kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menangkap peluang di balik huruf


Senin, 13 April 2015 / 15:06 WIB


Reporter: Izzatul Mazidah, Rani Nossar, Rizki Caturini, Silvana Maya Pratiwi | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Seni tipografi memiliki peranan penting di setiap lini bisnis sebuah perusahaan, baik yang berskala kecil maupun besar. Teknik pemilihan dan pengaturan tulisan ini bertujuan agar arti tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca. Tak hanya terbatas pemilihan jenis huruf, melainkan juga ukuran huruf, termasuk dekorasi dan kesesuaian tema secara keseluruhan. Tata letak tulisan pada bidang desain pun ikut diperhitungkan.

Ilmu itu kini kian meluas penggunaannya. Tak hanya dalam desain grafis, desain situs, aneka media promosi seperti pamflet, desain produk hingga desain interior ruangan membutuhkannya.

Penggunaannya yang lekat dengan kegiatan promosi membuat seni ini makin dibutuhkan oleh para pebisnis untuk memperkenalkan produk maupun jasa yang mereka tawarkan. Tujuannya adalah agar tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca.

Jamal Masykur Aziz, salah satu ilustrator dari Jakarta, mengatakan, bukan sekadar menggambar huruf, seni tipografi harus melalui proses riset dan pengembangan sebelum dapat diaplikasikan. Berawal dari bekerja sebagai ilustrator di sebuah perusahaan teknologi informasi (TI) di Jakarta, Jamal mendapatkan tawaran mendesain ruangan coffee shop milik salah satu band indie Endah and Rhesa di tahun 2013.

Lewat bakat menggambar yang dia miliki, Jamal mendapatkan respons yang cukup baik dari karyanya yang dia torehkan di coffee shop tersebut. Dari situ, Jamal mulai mendapatkan tawaran-tawaran lainnya yang lebih menantang. "Awalnya saya hanya membuat seni lukis dinding atau mural satu warna, kemudian permintaan makin berkembang menjadi lebih rumit," ujarnya.

Dari situ dia melihat peluang desain mural ini memiliki prospek yang bagus. Dia pun mengembangkan kemampuan dengan mengikuti pelatihan seni menggambar huruf atau hand lettering. Dia bilang, seni hand lettering ini bentuk penulisannya lebih bebas dari seni kaligrafi.  

Menurutnya, design grafis tipografi merupakan elemen seni yang mendukung elemen seni lain. "Tipografi pendukung dari suatu desain. sebuah huruf bisa jadi karya seni," jelas pria yang sudah menggeluti tipografi selama dua tahun ini.

Tarif jasa bervariasi

Lewat merek usaha Lapantigatiga, Jamal banyak memamerkan hasil desainnya lewat berbagai media sosial dan platform komunitas desain seperti Behance. "Awalnya hanya mural satu warna, dari situ kemudian muncul tawaran dari coffee shop lain dan mulai agak rumit permintannya. Lukis dinding seperti ini bisa jadi sesuatu yang lebih dari sekadar seni," ujarnya kepada KONTAN.

Bagi Yuditha Sitinjak, desainer huruf lainnya dari Jakarta menyampaikan, bisa dibilang tipografi itu punya emosi apalagi dibuat dalam satu desain. Sebab, seni ini seperti mempunyai bahasa sendiri yang dapat dilihat. Ditha, panggilan akrabnya, membuat karya-karya tipografi untuk dekorasi dalam ruangan dengan media kanvas lewat merek usaha Typographyisme.

Tulisan-tulisan karya Ditha lebih mengarah ke kutipan insipratif, sehingga pasarnya lebih umum dan universal. Ide kutipan-kutipan yang dia buat datang dari dirinya sendiri atau dari orang-orang terkenal di dunia.

Sementara Joel Febianto pemilik Fantasia Studio di Surabaya memilih teknik mengecat yang menghasilkan goresan seperti goresan kapur. Dia bilang, meski mural dengan menggunakan kapur sedang populer saat ini, namun dia memilih untuk memiliki ciri khas sendiri.

Memulai usaha sejak tahun 2012, Joel menyesuaikan konsep karyanya dengan brand usaha si klien. "Karena tujuan dari mural selain memperindah tetapi juga untuk mendukung menjual brand atau usaha dari klien," kata dia.

