kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Mengais Untung dari Pengolahan Belatung


Sabtu, 20 Juli 2024 / 09:00 WIB
Mengais Untung dari Pengolahan Belatung
Pekerja membersihkan maggot di fasilitas produksi Magalarva di Gunung Sindur, Rabu (10/07/2024). KONTAN/Baihaki/10/7/2024


Reporter: Rashif Usman | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi sebagian besar orang, limbah makanan merupakan sesuatu yang sangat dihindari lantaran kotor dan berpotensi menimbulkan penyakit. Namun, dilihat dari sudut pandang yang berbeda, limbah makanan justru membawa cuan. Hal inilah yang dilakukan oleh Founder & CEO Magalarva, Rendria Labde.

Sejak 2018, Rendria sudah mengolah sampah menggunakan bantuan belatung atau maggot lalat hitam (black soldier fly). Maggot merupakan pengurai yang efektif materi organik yang sudah mati, seperti bangkai hewan dan sisa-sisa tumbuhan. 

Nah, Magalarva mengolah sampah makanan menjadi protein untuk pakan ternak menggunakan spesies maggot. Sampah yang diperoleh umumnya berasal dari waste collector, tempat pembuangan sampah (TPS), hotel dan restoran. Kemudian sampah tersebut disortir dan dilumatkan sesuai grade yang sebelumnya ditetapkan.

Selanjutnya, olahan sampah tadi diletakkan dalam keranjang di setiap rak pengembangbiakkan. Sementara larva yang telah dihasilkan dari perkawinan maggot ditempatkan dalam keranjang olahan sampah. Di situlah terjadi proses pembesaran maggot selama sembilan hari.

Baca Juga: Menangguk cuan dari larva lalat tentara hitam

Maggot yang sudah siap panen dibersihkan menggunakan mesin khusus untuk kemudian dikeringkan. Cara mengeringkannya pun dengan memberikan pressure untuk dijadikan tepung olahan bagi pakan ternak.

Tahap selanjutnya masuk ke quality control, dikemas dan dikirim ke masing-masing distributor pakan ternak. Hasil panennya pun dibedakan, tergantung kebutuhan tiap distributor. 

Pada 2018, Rendria  melakukan sejumlah uji coba budi daya larva lalat dengan memanfaatkan sampah organik. Kala itu, ia sempat trial and error untuk bisa mengolah sampah dan memanen maggot. Awalnya ia hanya mampu mengolah sampah makanan 50 kilogram (kg) per hari. Dari situ ia mampu memanen sekitar 5 kg maggot per hari. 

Rendria tak mengungkapkan berapa omzet yang dihasilkan dari bisnis belatung tersebut. Yang jelas, saat ini ia sudah mampu mengolah lebih banyak lagi sampah dengan hasil panen maggot yang juga berlimpah.

"Sekarang sekitar 9-10 ton sampah per hari. Kami on the way ke arah 12 ton untuk bisa mengolah sampah lebih banyak. Sekarang kira-kira 1 ton per hari panen maggotnya," ucap dia.

Bulan ini Magalarva siap melakukan ekspansi bisnis dengan memperluas penjualan larva ke pasar ekspor sebanyak 15 ton maggot. Langkah ini ditempuh usai mendapatkan pendanaan SGD 200.000 dari Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation pada tahun 2024. 

Magalarva membeli mesin baru agar produksi makin lancar dan lebih efisien. 

Dengan bisnisnya yang kian berkembang, Rendria telah banyak memberdayakan masyarakat sekitar untuk membantunya mengelola sampah sebagai bahan baku pakan maggot. Ia bilang, saat ini Magalarva memberdayakan sekitar 25-30 orang.

Selanjutnya: Catat Rute Ganjil Genap Jakarta Selatan, Simak Biar Tidak Kena Tilang!

Menarik Dibaca: Menu Viral Croissant Penyet Ada di Holland Bakery dengan Promo Diskon 20%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×