Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Batik memang fenomenal, pamornya tidak pernah hilang. Hampir seluruh daerah di Indonesia kini sudah mempunyai batik. Tak cuma batik Solo, Yogyakarta, atau Pekalongan saja, tapi di setiap daerah punya batik dengan motif yang khas. Kali ini ada batik bernama Tubo, khas Ternate, Maluku Utara.
Setiap batik punya ciri khas. Mulai dari menampilkan topografi daerah bersangkutan, flora dan fauna di daerah tersebut, hingga lambang yang menandakan kekhasan dari sebuah motif batik. Dan ini berlaku juga untuk batik Tubo.
Adalah Kustalani Syakir, pembuat dan menjadi perajin batik Tubo satu-satunya di Kampung Makasar Timur, Ternate, Maluku Utara. Ia tertarik untuk mengembangkan batik yang khas daerahnya setelah melihat hal serupa terjadi di beberapa daerah di Nusantara. Apalagi, ia punya keahlian membuat grafiti. "Kami mulai mengembangkan batik itu pada 5 November 2009," katanya kepada KONTAN di Galeri Batik Tubo, Ternate, Maluku Utara (9/4).
Kustalani menggunakan nama Tubo dari salah satu nama kampung tertua di Ternate. Kampung ini berada di sisi utara lereng Gunung Gamalama, Tobona. Karena menggunakan nama kampung itu, sehinga membuat dirinya berupaya membuat motif yang khas daerah setempat dan sekitarnya.
Saat KONTAN memperhatikan ragam motif kain batik yang ada di galeri tersebut, merupakan motif khas daerah Ternate. Misal, dari sisi warna yang lebih dominan kuning, hijau, hitam dan ada juga merah. "Warna-warna adalah warna khas Ternate," ucapnya.
Adapun motif yang tersaji di kain batik Tubo biasanya adalah motif buah endemik daerah setempat, seperti jailolo, atau buah pisang mulut bebek yang disebut tobelo. Kemudian ada juga motif simbol pemerintah di Maluku Utara yaitu tugu air, ada juga motif hasil laut di Ternate seperti ikan, udang, atau juga bunga cengkeh.
Dari ragam motif tersebut yang paling banyak penggemar adalah motif Limau Gapi. Motif ini adalah lambang dari Kesultanan Ternate berupa burung berkepala dua dengan lambang hati terbalik di dada.
Dalam proses pembuatan batik Tubo, Kustalani dibantu oleh delapan pegawai tetap serta sepuluh pekerja lepas yang mengerjakan di rumah mereka masing-masing. Hasilnya, ia saban hari rata-rata bisa memproduksi hingga 15 lembar kain batik. Batik Tubo ia jual dengan banderol harga antara Rp 200.000 per lembar sampai Rp 2 juta per lembar. "Untuk yang termahal merupakan batik tulis berbahan sutra dan dalam jumlah terbatas, limited edition," jelasnya.
Permintaan batik Tubo di galerinya tergolong positif. Tanpa menyebut besarannya, ia pastikan para pembeli selain dari dalam juga ada dari luar Ternate. Mulai dari Papua, Aceh dan Medan. Tak terkecuali para pelancong asing dari Belanda atau Prancis belanja di galerinya..
Hasil itu tidak terlepas dari upaya Kustalani yang memanfaatkan penjualan daring untuk memperluas daerah pemasaran. Meski pasar sudah meluas, ia berharap pemerintah setempat ada perhatian terhadap keberlangsungan batik Tubo. Semisal menjadikan batik Tubo jadi seragam baju pemerintahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News