kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menilik peruntungan bisnis minimarket


Kamis, 31 Oktober 2013 / 13:33 WIB
ILUSTRASI. Pekerja melintas di jalan protokol MH. Thamrin, Jakarta. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Pratama Guitarra, Noor Muhammad Falih | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Toko kelontong mulai tergeser mini market yang menjamur di mana-mana. Namun, untuk membuka usaha minimarket membutuhkan modal besar. Situasi inilah yang menginspirasi CV Paguvon Lintas Nusantara meluncurkan waralaba mini market A Swalayan pada 2006 silam.

Kepala Marketing Paguvon  Agus Julianto menuturkan, minimarket yang berpusat di Klaten, Jawa Tengah ini terbilang lengkap, dan harganya terjangkau. "Kami telah berpengalaman mendirikan mini market, toserba dan mal, kami optimis bisa menggaet mitra dengan cepat," klaimnya.

A Swalayan menjual makanan dan minuman ringan, sembako dan barang kebutuhan sehari-hari. Pasokan barang disesuaikan dengan minat konsumen melalui survei di lapangan.

Sejauh ini, sudah ada 15 mitra A Swalayan yang tersebar di Klaten, Magelang, Pekalongan, Malang, Sleman, Subang, Tangerang, Bekasi hingga Depok. "Masih ada empat calon mitra yang sedang proses pembangunan gerai di Bali, Sukoharjo dan Ponorogo," kata Agus.

Tertarik? Siapkan modal sebesar Rp 260 juta. Dengan menyetor modal itu, mitra berhak atas renovasi tempat, penyediaan barang dagangan awal, tenaga kerja, pelatihan aplikasi sistem, perangkat serta peralatan toko. Namun,  mitra wajib menyiapkan bangunan 80 m².

Mitra tidak perlu repot mengelola swalayan miliknya, karena pihak pusat akan membantu selama masa kerjasama lima tahun. "Tidak semua pemilik usaha siap terjun langsung mengelola usaha ritel, karena keterbatasan waktu, sulit mencari SDM," papar Agus. Maklum, pihak pusat ingin swalayan milik mitra bisa bersaing dengan kompetitor.

Balik modal 23 bulan

Agus menghitung, mitra bisa mengantongi omzet Rp 4 juta hingga Rp 5 juta sehari atau sekitar Rp 150 juta dalam satu bulan. Dengan target laba bersih 10%, mitra diperkirakan bisa balik modal sekitar 23 bulan.

Agus menyarankan supaya mitra membuka gerai swalayan di kawasan padat penduduk, seperti klaster perumahan atau di perkampungan yang jauh dari kota. Pihak pusat tidak mengutip biaya royalti.

Namun, ada biaya pengelolaan sebesar 1% dari omzet bulanan. "Ini untuk menjamin kualitas kepala toko, rotasi pekerja dan pengawasan internal, sehingga kinerja minimarket tetap dalam top performance," tandas Agus.

Pengamat waralaba Utomo Njoto menjelaskan, bisnis ritel atau swalayan hanya berkutat pada dua hal, yaitu kenyamanan tempat dan pelayanan yang memuaskan. Pasalnya barang yang dijual bisa dipastikan seragam dengan kompetitor.

“Pelayanan berarti kita bicara sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di situ. Karyawannya, harus benar-benar bisa melayani dengan memuaskan," paparnya.

Terkait harga, Utomo bilang, target keuntungan bersih hanya 10% yang dipatok A Swalayan cukup jitu untuk menarik pelanggan. Harga barang yang ditawarkan sebaiknya memang lebih murah supaya bisa bersaing dengan kompetitor nasional.

A Swalayan
Jl. Puri Hutama Danguran
No. 11 Klaten, Telp. 0272-
324006 / HP. 081802781165   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×