kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengalap berkah dengan kerajinan berbahan baku limbah


Kamis, 25 November 2010 / 14:29 WIB
ILUSTRASI.


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Tri Adi

Produk ramah lingkungan menjadi tren bisnis baru. Bukan hanya menimbun rupiah, niat ikut menyelamatkan lingkungan pun digaungkan para pelaku usaha ini. Kini, produk kerajinan berbahan baku limbah, seperti koran dan kardus, menjadi bisnis yang populer.

Aktivitas penyelamatan lingkungan atau yang populer dengan istilah go green kini telah mendunia. Banyak pihak berkomitmen untuk ikut serta mensukseskan gerakan ini.

Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan menggunakan produk-produk ramah lingkungan. Baik produsen maupun konsumen harus saling menyadari arti penting kegiatan penyelamatan lingkungan itu.

Belakangan, produk yang cukup sering ditemui yakni, barang-barang memakai bahan baku dari hasil daur ulang sampah. Maklum, bahan ini paling mudah dibuat pelbagai bentuk kerajinan tangan.

Jenis produk yang diciptakan makin beragam. Tak hanya kerajinan tas, produk lainnya, semisal sandal, tempat tisu, kotak kado, vas bunga, dan keranjang ramah lingkungan, pun ada.

Potensi bisnis yang besar tersebut memicu Wisnu Dhata menjalankan usaha CV Art Strawberry di Yogyakarta. Dagangannya berasal dari kertas kardus yang didaur ulang menjadi kertas kraft atau loom.

Lantas, dari kertas kraft ini dibuat aneka bentuk tas kertas atau goody bag, keranjang, tali kertas hingga wadah cantik serbaguna. "Tapi, fokus produk saya itu tas kertas," katanya.

Tas kertas berfungsi menggantikan kantong berbahan plastik yang relatif sulit terurai di tanah ketimbang bahan kertas. Kapasitas produksi produk ramah lingkungannya sebanyak 300.000 unit per bulan.

Untuk membuat produk kerajinan sebanyak itu, Wisnu butuh hingga 25 ton kertas kraft sebulan. Harga tas kertas buatannya Rp 450 hingga Rp 1.350 per unit. Adapun harga jual kerajinan kotak dan keranjang sekitar Rp 50.000 - Rp 80.000 per unit.

Harga jual produk ramah lingkungannya relatif murah lantaran biaya tenaga kerja bisa ditekan. Ia memberdayakan masyarakat di sekitar Kampung Trini, Yogyakarta untuk membuat bermacam kerajinan tangan itu. "Ada sekitar 100 kepala keluarga yang bisa mendapat penghasilan tambahan dari keterlibatan mereka dalam produksi ini," ujarnya.

Biasanya, pesanan terbanyak berasal dari kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Cirebon. Tak hanya pesanan lokal, tiap dua bulan Wisnu pun mendapat pesanan dari luar negeri, seperti dari Singapura, Jepang, serta Prancis.

Tiap kali pesan, rata-rata jumlah pembelian dari luar negeri sebanyak 10.000 unit. Omzet dari situ sekitar Rp 20 juta. Bila digabung dengan penjualan di pasar lokal, omzetnya tak kurang dari Rp 100 juta tiap bulan.

Bukan hanya kertas kardus, kertas koran bekas pun bisa menjadi bahan baku. Adalah Yunas Habibillah, perajin dari Yogyakarta yang menggunakan bahan baku kertas koran dan majalah untuk produk kerajinannya. Produknya, seperti sandal, tempat tisu, dompet, tas, dan tempat pensil, diberi merek Dluwang Art.

Yunas juga memadukan kertas daur ulang dengan beragam bahan lain. Antara lain, kain dan kulit sintetis untuk produk kerajinan ramah lingkungannya.

Rata-rata Yunas bisa membuat 500 pasang sandal dengan harga jual Rp 20.000 per pasang. Ia juga mampu membuat 200 unit tas yang harganya mulai Rp 15.000 hingga Rp 100.000 per unit. Kapasitas pembuatan kotak sebanyak 100 unit dengan harga jual Rp 10.000 sampai Rp 100.000 per kotak.

Omzet Yunas memang tidak sebesar Wisnu. Rata-rata omzetnya hanya Rp 10 juta per bulan. "Tapi omzet saya bisa melompat hingga Rp 20 juta ketika mengikuti pameran kerajinan di Jakarta," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×