Reporter: Fahriyadi, Hafid Fuad | Editor: Tri Adi
Mestinya perhelatan olah raga sekaliber SEA Games menjadi peluang bagi seluruh usaha kecil dan menengah yang memproduksi gantungan kunci, pulpen, mug, gelang karet, pin, hingga kaus. Tapi tren permintaan suvenir SEA Games hanya terjadi di gerai resmi dan tak lagi melibatkan pelaku usaha skala UKM untuk suvenir duplikatnya.
SEA Games XXVI tinggal menghitung hari. Pesta olah raga dua tahunan ini akan segera bergulir di dua kota yakni Palembang dan Jakarta pada 11-25 November 2011.
Setiap kali terselenggara hajatan olah raga besar, yang melibatkan banyak negara, merchandise atau suvenir selalu menjadi buruan masyarakat. Seperti yang terlihat di Toko Suvenir resmi SEA Games yang dikelola Indonesia SEA Games XXVI Organizing Committee (Inasoc) di lantai 3 Plaza Senayan.
Saat KONTAN menyambangi gerai tersebut pada Jumat (28/10) siang, terlihat beragam produk suvenir SEA Games berjajar rapi di etalase. Menurut Teddy Longi, pengelola gerai suvenir SEA Games, respons masyarakat terhadap produk yang dijajakannya cukup baik. "Setiap hari rata-rata 50 orang datang ke toko kami untuk berbelanja. Jumlah pengunjung pun berlipat pada akhir minggu," ujarnya.
Beraneka produk SEA Games yang dijual, antara lain, kaus, topi, pin, mug, boneka gantungan kunci, pensil, tas, dan magnet kulkas. Untuk menambah daya tarik, mereka juga menyediakan prangko dengan logo resmi SEA Games dan sepatu lukis yang sedang ngetren saat ini," ujar Teddy.
Teddy menambahkan, pengunjung didominasi oleh pekerja kantoran. Maklum, lokasi toko berdekatan dengan wilayah perkantoran.
Harga barang-barang tersedia mulai seharga Rp 11.000 untuk pin, hingga harga termahal yakni radio limited edition yang dilepas seharga Rp 2,5 juta. Namun mayoritas pembeli rata-rata memburu kaus seharga Rp 130.000 dan boneka maskot SEA Games seharga Rp 110.000.
Dalam sehari, penjualan pernak-pernik ini bisa mencapai puluhan per item. "Pihak Angkasa Pura pernah datang ke sini untuk membeli bermacam pernak-pernik SEA Games untuk penyambutan kontingen negara lain di bandara," tambah Teddy.
Sayang, antusiasme itu tak terlihat di produsen aksesori skala UKM yang biasa memproduksi aksesori dan suvenir bertajuk kegiatan olah raga macam SEA Games ini. Niggeu, pemilik Mahago Aksesoris di Bandung menuturkan, minat masyarakat terhadap SEA Games hingga sebulan menjelang pembukaan ini sangat minim.
Sebagai ilustrasi, Niggeu yang kerap mendapat pesanan suvenir dari perhelatan akbar ini tak mendapatkan banyak pesanan untuk suvenir SEA Games. "Untuk SEA Games kali ini kami hanya memproduksi tak lebih dari 1.000 pepes suvenir untuk di didistribusikan ke berbagai toko di Bandung dan sekitarnya," tegas Niggeu.
Suvenir buatan Niggeu itu merupakan pesanan dari salah satu provider telepon seluler yang menjadi sponsor SEA Games ini. Suvenir itu untuk promosi perusahaan seluler tersebut.
Niggeu mengaku, sengaja tak memperbanyak produksi suvenir bertema SEA Games untuk menghindari kerugian. "Terus terang, memproduksi 1.000 pieces ini menjadi taruhan bagi usaha kami," tutur Niggeu. Ia pun hanya menargetkan produksinya terjual sekitar 60%.
Banyak orang, lanjut Niggeu, memandang apatis perhelatan ini karena beberapa hal, selain belajar dari SEA Games sebelumnya yang tak terlalu besar, "Terlebih SEA Games kali ini berbau cerita miring tentang skandal korupsi pembangunan Wisma Atlet," ujarnya.
Itu sebabnya Niggeu lebih senang membuat suvenir untuk Piala Dunia dan Olimpiade. "Piala Dunia dan Olimpiade bisa menghasilkan omzet 50% lebih banyak dari bulan biasanya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News