kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengusung motif klasik hingga anyar (2)


Senin, 23 September 2013 / 15:31 WIB
Mengusung motif klasik hingga anyar (2)
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kemenkeu Menimbang Dampak THR dan Larangan Ekspor CPO pada Target Pertumbuhan Ekonomi.


Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Dupla Kartini

TUBAN. Sembari membeli batik tulis kerek sebagai buah tangan, Anda bisa sekaligus melihat proses pembatikan di toko-toko batik di Kecamatan Kerek, Tuban. Pasalnya, setiap toko memang dilengkapi ruang produksi di bagian belakang. Ketika KONTAN menyambangi sentra tersebut, tampak beberapa perempuan menggoreskan lilin cair panas di atas selembar kain putih berpola.
 
Lasmini, perajin di workshop batik milik Ninik Suharmiyati bilang, bahan kain yang digunakan harus berwarna putih. Setelah kain digambar pola menggunakan pensil, selanjutnya garis-garis pola diisi dengan malam (lilin) cair yang sudah dipanaskan. "Nantinya, kain yang ditutup malam, warnanya jadi putih," tutur perempuan yang sudah membatik lebih dari 20 tahun ini.

Malam atau lilin yang dipakai dalam proses pengeblokan atau isen-isen (pengisian) tidak boleh terlalu panas. "Jika, malam terlalu panas, nanti saat dicelup, warna batiknya tidak bisa cerah," imbuh Lik Atun, perajin di workshop milik M. Sholeh.

Lanjutnya, kain berpola tersebut kemudian dicelup ke dalam rebusan warna dasar dan diangin-anginkan. Selanjutnya, kain dicelup lagi sesuai warna yang diinginkan. Lalu, kain dilungsur atau direbus hingga seluruh malam luruh. Terakhir, kain dijemur sampai kering. "Seluruh prosesnya butuh waktu dua hari," papar Atun.

Kata Lasmini, untuk setiap pengeblokan selembar kain, ia bisa membawa pulang senilai Rp 5.000. Sementara, upah menggambar kain katun sekitar Rp 25.000 dan menggambar kain sutera tarifnya Rp 35.000 per lembar. Adapun pekerjaan mencelup dan melungsur kain rata-rata dibayar
Rp 50.000 per hari.

Saat ini, kebanyakan pengusaha batik menggunakan jenis kain katun dan sutera. Ini lantaran suplai kain tenun gedog (kerek) asli sudah jarang. Menurut Atun, perlakuan antara kain katun dan sutera sangat berbeda. Makanya, tak semua perajin punya keahlian menggambar di kain sutera.

Itu sebabnya, batik tulis sutera dihargai lebih mahal ketimbang katun. Harga kain batik sutera ukuran 2 meter  berkisar Rp 450.000 - Rp 500.000. Sedangkan harga kain batik katun Rp 125.000 hingga Rp 225.000 per meter.

Kata Atun, pekerja yang bisa membatik sutera terlihat dari kehalusan sikap dan kepercayaan diri saat menggambar. Kalau sudah bakat, tidak sampai setahun sudah bisa," ujar perempuan yang sudah bekerja di workshop milik Sholeh sejak 1990-an ini.

Sampai sekarang, Uswatun masih melestarikan aneka motif warisan nenek moyang. Meski begitu, ia juga rajin membuat motif-motif anyar, karena ia juga mengajar membatik.

Ia bilang, ada beberapa motif klasik yang masih ada seperti Slimun, Gringsing, Kijing Miring, Ganggeng, dan Panji Serong. "Serong itu artinya selingkuh. Dulu raja berhak punya istri lebih dari satu. Rakyat kecil tidak boleh pakai. Tapi, sekarang sudah tidak ada batasan," terangnya.

Sebagai pengusaha Batik, Ninik juga masih sering membuat motif tradisional,  sekaligus menghasilkan motif baru. Ia menyebut beberapa motif yang populer, yakni burung merak, burung sri gunting, dan daun-daunan. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×