kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memetik lembaran peluang dari daun ruskus


Sabtu, 09 Maret 2019 / 13:05 WIB
Memetik lembaran peluang dari daun ruskus


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jika dulu rangkaian bunga hanya memakai beragam jenis bunga potong untuk dalam satu rangkaian. Lima tahun belakangan, seni merangkai bunga makin berkembang. Kini, rangkaian bunga juga menggunakan beberapa jenis daun yang disebut daun potong, agar rangkaian bunga terlihat makin cantik dan segar.

Salah satu jenis tanaman yang bagian daunnya kerap dipakai sebagai pelengkap rangkaian bunga adalah daun ruskus. Daun ini memiliki warna hijau segar dan unik. Warna hijau memang terasa pas bila disematkan dalam rangkaian bunga. Kesan alami terpancar dari rangkaian tersebut.

Faktor inilah yang membuat permintaan daun ruskus terus ada. Bahkan, tak hanya pasar dalam negeri saja, permintaan daun tersebut di pasar ekspor juga potensial. Seperti Jepang yang tercatat sebagai salah satu negara pengimpor daun ruskus terbesar dari Indonesia.

Hal ini diakui oleh Ahmad Suhendro, budidaya daun ruskus asal Cianjur, Jawa Barat. "Pasar ruskus ini besar dan permintaan dari mana saja. Setiap bulan saya bisa ekspor satu kontainer daun ruskus ke Jepang. Malah kadang hanya setengah kontainer saja karena barangnya tidak ada, kata Ahmad Suhendro, pembudidaya daun ruskus asal Cianjur.

Ahmad sendiri sudah berbisnis ekspor daun ruskus sejak 2002. Untuk memenuhi permintaan ekspor, ia mengambil pasokan daun ruskus dari lahannya sendiri yang seluas dua hektare (ha). Selain dari ladang sendiri ia juga mencari pasokan dari beberapa petani ruskus di sekitar Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur. "Jadi lahan siapapun yang memang sedang ada barang, kami kirim ke Jepang, tuturnya.

Selain pasar ekspor, Ahmad juga melayani pasar dalam negeri. Permintaan daun ruskus banyak datang dari Jakarta, Surabaya, Bali, dan Bandung. Ia membanderol daun ruskus antara Rp 10.000 sampai Rp 17.000 per ikat. Satu ikat berisi 10 tangkai daun ruskus.

Harga tersebut dibanderol berdasarkan kualitas, ukuran daun, dan jumlah pesanan. Ia mengklaim sanggup menjual antara 5.000 ikat sampai 7.000 ikat daun ruskus per bulan. "Untuk pasar ekspor, kami ada harga sendiri, tergantung negara tujuannya dan jumlahnya, tuturnya.

Tingginya permintaan daun ruskus juga diakui Aang Kunaefi asal Cipanas, Jawa Barat. Ia mulai budidaya daun ruskus sejak 2012. Pemintaan daun ruskus setiap tahun terus mengalami peningkatan. Berbeda dengan Ahmad yang juga membidik pasar ekspor, Aang lebih memilih untuk menggarap pasar dalam negeri.

Menurut dia pasar domestik juga masih menjanjikan dan masih belum banyak pihak yang menggarap. "Permintaan dari sekitar Jawa Barat dan Jakarta saja banyak sekali. Saya sering menolak permintaan karena barang tidak ada karena masih sedikit yang menanam ruskus," katanya.

Dalam sebulan, Aang mengklaim bisa mengirim 1.000 ikat –3.000 ikat ruskus ke konsumen di Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung dan sekitarnya. Satu ikat darun ruskus dengan panjang sekitar 30 cm sampai dengan 40 cm dibanderol dengan harga mulai dari Rp 12.000 sampai Rp 15.000.

Ia juga bisa menyediakan ukuran yang lebih panjang, tapi harganya jelas beda.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×