kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Mengejar penumpang hingga ke Kalimantan


Senin, 30 Mei 2011 / 14:23 WIB
Mengejar penumpang hingga ke Kalimantan
ILUSTRASI. Bendungan Waduk Cirata


Reporter: Markus Sumartomdjon | Editor: Tri Adi

Dalam waktu dekat, Day Trans, perusahaan travel yang selama ini hanya melayani rute Jakarta-Bandung, bakal memperluas layanan hingga Jawa Tengah. Tak mau ketinggalan, Cipaganti Otojasa segera membuka jalur Balikpapan-Samarinda.

Jalan tol yang menghubungkan beberapa kota di Jawa menjadi urat nadi baru yang melancarkan arus transportasi di pulau paling padat penduduknya di Indonesia itu. Orang pun menjadi senang bepergian lewat jalur darat.

Lihat saja tol Cipularang yang menjadi rute favorit dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya. Jalur ini juga menjadi sumber rezeki bagi perusahaan angkutan antar-jemput antarprovinsi alias travel yang tumbuh subur.

Berkaca dari pengalaman rute fenomenal tersebut, beberapa perusahaan angkutan travel mulai mengepakkan sayap bisnisnya lebih lebar lagi. Salah satunya dengan memperluas rute perjalanan mereka.

PT Day Trans, misalnya. Dalam waktu dekat, anak usaha PT Panorama Transportasi Tbk ini bakal membuka rute baru ke Jawa Tengah. “Kami sedang mempersiapkan rute ini,” kata Adi Atmanto K.P., Presiden Direktur Day Trans.

Jika tak ada aral melintang, rute anyar tersebut paling cepat akan beroperasi sebelum Lebaran tahun ini atau sekitar bulan Agustus 2011. Bahkan, kalau izin sudah keluar, rute Bandung-Jakarta-Bandarlampung akan dibuka tahun ini juga.

Rute Bandung-Cirebon dan Bandung-Purwokerto menjadi rute yang paling siap dibuka. Adapun rute lainnya, yaitu Cirebon-Purwokerto, Cirebon-Semarang, dan Bandung-Semarang masih dalam penjajakan. “Tinggal menunggu izin dari instansi terkait,” ujarnya.

Yang menarik, Day Trans tidak mau mengambil jalur gemuk, seperti Yogyakarta-Solo. Sebab, anak usaha Panorama yang lain, yakni Joglo Semar sudah melayani rute ini. Tentu, Day Trans tak mau bersaing dengan saudara sekandung.

Day Trans berani menancapkan kukunya di rute-rute lain lantaran sudah melakukan riset terlebih dahulu. Pertama-tama, mereka melihat potensi pasar yang ada di jalur itu. Cirebon, Semarang, dan Purwokerto sudah berkembang menjadi kota bisnis. Banyak warga di ketiga kota ini yang hilir mudik. Lalu, kondisi infrastruktur yang menghubungkan kota-kota tersebut relatif cukup baik.

Tapi, mereka menemui persoalan saat menentukan sistem kerjasama dengan pihak lokal. Day Trans berkaca pada kasus Joglo Semar yang merupakan perusahaan angkutan travel setempat. Panorama kemudian mengakuisisi perusahaan ini menjadi anak usaha.

Nah, kini, Day Trans juga harus memutuskan apakah bakal mengambil alih seluruh saham calon mitra lokal atau cukup setengahnya saja tapi tetap menjadi pemegang saham mayoritas. Pilihan lainnya, mereka mengusung konsep waralaba. Sampai detik ini, Day Trans belum menentukan sistem kerja sama apa yang bakal mereka tempuh di rute-rute baru itu. Yang pasti, mereka sudah menemukan beberapa mitra lokal.

Day Trans menganggap penting para mitra dari putera daerah itu. Menurut Adi, perusahaan lokal sudah pasti tahu seluk-beluk wilayahnya sendiri. Pengetahuan ini sangat dibutuhkan saat mereka harus membangun terminal mini (shuttle point) tempat mangkal armada Day Trans. “Cara seperti ini sudah kami terapkan di Bandung,” ungkap Adi.

Dalam menentukan lokasi shuttle point, Day Trans akan mencermati lokasi yang sudah ada. Intinya, mereka bakal menempatkan titik kumpul para penumpang itu di tempat- tempat yang strategis, gampang dijangkau konsumen, dan dilewati banyak kendaraan umum. Contohnya adalah di pusat perbelanjaan dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). “Ini menjadi tempat yang cocok,” imbuh Adi.

Jika semua persiapan ini sudah matang, Day Trans tinggal menyiapkan si armada. Day Trans memiliki beberapa pilihan merek kendaraan untuk melayani ruti baru itu. Mereka bisa memakai Isuzu ELF, Hyundai Pregio, atau merek lain. Yang pasti, Day Trans akan menggunakan kendaraan penumpang untuk keperluan bisnis (commercial car), bukan kendaraan pribadi (passenger car).

Paling tidak, cetak biru inilah yang bakal menjadi acuan Day Trans dalam memperluas jaringannya. Memang, dalam master plan Day Trans, perusahaan ini ingin punya rute yang menghubungkan Jawa-Bali.

Makanya, selain Jawa Tengah, Day Trans juga berencana merambah ke Jawa Timur. Sudah ada tiga kota yang menjadi incaran utama mereka, yakni Surabaya, Malang, dan Cepu. Surabaya dan Malang layak mereka pilih lantaran menjadi kota tersibuk di Jawa Timur. Adapun Cepu adalah kota minyak yang menjadi basis perusahaan minyak ternama asal Amerika Serikat, ExxonMobil.


