingga 60%. Namun, untuk komponen perkapalan, dirinya mengakui tidak berdampak kepada bisnisnya karena telah meneken MoU dengan perusahaan di Kalimantan.
Untuk satu PO komponen perkalapan, Astri bilang memerlukan waktu pengerjaan sekitar 4 bulan dengan omzet mencapai Rp 900 juta per empat bulan.
"Ada dua kapal (pemesanan), jadi waktu pandemi kita tetap bekerja," imbuhnya.
Baca Juga: Redha Kitchen, UMKM Kue Lebaran Banjir Pesanan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News