Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Havid Vebri
Bisnis produk daur ulang yang ramah lingkungan kini sedang menjadi tren. Tak heran, bila produk kerajinan berbahan baku limbah, seperti karung dan kardus kini populer di masyarakat.
Potensi bisnis yang besar mendorong Ursula Tumiwa dan Milliaty Ismail terjun ke bisnis ini dengan mengusung bendera Indonesia Loh di Kemang, Jakarta Selatan.
Dagangannya berasal dari aneka limbah, seperti kertas kardus, karung gula dan karung beras yang didaur ulang menjadi produk bernilai jual tinggi. Antara lain tas ransel, tas belanja, sarung bantal dan kotak penyimpanan barang.
Mereka mulai terjun di bisnis ini sejak tahun 2011. Idenya didapat saat mereka tengah nongkrong di sebuah kafe. "Di kafe, kami melihat banyak tumpukan kardus bekas air mineral, seketika itu juga muncul ide kreatif kami untuk mengolahnya menjadi produk bernilai jual," kata Milliaty kepada KONTAN belum lama ini.
Awal terjun di bisnis daur ulang ini, mereka memanfaatkan kardus bekas air mineral menjadi kotak penyimpanan barang. Bagian dalam kotak tersebut sengaja dilapisi kain batik. "Kami sengaja memilih batik karena kami Indonesia Loh, jadi harus khas Indonesia," tutur wanita yang akrab disapa Milla ini.
Sukses dengan produk tersebut, mereka lalu mencoba membuat produk lainnya. Antara lain tas dari karung bekas. Selain itu, ada juga produk tas dari anyaman bambu.
Ursula menambahkan, awal memproduksi tas, mereka mencari pasokan karung bekas dari pasar–pasar tradisional. Karung tersebut kemudian dicuci dan dipilih yang masih layak.
Untuk menonjolkan ciri khas Indonesia, tas tersebut dilapisi dengan kain batik. Tentu pemilihan pola dan warna kain batik disesuaikan dengan bentuk tas yang dinginkan.
Lembaran karung dan kain batik itu lalu dijahit sesuai pola yang sudah dibuat. Menurut wanita yang akrab disapa Ula ini, awalnya ia sendiri yang menjahit tas tersebut. Namun, saat ini, ia sudah menjalin kerja sama dengan beberapa penjahit.
Saat ini, Indonesia Loh bekerjasama dengan lima penjahit di Jakarta dan Yogyakarta. Mereka memilih penjahit yang memiliki kemampuan menjahit tas. "Di Jakarta, ada tiga penjahit dan di Yogya untuk anyaman ada dua," ucap Ula.
Aneka produk kreatif bikinan mereka ini dibanderol mulai harga Rp 35.000 sampai Rp 350.000. Mila mengaku, mengambil keuntungan sekitar 30% hingga 50% dari setiap produk. Untuk memasarkan produknya, mereka sudah membuka sebuah toko di daerah Kemang.
Selain toko sendiri, produk daur ulang Indonesia Loh juga dipasarkan di lima tempat lain. Antara lain di alun-alun Grand Indonesia, Salihara, dan Chick Mart Kemang. Total omzet dalam sebulan Rp 11 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News