kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.464   19,00   0,12%
  • IDX 7.135   28,71   0,40%
  • KOMPAS100 1.038   4,41   0,43%
  • LQ45 809   3,15   0,39%
  • ISSI 225   1,52   0,68%
  • IDX30 422   1,71   0,41%
  • IDXHIDIV20 508   5,55   1,11%
  • IDX80 117   0,54   0,46%
  • IDXV30 121   1,68   1,40%
  • IDXQ30 138   0,64   0,47%

Memproduksi topeng sesuai dengan selera pasar (2)


Kamis, 05 November 2015 / 12:39 WIB
Memproduksi topeng sesuai dengan selera pasar (2)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Seiring tuntutan zaman, topeng hasil karya para perajin di Desa Mas, Banjar Batan Ancak, Ubud, Bali, mulai memiliki keragaman bentuk, warna, dan ukuran. Topeng ini bukan lagi hanya untuk kebutuhan acara seni tari tradisional. Topeng juga banyak digunakan untuk keperluan ritual keagamaan dan cendera mata wisatawan.  

Sebagai daerah pariwisata, Bali dikenal sebagai penghasil kerajinan dengan nilai seni tinggi. Selain kerajinan ukiran kayu tradisional, patung, dan lukisan, Bali juga kesohor sebagai pusat kerajinan topeng yang reputasinya telah tersebar hingga ke mancanegara.

Bagi masyarakat Bali, kerajinan topeng bukan hanya sekadar pelengkap kesenian tari tradisional. Lebih dari itu, topeng juga digunakan untuk melengkapi acara ritual keagamaan.

Begitu pula karya topeng hasil karya para perajin di Desa Mas, Banjar Batan Ancak, Ubud, Bali. Salah seorang perajin topeng di desa ini adalah Kadek Suryana. Menurut Kadek, pada awal tahun 1980-an, sebagian besar topeng karya perajin di desanya berbentuk klasik. Topeng itu banyak digunakan untuk pelengkap tarian upacara adat.

Contohnya, upacara keagamaan di pura, acara odalan atau ngaben. Kadek bilang, untuk menyambut ritual keagamaan, sebelumnya seniman tari harus memproduksi topeng sendiri. Para pembuat topeng harus mengerti cerita (lakon) topeng, menguasai tabuh dan tari, sehingga menghasilkan karya seni yang memuaskan.

Namun, kata Kadek, perkembangan zaman turut mengubah perjalanan karya seni topeng di Bali. "Kalau sekarang bentuk topeng di sini sudah banyak inovasi karena untuk kepentingan komersial. Jadi, topeng lebih beragam dari bentuk, warna, dan ukurannya,” katanya.

Saat ini, lanjut Kadek, topeng hasil karya para perajin di desanya bukan hanya dicat warna kulit atau netral. “Sekarang banyak topeng yang memiliki warna kontras seperti ungu, kuning, atau oranye," imbuh dia.

Made Arya Awawa, perajin topeng lainnya di Desa Banjar Batan Ancak menambahkan, bahan baku yang dipakai untuk membuat topeng adalah kayu kenanga dan kayu pule. Kayu ini dinilai tahan panas. Jika topeng dijemur, bahannya tidak mudah patah. Bahan baku kayu pule ini biasa diperoleh para perajin dari Desa Kobetan, Bitra, Gianyar, Bali.

Menurut Made, bahan kayu itu dipahat oleh para perajin yang sudah memiliki keterampilan khusus dalam membuat seni topeng. Pertama, kata Made, perajin harus mengubah kayu gelondongan menjadi balok-balok terlebih dahulu. Lalu, setiap balok kayu dibagi jadi dua. Selanjutnya, masing-masing balok itu dipahat membentuk perisai hingga menjadi pola dasar topeng.

Tahap selanjutnya, pola dasar diukir untuk membentuk mata dan hidung wujud topeng. Pada tahap ini, perajin membubuhkan motif tambahan di topeng. Terakhir, bahan topeng diamplas hingga halus dan pengecatan atau pengukiran sesuai karakter yang diinginkan.

Setelah menjadi topeng seutuhnya, para perajin memasarkan hasil karyanya di galeri masing-masing. Tapi, kata Made, ada pula topeng buatannya dipajang di sejumlah pameran, seperti Bali Art Festival yang biasa digelar di Denpasar, Bali.  

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×