Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi
Zaman dulu, titip-menitip barang sangat lazim. Namun, permintaan menitip biasanya disampaikan seseorang ke saudara atau kolega yang sudah kita kenal yang tengah bepergian keluar kota atau keluar negeri.
Perkembangan teknologi mengubah kegiatan titip-menitip. Dengan memanfaatkan situs internet sebagai tempat pertemuan antara orang yang akan bepergian dengan mereka yang ingin menitip, seseorang bisa saja menitip kepada orang yang sama sekali tak ia kenal.
Model e-commerce semacam itulah yang dirancang Doddy Lukito dan Willy Ekasalim, pendiri dan pengelola situs bistip.com. Gagasan membuat situs titip-menitip berawal dari pengalaman pribadi Doddy dan Willy yang kerap menerima titipan dari saudara-saudaranya. Maklum, Doddy pernah kuliah dan bekerja pada sebuah perusahaan teknologi informasi di Amerika Serikat. Willy juga pernah kuliah di Australia dan sempat bekerja di IBM Australia.
Saat kembali ke Jakarta, tiga tahun silam, Willy bertemu dengan Doddy yang sudah dikenalnya sejak 2004. Pertemuan itu berujung pada tercetusnya niat kedua teman tersebut untuk membentuk usaha berbasis internet. “Dari lima ide, kami pilih bistip.com karena ini khas Indonesia banget,” ujar Doddy.
Pertimbangan mereka memilih usaha ini adalah permintaannya sudah ada. Namun, mereka merasa perlu melakukan ujicoba terlebih dahulu terhadap model bisnisnya. “Jadi, kami buat website jangan yang tidak sulit, tetapi mampu menyelesaikan masalah bagi orang yang mau nitip dan bersedia dititipi,” jelas Doddy. Modal yang mereka keluarkan saat mendirikan bistip.com berkisar Rp 300 juta dengan persiapan selama dua bulan.
Saat masih menjajaki model bisnis, selama tahun 2011, bistip.com tidak memungut komisi apa pun, alias masih gratis. Sewaktu diluncurkan juga hanya 50 orang rekan Doddy dan Willy yang bersedia bergabung. Baru pada 2012, situs ini mulai menerapkan sistem komisi. Semula bistip.com mengenakan komisi kepada kedua belah pihak: 2% kepada yang menitip dan 2% kepada yang dititip.
Namun sistem itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar 6 bulan. Dengan alasan kenyamanan bersama, situs Bistip akhirnya menarik komisi sebesar 3% dari harga yang disepakati penitip dan yang dititip. Komisi itu juga hanya dikenakan bagi mereka yang menitip barang.
Ambil contoh, harga barang yang akan dibeli setara Rp 1 juta. Tawar-menawar antara yang menitip dan yang akan dititpi berujung ke kesepakatan harga Rp 1,2 juta. Nah, komisi yang dibayarkan ke bistip.com adalah 3% dari Rp 1,2 juta.
Mekanisme jasa titip-menitip barang melalui bistip.com adalah sebagai berikut: Kedua belah pihak harus mendaftar sebagai anggota bistip.com dengan cara mengeklik menu register di situs bistip.com.
Pengelola bistip.com akan mengecek identitas tiap calon anggota melalui e-mail yang didaftarkan. Mereka yang berniat menitip harus mentransfer uang terlebih dahulu ke rekening bank milik bistip.com. Pilihan lain, mengirimkan uang melalui situs pembayaran PayPal. Besarnya uang setara dengan estimasi harga plus biaya.
Uang itu tidak serta-merta dikirim ke orang yang akan dititipi. Mereka yang akan bepergian menalangi terlebih dahulu. Setelah serah terima barang berlangsung, dan kedua pihak melapor ke bistip.com, pengelola akan mentransfer uang yang telah disepakati kepada orang yang dititipi.
Peran bistip.com dalam hal ini adalah menjadi perantara sekaligus penjamin, baik kepada penitip maupun orang yang dititipi, untuk mencegah berbagai skenario tak sedap.
Kejadian yang tidak dikehendaki antara lain selisih ada selisih nilai antara si penitip dan yang dititipi tentang barang yang dipesan. Bisa jadi, ketidakcocokan itu terjadi karena si penitip memberi deskripsi pesanan yang kurang detail, misalnya tidak ada deskripsi tentang warna yang diinginkan.
