Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi
Biola mulai banyak penggemar. Perajin alat musik gesek ini pun menuai berkahnya. Ada perajin yang bisa mengerjakan lebih dari 20 biola setiap bulannya. Pesanan biola-biola yang seluruhnya buatan tangan ini biasanya datang dari sekolah-sekolah musik. Harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Bila Anda ingin membeli biola, tak ada salahnya mempertimbangkan biola merek Madani buatan Madani Violin. Biola buatan tangan ini tampil menarik dengan ukiran dan balutan kain batik di bagian rumah biola.
Hanya saja, jangan mengerutkan dahi bila Anda harus merogoh kantong cukup dalam. Muhammad Nuramin, pemilik Madani Violin yang juga seorang violis menjual biolanya dengan harga Rp 1 juta hingga Rp 4 juta.
Nuramin juga membedakan biola bikinannya dalam tiga tingkatan. Yakni biola beginner seharga Rp 1 juta, biola profesional Rp 2 juta, dan biola kolektor Rp 4 juta. Yang menbedakan ketiga jenis biola itu adalah jenis kayu yang digunakan serta detail pengerjaannya.
"Kami memilih kayu asal Indonesia yang dipilih setelah setelah serangkaian eksperimen," ujar Nuramin. Dia mengklaim, kualitas kayu yang digunakan tidak kalah dengan kayu mapple dan spruche yang biasa dipakai pada biola buatan Eropa.
Nuramin memasarkan biolanya ke sekolah biola Madani Violin Institute miliknya dan sekolah musik lain. Ia juga rajin mengikuti pameran. Bila Nuramin bisa menjual sekitar 25-30 biola per bulan, ia bisa mengantongi omzet Rp 60 juga hingga Rp 80 juta.
Nuramin punya dua prinsip dalam memproduksi biola. Yaitu, pelestarian budaya lewat sentuhan ukiran dan kain batik serta pelestarian lingkungan yang dilakukan dengan penggunaan kayu limbah atau kayu dari pohon yang telah roboh sendiri.
Biola buatan Nuramin selalu ready stock. Untuk menjangkau pasar lebih luas, ia juga berniat membuat situs dan sebuah galeri di Desa Ciomas Rahayu, Bogor.
Nah, kalau Anda menginginkan biola dengan harga lebih miring, tak ada salahnya melirik produksi Widianto. Pemilik Gali Kreativitas Grup dari Solo, Jawa Tengah, ini memang membuat biola dengan harga terjangkau.
Widianto bilang, kualitas biolanya memang tak bisa disamakan dengan biola buatan seniman yang menggunakan hati dan rasa dalam proses pembuatannya. "Tujuan saya, murni hanya membuat biola," ujarnya.
Saat ini, ia memperkerjakan delapan orang perajin biola. Mereka terbagi dalam dua tim perajin. Pengerjaan biola membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Namun, yang perlu dicatat, waktu pengerjaan satu biola maupun sepuluh biola sama saja. "Karena proses pengamplasan atau finishing bisa sekalian," ujar Widianto.
Biola buatannya terbuat dari kayu pinus, mahoni, dan jati. Tapi, yang lebih banyak digunakan adalah kayu pinus. Selain karena kuat dan suaranya lebih baik, harganya juga lebih murah ketimbang kayu mahoni. Selain itu, pinus tidak mudah dimakan rayap lantaran mengeluarkan sejenis minyak. Sedangkan biola kayu jati, biasanya, hanya dibuat kalau ada pesanan.
Widianto mewarnai biola produksinya dengan cat kayu yang kemudian dilapis melanin. Namun, penyelesaian akhir biola ini sesuai dengan keinginan konsumen. "Kadang ada konsumen yang ingin biolanya digambar tokoh kartun seperti Doraemon," ungkapnya.
Paling murah, Widianto membanderol biolanya dengan harga Rp 350.000. Sementara, harga biola termahal sebesar Rp 800.000. Bila Anda ingin tambahan, semisal senar ekor kuda, cukup menambah biaya sebesar Rp 50.000.
Widianto mengakui, lantaran memakai perajin tradisional, ketepatan waktu pengerjaan menjadi salah satu kendala produksi. Karena itu, dua minggu ini, ia akan menyempurnakan proses produksi. Selama ini, ia mengaku kewalahan memenuhi pesanan anak-anak sekolah musik yang bisa mencapai 20 buah sebulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News