Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi
Kupu-kupu yang mempunyai sayap indah berwarna-warni tentu menarik untuk dijadikan hiasan. Itulah sebabnya, kupu-kupu banyak diburu untuk diawetkan dan dijual sebagai suvenir. Tidak hanya dijual di dalam negeri, suvenir kupu-kupu juga diekspor hingga ke Eropa.
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayatinya. Termasuk kaya akan jenis kupu-kupu. Bahkan beberapa jenis kupu-kupu mempunyai sayap nan indah, sehingga bisa dijadikan hiasan tembok rumah atau sekadar sebagai suvenir. Itulah sebabnya, permintaannya suvenir kupu-kupu yang telah diawetkan ini terus terbang kian tinggi.
Adalah Muchamad Chatim Magfur, pemilik Dahlia Insects Souvenir, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta yang terus merasakan indahnya laba-laba dari penjualan kupu-kupu hias ini. Chatim yang memulai usaha kupu-kupu sejak 1998 ini bahkan tercatat sebagai salah satu eksportir kupu-kupu untuk kawasan Asia Timur, terutama untuk Jepang dan Korea Selatan.
Sayangnya, setelah Jepang dilanda tsunami pada Maret lalu, ekspor kupu-kupu ke Negeri Matahari Terbit ini menurun sekitar 25%. "Hanya pasar China yang belum tembus," ujar Chatim.
Chatim mengungkapkan, dia mengekspor kupu-kupu yang diawetkan itu dalam bentuk sudah dipigura, berupa gantungan kunci, atau hiasan tempat pensil atau bolpoin. Chatim sendiri menjual aneka produk cendera mata itu mulai seharga Rp 15.000 hingga Rp 3 juta.
Menurut Chatim, pada Februari hingga Juli adalah masa panen dari dagangan kupu-kupunya ini. Pada saat itu, di kawasan Asia Timur sedang mengalami musim panas. Musim ini adalah saatnya orang berlibur dan berburu cenderamata.
Pada bulan-bulan ini, Chatim mampu mengirim hingga empat kali dalam sebulan dengan berat rata-rata per pengiriman mencapai 400 kg. "Omzet saya dalam empat pengiriman itu bisa mencapai Rp 500 juta," ujar Chatim. Adapun di bulan di luar bulan-bulan itu, omzet Chatim sekitar Rp 70 juta hingga Rp 80 juta per bulan.
Untuk bahan baku kupu-kupu hidup, Chatim tidak mengalami kesulitan karena dia menjalin kerja sama dengan para penangkar kupu-kupu yang tersebar di berbagai wilayah di Tanah Air, seperti di Puncak, Jawa Barat, Bengkulu, dan Sulawei Selatan. "Jenis kupu-kupu yang digemari konsumen adalah blue mountain swallowtail (Papilio ulyses). Kupu-kupu jenis ini banyak ditemukan di daerah Indonesia timur," jelas Chatim.
Banyaknya penangkar dan banyaknya kupu-kupu yang dihasilkan itulah yang membuat Chatim yakin bisnis ini bisa bertahan lama. Tentu tak hanya Chatim yang merasakan indahnya laba dari berbisnis kupu-kupu. Pedagang kupu-kupu asal Makassar, Sulawesi Selatan, Anwar Embung juga merasakan nikmat serupa.
Kalau Chatim fokus pada pasar Asia Timur, Anwar sudah menembus pasar Eropa, seperti Swiss dan Belanda. "Saya juga ekspor ke Malaysia, Singapura, dan Jepang," terang Anwar.
Anwar mengatakan dalam sebulan dia mampu mengekspor produknya sebanyak 600 buah. Harga yang dia banderol berkisar Rp 100.000 sampai Rp 300.000 per unit. "Dalam seminggu biasanya saya mampu memperoleh Rp 10 juta," ucapnya.
Untuk memenuhi permintaan pasar Anwar memiliki penangkaran sendiri yang berukuran 9x15 meter. Ada sekitar 100 jenis kupu-kupu di penangkaran itu.
Dalam sehari, Anwar bersama 18 karyawannya mampu menghasilkan sekitar 100 unit kupu-kupu hias. "Tidak sulit membuat hiasan kupu-kupu yang diawetkan, yang terpenting adalah ketelitian dan kehati-hatian agar sayap kupu-kupu tidak rusak," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News