Terlalu nekad ekspansi

Tapi, sepak terjang Day Trans ini, menurut pengamat manajemen Rhenald Kasali, tergolong nekad. Sebab, Panorama baru mengelola Day Trans selama dua tahun terakhir.

Berdasarkan pengalaman historis, perusahaan bidang transportasi yang ingin memperlebar bisnisnya, setidaknya, butuh waktu minimal empat tahun. Perusahaan transportasi membutuhkan waktu selama itu untuk melakukan konsolidasi pasar. Minimal, mereka harus memperkuat basis rute yang sudah eksis terlebih dahulu. “Apalagi, rute Jakarta-Bandung masih bisa digarap lebih maksimal lagi,” kata Rhenald.

Yang menjadi pertanyaan besar Rhenald justru rute Bandung hingga Bandarlampung. Meski nantinya Day Trans bakal membuat penumpang nyaman di armadanya, bagi Rhenald, jalur ini tidak terlalu menguntungkan secara bisnis.

Semisal, waktu tempuh bakal molor, terutama saat menyeberang Selat Sunda dari Pelabuhan Merak menuju Bakaheuni yang sering terjadi antrean panjang. Nah, “Ini menjadi tidak efisien,” sahut Rhenald.

Begitu pula rute-rute lainya yang sedang dalam penjajakan. Rhenald menyarankan Day Trans memperlebar rute yang sudah ada. Misalnya, dari Bandung ke kota-kota lain.

Adi setuju dengan masukan dari Rhenald. Makanya, Day Trans tidak terburu-buru membuka rute di Jawa Timur. “Kemungkinan baru tahun depan kami buka,” kata Adi.

Saran Rhenald yang lain supaya tetap memperhatikan rute utama, Jakarta-Bandung, tetap Day Trans terapkan. Misalnya, mereka meningkatkan kualitas layanan ke para penumpang. Dua shuttle point yang juga berfungsi sebagai pojok penjualan (sales counter) di bilangan Sarinah dan Cempaka Putih mereka perbaiki. Penampilan dan fasilitas yang tersedia kini layaknya terminal tunggu bandara. Malah, yang di Sarinah berdekatan dengan Manchester United Cafe sehingga para penumpang bisa lebih nyaman menunggu kedatangan armada Day Trans.

Perbaikan serupa juga Day Trans terapkan di sebagian besar tempat mangkal armada merahnya. Catatan saja, saat ini Day Trans memiliki 16 shuttle point di Jakarta dan tiga shuttle point di Bandung.

Supaya titik kumpul menjadi mudah terjangkau, Day Trans berencana menambah jumlah terminal mini itu menjadi 40 buah hingga akhir tahun ini. Tak cuma itu saja, jumlah armada yang kini baru 100 unit bakal ditambah 100 mobil lagi hingga akhir tahun 2011.

Untuk itu, Day Trans sudah menyiapkan modal Rp 45 miliar. Sekitar Rp 39 miliar dialokasikan untuk pengadaan armada. Sebab, rata-rata, setiap mobil butuh dana sekitar Rp 350 juta. Sisanya untuk penambahan terminal mini Day Trans.

Lewat serangkain aksi dan kiat ini, manajemen Day Trans berharap bisa meraup pendapatan sebesar Rp 180 miliar pada tahun ini. Target ini lebih tinggi 20,8% ketimbang raihan omzet tahun lalu yang sebesar Rp 149 miliar.

PT Cipaganti Travel tak mau kalah gesit. Rencananya, di kuartal kedua tahun ini juga, anak usaha Cipaganti Group itu akan membuka rute Balikpapan-Samarinda.

Kedua kota ini memang belum punya jalur travel khusus. Padahal, dua kota di Kalimantan itu menjadi tempat berkumpul para eksekutif dan karyawan pekerja tambang dan perkebunan. “Potensi pasarnya memang ada,” ungkap Stanley William, juru bicara Cipaganti.

Langkah ini semakin memperkuat kuku perusahaan asal Bandung itu. Sebelumnya, Cipaganti sudah melayani rute yang melewati kota Semarang, Solo, Yogyakarta, Purwokerto, Malang, Jember, Surabaya, Lumajang, hingga Denpasar. “Kami ingin tetap sebagai penguasa pasar travel,” kata Stanley yang mengklaim Cipaganti menguasai pasar travel, khususnya jalur Jakarta-Bandung, sebesar 55% hingga 60%.

Tak cuma perluasan jalur, sisi pelayanan kepada konsumen juga selalu Cipaganti perhatikan. Misalnya, mulai bulan depan, para pelanggan bisa melakukan pembayaran tiket secara online via Bank Mandiri.

Layanan lainnya yang tak kalah canggih adalah pemberitahuan lewat pesan singkat (SMS). Nantinya, pelanggan bakal menerima jadwal keberangkatan melalui SMS.

Dari sisi armada, hingga akhir 2011, Cipaganti ingin menambah 2.500 armada yang ada menjadi dua kali lipatnya. Langkah ini kudu mereka lakukan untuk bisa mengejar target menjaring 200.000 penumpang per bulan. Di 2010, Cipaganti baru mengantar sebanyak 100.000 penumpang sebulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×