Reporter: Dharmesta, Handoyo | Editor: Tri Adi
Angkringan merupakan warung kecil yang menyediakan berbagai menu makanan rakyat. Suasananya yang santai membuat konsumen betah lesehan berjam-jam sambil ngobrol dan menikmati berbagai menu murah meriah. Kini, angkringan pun menawarkan kemitraan dengan nilai investasi paling murah hingga kelas eksklusif. Omzetnya bisa mencapai Rp 45 juta per bulan.
Bagi para mahasiswa di Yogyakarta dan Solo, nama angkringan mungkin sudah melekat benar. Angkringan berasal dari bahasa Jawa angkring yang berarti duduk santai. Di tempat ini, para mahasiswa bisa nongkrong sambil ngobrol ditemani makanan murah meriah.
Biasanya para penjual angkringan membawa sebuah gerobak dorong dengan berbagai macam makanan dan minuman. Mereka mangkal di pinggir-pinggir jalan atau di pusat keramaian dan beroperasi sore hingga malam hari.
Solo Rasa Angkringan berdiri di Malang pada Maret 2010. Pendirinya, Anton Haekal dan Galuh Alamsyah membidik warung angkringan karena kegemaran Anton makan di warung rakyat ini. Dari hobinya, timbul ide Anton mengonsep angkringan secara profesional. "Ini adalah usaha kecil yang setiap bulannya pasti untung," ucap Anton.
Solo Rasa Angkringan menawarkan kemitraan tiga bulan setelah berdiri. Saat ini, Solo Rasa Angkringan mempunyai dua gerai sendiri dan satu gerai mitra. Satu angkringan meraup omzet rata-rata Rp 9 juta hingga Rp 15 juta per bulan. Dengan omzet itu, satu gerai bisa balik modal pada bulan keenam.
Selama ini Anton sengaja hanya mengambil satu mitra saja dulu agar bisa secara detail mempelajari hubungan antara mitra dan pusat. Jadi, dia nanti bisa siap dan lebih matang dengan mitra-mitra yang lain.
Dalam dua bulan ke depan Anton akan membuka cabang di Jakarta, Surabaya, Samarinda, dan Balikpapan. Sebenarnya, ada orang dari Aceh yang berminat. Tapi, karena letaknya sangat jauh, Anton menawarkan sistem lisensi seharga Rp 55 juta.
Perbedaan antara Solo Rasa Angkringan dengan angkringan lainnya adalah nasi kucing gerai ini dibungkus dengan label Solo Rasa Angkringan. Anton memadukan nuansa rakyat tradisional jawa dengan modern dengan keberadaan akses wi-fi dan minuman ala kafe di setiap outlet.
Sasaran pasar konsumen Solo Rasa Angkringan adalah kelas menengah ke bawah seperti mahasiswa, buruh, dan pekerja kantoran. Anton pun berniat menyasar menengah atas dengan menawarkan gerai berbentuk resto.
Solo Rasa Angkringan menjual nasi kucing seharga Rp 3.000, gorengan Rp 700, menu satai usus, kikil Rp 2.000, serta menu kerang, ati ampela Rp 3.000. Minuman seperti teh manis dan wedang jahe dijual di harga Rp 2.000 dan kopi joss Rp 4.000 per gelas.
Biaya investasi menjadi mitra Solo Rasa Angkringan bervariasi tergantung lokasi. Biaya investasi awal di Jawa Timur Rp 9 juta, Jawa Tengah
Rp 19 juta, Jawa Barat Rp 25 juta, dan luar Pulau Jawa Rp 35 juta.
Dengan investasi awal itu, mitra akan mendapat peralatan usaha lengkap seperti booth dan peralatan masak dan pelatihan. Ongkos ini belum termasuk biaya hiburan seperti wi-fi dan LCD sebesar Rp 17 juta.
Calon mitra memang harus merogoh kocek yang dalam. Namun peralatan hiburan ini sifatnya tidak wajib. Calon mitra bisa mengambilnya kalau sudah merasa mampu.
Di luar itu, calon mitra juga harus membeli bahan baku dari Solo Rasa Angkringan pusat yang nilainya berkisar antara 30% hingga 40% dari omzet dan membayar biaya royalti Rp 150.000 per bulan atau lima tahun sekaligus seharga Rp 9 juta.
Dengan asumsi tiap pembeli berbelanja senilai Rp 10.000 dan target balik modal satu tahun, berarti dalam sehari harus ada 21 pembeli. Bila calon mitra memasang peralatan hiburan, target pembelinya 28 orang per hari.
Dwi Wahyu Pril Ranto pun mencoba menawarkan kemitraan Angkringan DJ. Angkringan yang berdiri tahun 2008 ini memulai kemitraan tahun 2009. Saat ini sudah ada 10 mitra Angkringan DJ yang tersebar di Yogyakarta dan Solo.
Angkringan ini mengusung konsep bersih, sehat, dan modern meski menyediakan menu rakyat. Angkringan DJ menawarkan makanan dan minuman dengan harga mulai dari Rp 500 hingga Rp 1.500.
Angkringan DJ menawarkan dua paket kemitraan yaitu paket ekonomi dan paket eksklusif. Untuk paket ekonomi mitra harus menyiapkan investasi Rp 5 juta. Sedangkan untuk paket eksklusif sebesar Rp 10 juta dengan masa kerja sama tiga tahun. Investasi ini belum termasuk sewa tempat.
Kemitraan paket ekonomi berlokasi di pinggir jalan. Mitra akan mendapatkan fasilitas gerobak dengan ukuran 50 cm x 180 cm. Paket eksklusif merupakan konsep ruko dengan minimal tempat dengan luas 1 meter x 7,5 meter.
Mitra juga akan mendapatkan perlengkapan memasak, gerobak, paket identitas usaha seperti neon box, papan nama, seragam, serta paket promosi usaha seperti spanduk dan brosur. Mitra juga diberikan pelatihan gratis selama satu hari.
Angkringan DJ memiliki menu khas yang berbeda dari angkringan lain. Dwi menyediakan sambal belut dan kopi blend, "Inilah yang membedakan Angkringan DJ dengan angkringan yang lainnya," tutur Dwi.
Omzetnya pun tergolong menjanjikan. Mitra paket ekonomi Angkringan DJ bisa mendapatkan omzet Rp 15 juta per bulan. Adapun untuk paket eksklusif, mitra bisa mendapatkan omzet antara Rp 30 juta sampai Rp 45 juta per bulan. Si mitra harus membayar biaya royalti sebesar 5% dari omzet per bulan setelah enam bulan berjalan.
Dwi mengungkapkan, mitra Angkringan DJ bisa balik modal dalam waktu tiga bulan untuk paket ekonomi dan empat bulan untuk paket eksklusif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News