Andai barang yang diinginkan tidak ada, Bistip berjanji mengembalikan uang seluruhnya ke si penitip. Andai ketahuan ada penitipan antar sesama member tanpa pemberitahuan ke Bistip, pengelola situs tidak bertanggungjawab apabila terjadi sesuatu. “Pernah ada yang mengaku uangnya Rp 7 juta dibawa kabur oleh yang dititipi. Tapi karena tidak melalui kami, itu risiko sendiri,” tutur Doddy.
Saat ini sistem pembayaran yang tersedia baru sebatas transfer dan PayPal. Namun ke depan, pengelola Bistip berencana menerapkan sistem pembayaran dengan kartu kredit.
Saat ini ada 19.000 orang yang sudah bergabung sebagai anggota bistip.com. Mereka tidak hanya orang Indonesia, tetapi juga ekspatriat yang bekerja di sini. Setiap bistiper, alias anggota bistip.com yang hendak bepergian ke suatu kota, baik di dalam maupun di luar negeri, akan menulis di situs tentang rencana perjalanannya, termasuk singgah di mana saja, serta waktu keberangkatan dan kepulangan. Informasi itu yang dimanfaatkan oleh bistiper yang hendak menitip barang,
Dalam situs bistip.com telah tersedia mesin pencari jika hendak menitip barang, tinggal memasukkan dari kota atau negara mana barang yang dipesan dan memasukkan wilayah tempat tinggal penitip, lalu mengklik traveler atau bistiper yang sedang bepergian ke kota atau negara yang dituju.
Ribuan bistiper ini menjadikan jumlah orang yang bepergian dan nilai transaksi melalui bistip.com terhitung lumayan besar. Dalam situsnya, tercantum saat ini rute yang tengah ditempuh para bistiper ada 8.294 dengan jumlah percakapan sebanyak 84.391 dan nilai transaksi yang tercatat saat artikel ini ditulis adalah sebesar Rp 1.272.069.398. Artinya pihak bistip.com sudah mengantongi pendapatan sekitar Rp 38 juta. Setiap hari ada sekitar 30 orang hingga 50 orang yang bertransaksi melalui bistip.com.
Menurut Doddy, bistip.com bisa dimanfaatkan bagi mereka yang sering wira-wiri antar kota maupun antarnegara. Ada bistiper sepasang suami istri yang bekerja di Jakarta dan tinggal di Bandung. Tiap akhir pekan, suami istri ini balik ke Bandung dan hari Senin kembali lagi ke Jakarta. “Sekarang mobil mereka penuh titipan oleh-oleh khas Bandung saat balik ke Jakarta, dan barang-barang Mangga Dua ketika menuju Bandung,” tutur Doddy.
Ada di mana-mana
Menurut hasil pengamatan Willy, banyak anggota bistip.com yang memiliki jadwal bepergian yang rutin. Tujuan mereka pun tersebar ke berbagai negara. “Ada yang tiap dua minggu sekali ke Eropa. Ternyata orang Indonesia ada di mana-mana,” ujar Willy.
Jasa titip-menitip ini pun menjadi berguna sekali bagi yang sangat membutuhkan. Seperti pengalaman Doddy saat memberitahukan hendak ke Singapura, dia menerima titipan dari orang Singapura yang bekerja di Jakarta dan kacamatanya ketinggalan di rumahnya, di Singapura. “Ya, saya ambilkan ke rumahnya,” ujar Doddy.
Hingga saat ini rute bepergian yang paling sering mendapat penitipan adalah rute dari Jakarta ke Singapura, Kuala Lumpur, Thailand, Hong Kong, Taiwan, Korea, Jepang, Australia, Eropa, Amerika Serikat, dan sebaliknya.
Nilai barang yang dititip paling banyak berharga sekitar Rp 500.000, seperti kosmetik, obat, vitamin. Untuk kelompok harganya di atas Rp 5 juta, barang yang laris dititip adalah gadget dan berbagai peralatan elektronik.
Transaksi yang terjadi di bistip.com saat ini sekitar 60% merupakan titip barang dari luar negeri dan 40% penitipan barang dari dalam negeri. Khusus penitipan barang di dalam negeri kebanyakan berupa makanan dan aksesori, sehingga nilai transaksinya tidak terlalu tinggi. “Tapi kami tetap ingin menggiatkan rute domestik,” jelas Doddy.
