Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri
Jika Anda tengah singgah ke Kota Bengkulu, jangan lupa mengunjungi objek-objek wisata pantai yang ada di salah satu provinsi di bagian selatan Pulau Sumatra ini. Ada banyak objek wisata pantai di kota ini, seperti Pantai Panjang, Pantai Zakat, dan Pantai Kualo.
Jika berkunjung ke sini, Anda tidak hanya disuguhi pemandangan pantai yang indah. Sepanjang perjalanan, tepatnya di antara Pantai Zakat dan Pantai Panjang, Anda akan menemukan sentra produksi dan penjualan ikan asin.
Tentu saja, ikan asin hasil tangkapan nelayan ini bisa dijadikan oleh-oleh untuk dibawa pulang. Sentra produksi ikan asin ini terletak di Jalan Pariwisata Kelurahan Malabro Kecamatan Teluk Segara.
Awalnya, lokasi ini dinamakan Jalan Pelabuhan Lama. Lalu namanya diganti sejak Pemerintah Kota Bengkulu ingin mengembangan objek wisata pantai yang berada di sepanjang jalan menuju sentra ini.
Sentra ikan asin ini sendiri sudah ada sejak tahun 80-an. Ada belasan kios ikan asin berjejer rapi di sepanjang jalan. Awalnya, tempat ini hanya memproduksi ikan asin dan dijual ke pasar atau pedagang pengumpul (pengepul).
Namun sejak lima tahun belakangan, sebagian produsen memilih membuka kios. "Kami berjualan setelah Jalan Pariwisata ramai dilalui orang," kata Yusnaedi (62), produsen ikan asin di sentra ini. Ia mengaku, telah menekuni usaha ini sejak usianya masih 20 tahunan.
Awalnya ikan asin yang ia produksi dijual ke Pasar Minggu, salah satu pasar terbesar di Kota Bengkulu. Namun, sejak Pemerintah Bengkulu gencar mempromosikan objek wisata di daerah ini, ia tidak lagi berjualan di pasar.
Ia pun menjual langsung ke konsumen dengan membuka kios. "Saya sudah lima tahun jualan disini. Awalnya hanya pakai meja tapi sejak setahun terakhir sudah bangun kios sendiri," ujar Yusnaedi.
Di kiosnya berukuran 3 meter (m) x 3 m, Yusnaedi menjual aneka ikan kering, baik ikan asin maupun ikan tawar, seperti baledang, layur, kakap, dan lain-lain. Ikan tersebut didapatnya dari para nelayan lalu diolah dan dikeringkan.
Dalam menekuni usaha ini, ia dibantu istri dan anaknya. Ikan asin itu dihargai mulai Rp 35.000–Rp 70.000 per kilogram (kg), tergantung dari jenis ikannya. Ia bilang, bisa meraup omzet rata-rata sebesar Rp 3 juta per bulan.
Namun, saat hari libur, omzetnya bisa naik berkali–kali lipat. "Kalau Lebaran, penjualan sehari aja bisa mencapai Rp 1 juta," katanya. Syarial (55), produsen lainnya, bilang, saat hari sepi, omzetnya berkisar antara Rp 400.000–Rp 500.000 per hari.
Namun, jika sedang ramai bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta per hari. Sama halnya Yusnaedi, Syarial juga telah menggeluti usaha ini sejak muda. Awalnya, ia seorang nelayan dan kemudian beralih menjadi pengolah ikan asin.
Syarial menjual 10 macam jenis ikan kering, baik tawar maupun asin. Ikan-ikan itu disusun di atas meja dan sebagian ada yang telah dikemas dalam kemasan plastik lalu digantung di kios. Harga ikan di kios ini dibanderol Rp 35.000–Rp 50.000 per kg.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News