kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -21.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Menyeruput Fulus dari Secangkir Kopi Hitam


Sabtu, 26 April 2025 / 07:35 WIB
Menyeruput Fulus dari Secangkir Kopi Hitam
ILUSTRASI. Jakarta Coffee House


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ciri khas menjadi salah satu syarat agar bisnis kedai kopi bisa eksis hingga kini. Inilah yang terjadi terhadap Jakarta Coffee House (JCH). Kedai kopi tersebut sudah beroperasi selama 14 tahun. Bermula di daerah Cipete, Jakarta Selatan, JCH kini sudah mengoperasikan enam gerai di sekitar areal kota Jakarta. 

JCH didirikan oleh Muhammad Buchari, atau yang akrab disapa Borie. Dengan konsep yang mengusung factory dan warehouse, JCH tidak hanya menjadi tempat menikmati kopi, tetapi juga pemasok biji kopi lokal untuk kafe-kafe di Jakarta.

JCH lahir dari visi Borie untuk menghadirkan kopi lokal berkualitas kepada para penikmat kopi. Berawal dari gerai sederhana di Cipete, JCH kini telah menjadi pelopor di kawasan tersebut, menginspirasi berdirinya berbagai coffee shop lainnya.

"Saking lamanya JCH ada di situ, banyak orang mikir tempat itu rumah saya. Padahal di situ saya masih ngontrak," ujar Borie, sambil tertawa. 

Baca Juga: Mengharumkan Kedai Kopi di Segala Penjuru

Borie menyebutkan, keunikan JCH terletak pada fokusnya pada kopi klasik dan black coffee. Khususnya kopi Arabika dari berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.

Selain kopi, JCH menawarkan hingga 24 menu kopi dan 20 menu non-kopi, menjangkau segmen pelanggan yang beragam, dari pencinta kopi hitam hingga mereka yang lebih menyukai minuman non-kopi.

Lewat ciri khasnya tersebut, JCH mulai berkembang. Sebelum pandemi Covid-19, Jakarta Coffee House mencatatkan rekor dengan 18 gerai yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, bahkan empat di antaranya berlokasi di Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta.

Namun, pandemi memaksa delapan gerai tutup, termasuk di bandara, yang baru beroperasi lima bulan. Kini, JCH mengoperasikan enam gerai aktif, dengan dua gerai paling ramai berada di Cipete dan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.

"Di Cipete, pelanggan setia kami sudah seperti keluarga. Mereka datang, cuma bilang hai, minuman langsung datang," cerita Borie. 

Gerai di Wahid Hasyim juga menjadi pusat aktivitas, dengan acara seperti live music setiap Jumat dan Sabtu, serta DJ dari Minggu hingga Kamis. Bahkan, tempat ini pernah menjadi lokasi reuni, pernikahan, hingga acara komunitas seperti stand-up comedy dan komunitas sepeda.

Dari sisi penjualan, Borie tidak menyebutkan secara gamblang jumlahnya. Tapi ia bilang rata-rata penjualan per bulan cukup untuk operasional, membayar gaji 25 karyawan, serta membeli bahan baku berkualitas.

Dengan hasil tersebut, Borie tetap ingin JCH sebagai penyedia kopi klasik dengan sentuhan inovasi sederhana, seperti latte art atau variasi rasa seperti aren, caramel dan hazelnut. Karena ciri khas inilah, dia pun bercita-cita JCH kelak bisa berada di New York, Amerika Serikat.

"New York itu pusat," Borie berharap.

Selanjutnya: Jelang Pemakaman Paus Fransiskus, Lebih dari 100.000 Orang Beri Penghormatan Terakhir

Menarik Dibaca: 11 Fitur Desain Rumah yang Meningkatkan Nilai Jual Menurut Pakar Properti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×