Doddy optimistis situsnya masih bisa dikembangkan. Doddy dan Willy mengakui, pengembangan situs ini kerap merupakan hasil dari ide dan masukan para anggota bistip.com. Salah satu pengembangan yang paling mendesak adalah perlunya drop point untuk memudahkan penitip mendapatkan barang titipannya dan yang dititip juga lebih gampang menyerahkan barang pesanan yang dibawanya. “Banyak sekali anggota yang menawarkan menjadi drop point, tetapi kami juga memperhitungkan kepercayaan serta risiko penyimpangan barang,” jelas Doddy.
Karena itu, yang terlintas dalam benak Doddy saat ini adalah menjalin kerjasama dengan jaringan ritel, seperti Indomaret, Alfamart, atau Seven Eleven, untuk berperan sebagai drop point para anggota bistip.com. Maklum, saat ini para penitip dan yang dititip perlu bernegoisasi mengenai waktu dan tempat pengambilan barang. Tidak sedikit pihak penitip yang merasa sudah membayar terlebih dahulu, menginginkan barang secepatnya diterima.
Salah satu celah peluang lain yang juga hendak digarap bistip.com adalah menawarkan jasa kurir premium. Jadi, ada staf bistip.com yang bertugas bepergian ke rute tertentu dan melayani semua penitipan. Hal ini untuk melayani para penitip yang menginginkan pesanan barang secepatnya.
Bistip market
Jika sistem titip-menitip dirasa merepotkan bagi sebagian orang, maka bistip.com mengakomodir anggotanya yang ingin bertransaksi melalui menu bistip market. Namun saluran ini hanya memperjualbelikan barang-barang impor dan barang khas daerah. Tujuannya, upaya agar tidak melenceng dari fokus utama di titip-menitip barang. “Jadi bukan seperti jual-beli barang-barang Mangga Dua,” tutur Willy.
Bagi bistiper yang hendak mencari barang bisa mem-posting foto produk yang diinginkan, dan tercantum pula kesanggupan membayar berapa untuk barang tersebut. Ini tentu menunjukkan keseriusan orang tersebut untuk memperoleh barang yang diinginkan. Menurut Willy, barang-barang yang dicari oleh orang-orang Indonesia saat ini adalah berbagai gadget yang belum masuk ke Indonesia.
Sekadar contoh, mini iPad yang sudah diluncurkan setahun lalu di luar negeri, namun hingga kini belum masuk secara resmi ke Indonesia. Itu sebabnya, iPad mini menjadi barang yang paling laris dititip di bistip market. Gadget lain yang juga diburu adalah Nexus 5 yang belum masuk ke Indonesia.
Sebagai start up, Willy mengklaim perkembangan bisnisnya sudah menunjukkan peningkatan signifikan. Namun bagi Willy, situsnya belum masuk ke kategori usaha yang telah mapan.
Perkembangan bistip.com juga tercermin dari berbagai kompetisi yang mereka ikuti. Antara lain menjadi juara kedua dalam ajang Sparx Up yang diselenggarakan oleh Daily Social. Lalu sebagai juara kedua dalam ajang yang digelar webintravel, sebuah forum situs web untuk travel. Situs itu juga mengikuti kompetisi di Singapura yang diselenggarakan oleh www.e27.sg dan diundang untuk membuka booth pameran di sana. Ajang-ajang kompetisi semacam ini, bagi Willy, selain merupakan ajang promosi, juga memungkinkannya memperluas jaringan bisnis.
Sebagai situs yang menawarkan usaha jasa, hingga saat ini promosi yang dilakukan bistip.com adalah memanfaatkan jaringan sosial media dan internet. “Misalkan kami membuat iklan banner, dipasang di tempat strategis pun belum tentu orang mau mengeklik,” tutur Willy. Adapun promosi di internet memungkinkan mereka yang tertarik untuk langsung membuka website.
Hingga saat ini pemain lain di bisnis semacam ini belum ada. Bahkan, di luar negeri pun tidak pernah terdengar. Maklumlah, budaya titip sangat khas Indonesia. Anda tertarik mengikuti jejak Doddy dan Willy?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News