Reporter: Noverius Laoli, SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Porang semakin jadi primadona petani di Indonesia. Bagaimana tidak? Tanaman yang dulu dianggap sebagai tumbuhan liar bisa membuat banyak petani menjadi miliarder.
Tak heran, sekarang semakin banyak petani di sejumlah daerah yang membudidayakan porang. Apalagi, di pasar ekspor, umbi porang yang diolah jadi tepung banyak dicari.
Ketut Sukarya, misalnya. Petani kopi asal Tabanan, Bali, ini sekarang juga membudidayakan porang. "Dulu memang banyak tumbuh liar di kebun," katanya kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Menurut dia, saat ini banyak petani kopi di daerahnya yang membudidayakan porang. Sebab, petani nyaris tidak perlu merawat apalagi memberi pupuk tanaman umbi-umbian dengan nama latin Amorphophallus muelleri itu.
Baca Juga: Pernah Jadi Pemulung, Kini Paidi Sukses Menjadi Miliarder Porang
Yang punya duit berlebih, Ketut mengungkapkan, menyewa lahan berhektare-hektare untuk ditanami porang. "Harga jualnya saat ini Rp 8.000-10.000 per kilogram," ujarnya yang juga menjual bibit porang.
Mengutip Kompas.com, Idris Tampubolon, petani dan pakar porang dari Porang Sleman Boy, mengungkapkan, dengan lahan satu hektare dan modal Rp 360 juta, bisa menghasilkan Rp 3 miliar dalam dua musim atau 18 bulan.
Di beberapa daerah di Jawa, tanaman porang dikenal dengan nama iles-iles. Porang biasanya dimanfaatkan dengan diolah menjadi tepung yang dipakai untuk bahan baku industri untuk kosmetik, pengental, lem, hingga mie ramen.
“Umbi porang dapat diolah dan dimanfaat sebagai bahan baku pembuatan beras porang, konyaku, dan tepung porang. Petani harus paham syarat tumbuh dan cara budidaya porang untuk mendapatkan hasil panen yang baik," ungkap Muhajie, praktisi agribisnis porang.
Meningkatkan kesejahteraan petani
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, porang merupakan komoditas pertanian yang sangat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan petani.
Baca Juga: Kementan dukung pengolahan dan pemasaran porang di Banyumas
Soalnya, porang merupakan salah satu komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dan sedang diminati pasar ekspor.
"Kementerian Pertanian siap mendorong potensi porang dan produk olahannya. Komoditas ini memiliki pasar ekspor ke Jepang, Taiwan, Korea, dan China serta beberapa Negara Eropa," ucap Syahrul dalam keterangan tertulis Sabtu (3/4).
Anggota Komisi IV DPR Sunarna menyebutkan, porang sedang menjadi primadona saat ini. Karena itu, peluang tersebut harus mampu ditangkap oleh petani.
“Porang saat ini sedang ramai dan seksi. Harga bagus, pasar bagus, dan peluang luas. Budidaya ini memerlukan waktu yang lama, sekitar 2 tahun, namun nilai ekonominya sangat menjanjikan," sebutnya.
Baca Juga: Bisa datangkan untung besar, porang lagi tren ditanam petani
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi menuturkan, instansinya tengah fokus mengembangkan komoditas porang.
"Kami menyelenggarakan pelatihan, bimbingan teknis, dan webinar ke petani dan masyarakat untuk mendorong petani mulai membudidayakan porang untuk dipanen atau untuk pembibitan," kata dia.
Apalagi, porang memiliki keunggulan, yakni bisa beradaptasi pada berbagai semua jenis tanah dan ketinggian antara 0 sampai 700 meter di atas permukaan laut. Tanaman porang juga relatif bisa bertahan di tanah kering.
Umbinya atau bibit porang juga bisa petani dapatkan dengan mudah. Sementara tanamannya hanya memerlukan perawatan yang minim. Kelebihan lainnya, porang bisa ditanam dengan tumpang sari karena bisa toleran dengan dengan naungan hingga 60%.
Selanjutnya: Cerita soal porang, tanaman viral yang bikin banyak petani jadi miliarder
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News