Para desainer memiliki tipe konsumen masing-masing sesuai karya yang mereka hasilkan. Ditha misalnya, bisanya mendapatkan konsumen perorangan untuk kebutuhan interior kamar atau ruangan di rumah. Beberapa konsumen dari korporasi juga terkadang memesan produk padanya. Tarif karya-karyanya berkisar Rp 350.000 hingga Rp 750.000 per unit. "Sebulan biasanya saya mengerjakan sekitar
10 karya. Rata-rata sebulan omzet mencapai Rp 10 juta," kata Ditha.

Sementara Jamal lebih banyak mendapatkan konsumen dari kafe dan korporasi. Dia membanderol karya ilustrasinya senilai
Rp 650.000-Rp 750.000 per meter persegi (m²). Ini belum termasuk harga jasa sketsa dan akomodasi jika lokasi di luar Jabodetabek, alat dan bahan baku. Sedangkan untuk jasa mural hand lettering dibanderol senilai Rp 450.000 per (m²).

Dalam seminggu Jamal bisa mengerjakan minimal tiga karya. Rata-rata Jamal bisa meraih omzet Rp 8 juta-Rp 12 juta per bulan. "Untuk promosi saya masih menggunakan Instagram dan Behance," tutur Jamal.

Joel pun lebih banyak mendapatkan konsumen dari korporasi. Dia sudah pernah menggarap proyek desain dari sejumlah kafe hingga hotel, beberapa di antaranya adalah Ron's Laboratory, U Cafe (AsiaterraFB) dan Grandmas Hotel.

 Bicara soal tarif jasa, tergantung dari konsep dan ukuran mural yang akan dibuat. Joel membandrol rata-rata tarif mulai sekitar Rp 6 juta sampai puluhan juta rupiah dalam satu tempat. Jika dihitung-hitung, omzet usaha yang didapatkan Joel bisa mencapai Rp 10 juta-Rp 20 juta per bulan.

Lama pengerjaan tergantung kesulitan

Bicara soal teknik pembuatan seni desain tipografi ini, Joel Febianto pemilik Fantasia Studio di Surabaya,  bilang susah-susah gampang. Ada berbagai masalah yang dihadapi misalnya media atau alas yang susah untuk di cat, posisi media mural yang kurang nyaman atau sulit dijangkau dan sebagainya.

Proses pembuatannya pun sangat beragam, mulai dari hanya beberapa hari hingga bisa sampai berminggu-minggu. Semakin rumit detail konsep desain akan memakan waktu pengerjaan yang semakin lama.

Jamal Masykur Aziz, salah satu ilustrator dari Jakarta, misalnya, akan meminta rancangan desain tiga dimensi dari klien untuk pengerjaan mural suatu kafe. Setelah itu dia melanjutkan pada tahap proses survei area yang akan digambar dan media apa yang bakal digunakan. "Survei dan pengerjaan di lokasi bisa sampai dua hari sampai tiga hari," kata Jamal.

Selanjutnya dia membuat rancangan kasar dan diajukan kembali kepada konsumen.  "Kalau order tipografi biasanya lebih cepet dari itu," kata Jamal yang memiliki aliran realis dan surelis ini.

Jamal mengaku sudah memiliki banyak pelanggan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri seperti dari toko, outlet baju, distro, kedai kopi, restoran dan sekolah. Beberapa brand terkenal yang pernah ditangani antara lain Pierro, Wake Up Coffee Shop, Crematology Coffee Roasters, dan Earhouse. "Saat ini klien terbanyak dari coffee shop," jelasnya.

Sementara Yuditha Sitinjak yang membuat karya-karya tipografi untuk dekorasi dalam ruangan dengan media kanvas, mengatakan, lama pengerjaan karya-karyanya juga bervariasi. Untuk ukuran kertas A2 dengan banyak detail, masa pengerjaannya bisa sampai dua minggu. Namun, ada kalanya hanya tiga jam sampai empat jam saja apabila desainnya lebih sederhana.

Dalam waktu dekat, Yuditha ingin membuka galeri sendiri sehingga pelanggan yang datang bisa langsung pilih. Selama hampir setahun menjalani bisnis ini, Yuditha masih mengalami kendala soal pemasaran.

Baginya seni tipografi belum banyak dikenal masyarakat luas sehingga memang ia memasarkannya langsung kepada orang yang paham soal seni. "Untuk sekarang masih di kalangan dekat saja," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×