Sumber: KONTAN Mingguan | Editor: Djumyati P.
Di jalan dalam kota Jakarta pastinya macet, tapi bodi PCX termasuk kecil cuma sedikit agak lebar saja. No problem. Riding position bisa 2 model, dengan kaki lurus ke bawah yang cocok untuk stop and go atau sedikit selonjor. Bodinya pun masih terhitung enteng.
Begitulah Saranto menuangkan pengalamannya mengendarai skuter matik Honda PCX barunya di blog pribadinya: arantan.wordpress.com. Dalam tulisan berjudul Apakah Honda PCX Pas untuk Harian yang tayang 21 Maret 2013, dia apa adanya mengupas kelebihan dan kekurangan tunggangan barunya tersebut.
Me-review produk sepeda motor kemudian menorehkannya ke dalam sebuah tulisan di blog sudah menjadi hobi pria 43 tahun ini, sejak 2006 lalu. Untuk bisa memberi penilaian secara utuh terhadap sebuah motor, Saranto tak membeli semua produk. “Saya sering meminjam motor teman untuk test ride,” katanya.
Lantaran bukan pesanan dari produsen motor untuk me-review sebuah produk, Saranto menceritakan apa adanya semua kelebihan dan kekurangan motor yang dia jajal, mulai performa mesin, porok, bodi, sampai aksesorinya.
Tapi, Saranto tidak melulu me-review produk motor dengan melakukan uji berkendara terlebih dahulu. Kadang ia memberikan penilaian berdasarkan gambar yang dia dapat di internet. Biasanya, penilaian ini ia berikan terhadap produk-produk yang belum meluncur di pasaran. Contohnya, skuter matik merek Sym 400i. “Selain me-review produk, saya juga menilai kebijakan pemerintah di bidang otomotif seperti rencana kebijakan nomor polisi ganjil-genap,” ujar karyawan Mandiri Sekuritas ini.
Hobi me-review produk otomotif dan menggoresnya menjadi sebuah tulisan juga menjadi hobi Taufik Hidayat Niswan. “Saya senang menulis otomotif. Kalau sudah senang, ya, saya selalu antusias me-review produk,” kata Taufik.
Sama seperti Saranto, Taufik juga mengulas produk-produk motor di situs pribadinya, TMCBlog.com. Dia menekuni hobi me-review produk motor sejak 2008 lalu.
Awalnya, dia hanya menuangkan artikel ketika ada waktu senggang. Tapi, kini dia menulis dua artikel per hari. Sumber tulisannya tidak hanya berasal dari pengalaman pribadi melakukan test ride, tapi juga pengalaman orang lain dan berita-berita di media massa.
Untuk menarik minat pengunjung situs, tulisan harus selalu up to date dan sedang menjadi pembicaraan hangat masyarakat. Untuk itu, “Saya selalu rajin membaca buku-buku dan media otomotif, baik media cetak maupun media online, seperti Majalah Superbike dan Fastbike,” tutur Taufik.
Saat ini Taufik mengklaim jumlah pengunjung TMCBlog.com rata-rata 20.000–30.000 orang per hari. Sebagian besar viewers adalah pria dari berbagai profesi dengan rentang usia 20 tahun–40 tahun.
Rp 50 juta per bulan
Beda dengan Saranto dan Taufik, Stephen Langitan mengulas produk mobil lewat situsnya www.StephenLangitan.com. Selain mengulas sebuah produk mobil berdasarkan pengalaman test drive, dia juga menceritakan kunjungan ke sejumlah acara otomotif di dalam dan luar negeri, misal, balap mobil, pameran, dan kegiatan komunitas otomotif. “Cuma cara me-review secara detail, harus berdasarkan pengalaman sendiri,” imbuh dia.
Stephen mulai hobi membedah produk mobil di situs pribadinya sejak 2008. Hobi menulis di blog ini bermula setelah dia merasa menulis di milis selalu dibatasi oleh moderator. Maklum, pria berusia 48 tahun ini sudah keranjingan menulis di milis semenjak 2000.
Alhasil, tulisan-tulisan Saranto, Taufik, maupun, Stephen yang mengulas produk motor dan mobil terbaru menjadi rujukan banyak pecinta otomotif di Tanah Air. Blog pribadi mereka ramai dikunjungi.
Para agen tunggal pemegang merek (ATPM) pun menggandeng mereka untuk ikut me-review produk terbarunya. Tentu saja, untuk me-review produk anyar berdasarkan pesanan ATPM tidak gratis. “Saat ini pemasukan saya dari menulis artikel di blog sampai Rp 50 juta per bulan,” ungkap Stephen.
Dengan pemasukan sebesar itu, wajar jika Stephen bisa mengembangkan bisnis dari hobinya. Paling tidak, sejak Januari 2013 lalu, dia sudah mendirikan PT Media Satu Liputan (MediaSL) sebagai badan hukum yang secara resmi bertanggung jawab atas pengelolaan www.StephenLangitan.com. Saat ini, karyawan MediaSL tiga orang. Mereka direkrut Stephen untuk membantu peliputan.
Bukan tanpa dasar situs pribadi Stephen bisa menghasilkan uang. Bermacam artikel seputar otomotif yang dia publikasikan mendapat respons yang positif dari viewer alias pengunjung. Bahkan sekarang situsnya itu mampu menggaet sekitar 12.000 pengunjung per hari.
Banyaknya jumlah pengunjung itulah yang membuat situsnya mencuri perhatian sejumlah pengiklan dari industri otomotif. Sebut saja, PT Ford Motor Indonesia (FMI); PT Topindo Atlas Asia, produsen oli Top 1; PT Gajah Tunggal Tbk, produsen ban merek GT Radial; dan Shell Oil Company. “Tarif iklan Rp 5 juta–Rp 20 juta per bulan dan tulisan Rp 1,5 juta per artikel,” papar Stephen.
Untuk menulis artikel pesanan perusahaan, biasanya antara perusahaan dengan Stephen sudah menjalin kontrak kerjasama. Untuk klien tetap, pemuatan artikel beserta foto produk berkisar 4 artikel–8 artikel per bulan. Sedang untuk klien tidak tetap, hanya satu sampai dua kali penulisan artikel produk dengan biaya Rp 1,5 juta.
Kucuran fulus dari hobi menulis artikel otomotif di situs pribadi juga mengalir ke Taufik. Ayah dua anak ini pun bisa meraup rezeki tambahan dari menulis di situs pribadinya lebih dari Rp 7 juta sebulan. “Tarif iklan dan pemasangan artikel berkisar Rp 1 juta sampai Rp 3 juta per bulan,” jelas karyawan sebuah perusahaan percetakan di Jakarta ini.
Yang pasti, Taufik menambahkan, manfaat yang dia dapatkan dari hobinya itu bukan sekadar mengail rezeki. Ia juga memperoleh banyak relasi dari pabrikan otomotif dan bisa menjadi penyambung aspirasi konsumen atau pengguna kendaraan ke pabrikan
Keuntungan lain yang Taufik dapat adalah jalan-jalan ke luar negeri atas undangan pabrikan otomotif. Pada 2011 dia diundang Shell Indonesia menghadiri balap motor MotoGP di sirkuit Sepang, Malaysia. Lalu, diundang Yamaha ke Jepang dan Ducati ke Thailand.
Tapi, tidak semua mau dibilang menjadi perpanjangan tangan perusahaan otomotif. “Motivasi saya bukan uang. Bagi saya hobi ini iseng-iseng berhadiah,” kata Saranto.
Mau meniru?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News