Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Indonesia diberkahi tanah yang subur dan iklim tropis. Kondisi ini sangat cocok untuk perkembangan aneka jenis anggrek yang merupakan salah satu produk kembang yang di minati di berbagai negara.
Namun sayangnya, Indonesia belum maksimal menggarap potensi komoditas yang satu ini. Padahal, peluang ekspornya sangat besar.
Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Ani Andayani bilang, potensi ekspor anggrek terbilang besar. Salah satunya adalah, Anggrek bulan putih yang diminati pasar Jepang.
"Kebutuhan anggrek bulan putih di Jepang dari satu pembeli mencapai 300.000 tangkai per bulan. Anggrek ini dibutuhkan untuk pemakaman sebagai hiasan peti jenazah saat disemayamkan selama 2-3 hari," ujar Ani kepada KONTAN, Selasa (13/1).
Jumlah kebutuhan anggrek bulan putih itu, kata dia, selaras dengan jumlah penjualan rata-rata peti mati yang terjual setiap tahunnya. Selain anggrek bulan putih, pasar Jepang juga membutuhkan bunga krisan putih.
"Sebab tiap pelayat yang mencapai 70-100 orang, diberi souvenir setangkai bunga krisan putih untuk ditancapkan di depan peti yang sudah dihias anggrek putih. Jadi krisan putih pun permintaannya tinggi," imbuh Ani.
Perlu diketahui saja, bunga krisan putih di Provinsi Kyoto misalnya, dianggap sebagai bunga tanda belasungkawa. Sayangnya, belum ada pelaku usaha florikultura yang tertarik menggarap pasar anggrek putih dan krisan ini karena keterbatasan kemampuan produksi.
"Kita telat, karena tak ada yang mau investasi ke industri bunga anggrek potong," tukas Ani.
Selama ini Indonesia paling banyak mengekspor komoditas florikultura dalam bentuk daun-daunan (foliage) ke Jepang. Sebagai gambaran, per 10 tangkai foliage jenis leatherleaf misalnya, dihargai ¥2.800 atau sekitar Rp 325.000. Menarik bukan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News