Reporter: J. Ani Kristanti, Pradita Devis Dukarno | Editor: Tri Adi
Kini, nasi menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Masyarakat di beberapa daerah yang dulu memiliki makanan pokok sendiri, seperti jagung, lambat laun, beralih ke nasi. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab kenaikan kebutuhan beras. Belum lagi jumlah penduduk di negeri ini yang bertambah setiap tahunnya, ikut mengerek permintaan beras.
Seperti produk makanan lainnya, beras juga mengenal tingkatan, yakni beras biasa dan beras premium. Kebanyakan beras biasa hanya melalui sekali proses penggilingan dari gabah kering. Sementara, beras premium tampil lebih putih, bersih, mengkilap dengan tingkat keseragaman bulir yang sama. Maklum, beras jenis ini harus melewati beberapa jenis mesin untuk proses penyortiran dan pemolesan.
Bukan hanya soal tampilan visual, beras premium juga memiliki kualitas atau citarasa yang enak. “Beras premium harus memiliki citarasa, baik dari wanginya dan pulennya,” kata Avry Rizaldy, pemilik Mahayasa Grup, yang salah satu lini usahanya adalah memproduksi beras premium dengan merek Kereta Eksklusif 1 dan Kereta Super Premium.
Seiring pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, permintaan beras premium juga terus membesar. Andris Wijaya, pemilik pabrik beras premium dengan merek 1001, menyebutkan, potensi bisnis beras premium sangat menjanjikan. “Ya, selama penduduk masih makan nasi, permintaan beras premium akan tetap ada,” ujar dia.
Dalam sehari, pabrik beras 1001 bisa menghasilkan 8 ton beras premium. Namun Andris tak mengemas berasnya secara khusus. Ia menjual dalam kemasan besar, seberat 50 kg. “Biasanya, pembeli beras saya yang akan mengemas lagi dalam kemasan kecil,” jelas Andris yang membanderol beras premiumnya seharga Rp 10.000 per kilogram (kg).
Melihat animo penjualan beras premium, khususnya beras dari Garut, yang semakin baik, Andris berencana untuk menjual dalam kemasan kecil, yakni 5 kg dan 25 kg. Ia berencana menjual langsung di gerai berasnya di Garut. Selain menjual beras premium, Andris juga menawarkan produk nasi liwet instan dengan merek yang sama.
Tak jauh berbeda, Arvy juga menikmati gurihnya bisnis beras premium. Bahkan, dia berkisah, bisnis beras ini menjadi cikal bakal dari unit-unit bisnis lainnya di Mahayasa Group. Kini, pabrik milik Arvy mengolah sekitar 100 ton beras premium saban hari.
Dari Banyuwangi, Jawa Timur, Arvy sengaja tidak membidik Jawa sebagai pasarnya. Dia mengirim berasnya ke Bali, Kalimantan, Ternate, dan Papua. Meski menggeluti bisnis beras menggantikan orangtuanya, Arvy cukup jeli melihat pasar. “Kami serius menggarap pasar Bali, karena lahan pertanian di sana terbatas. Tanah yang ada banyak dipakai untuk pariwisata,” jelas dia. Harga jual beras premium Arvy mulai kisaran
Rp 8.500–Rp 9.200 per kg.
Lantaran sudah menjadi kebutuhan pokok penduduk sejak dulu, bisnis beras ini memiliki banyak pemain. Persaingan ketat pun tak terhindarkan. Karena itu, meski bermain di segmen pasar atas, margin yang dikantongi pebisnis beras premium tipis. Bahkan, Arvy menyebut, profitnya tak lebih dari 2%.
Karena itu, kebanyakan pemilik pabrik beras mengandalkan kuantitas untuk mendongkrak profit mereka. “Perputaran di bisnis beras ini cepat, karena ini adalah kebutuhan rutin,” kata Andris.
Margin mungil
Selain jeli melihat pasar, pebisnis beras juga harus pandai berinovasi dengan produknya. Arvy, misalnya, mengemas beras premiumnya sesuai dengan gaya hidup penduduk di daerah yang ia bidik.
Dia membedakan kemasan beras yang dikirim ke Bali dan Kalimantan, dengan Papua. “Orang-orang Papua suka dengan kesan mewah, jadi saya beri kemasan mengkilat dengan warna krom,” terang dia. Sementara, kemasan beras yang dikirim ke Bali dan Kalimantan berupa printing biasa.
Sependapat dengan Arvy, Andris juga menekankan adanya inovasi dalam penjualan beras premium. Seperti yang telah dilakukannya, dengan membuat nasi liwet instan yang menjadi nilai tambah produk beras premium itu sendiri.
“Dengan adanya nilai tambah, keuntungan yang diperoleh bisa makin tebal,” kata dia.
Sementara, untuk beras premium curah, Andris memberi jaminan, bahwa berasnya benar-benar asli dari Garut, tak ada campuran beras dari daerah lainnya. “Karena beras dari Garut terkenal kualitas sejak dahulu,” tambah dia. Dengan memberi jaminan kualitas beras, Andris bisa mengantongi laba berkisar 3%–5%.
Nah, apakah Anda tertarik membuka pabrik beras premium? Sebelum benar-benar terjun ke bisnis beras premium, satu hal yang harus diketahui, Anda harus paham berbagai pengetahuan di seputar beras. Selain itu, Arvy berpesan, pemain baru yang akan mendirikan pabrik beras, setidaknya punya pengalaman berbisnis beras dulu.
Yang dimaksud dengan memahami bisnis beras paling tidak mengerti jenis-jenis beras yang ada di tiap daerah. Maklum, beras di tiap daerah memiliki kualitas, baik rasa maupun penampakan visual, yang berbeda-beda. “Beras premium harus memiliki citarasa yang enak,” kata Arvy.
Apalagi, bila membeli pasokan bahan baku dalam bentuk gabah. “Jika tidak tahu seperti berjudi saja, karena tidak tahu kualitas gabahnya seperti apa,” tukas Arvy.
Jelas, jika membeli bahan baku dari gabah, Anda harus mengetahui penyusutan yang cukup besar. Arvy bilang, penyusutan berat, dari gabah menjadi beras, mencapai 55%.
Namun, dari bahan baku gabah ini, Anda juga bisa mengantongi untung lebih besar. Seperti Andris bilang, selain mendapatkan beras, gabah yang digiling menjadi beras juga menyisakan sekam dan dedak yang bisa dijual terpisah.
Namun, dia juga tak menampik kemungkinan, jika diambil dari gabah, risiko tertipu juga besar. “Saya pernah tertipu dalam pembelian gabah, karena ternyata bukan padi asli Garut,” kata Andris. Kini, dia hanya membeli gabah dari pengumpul yang benar-benar dipercaya.
Bahan baku beras premium juga bisa berasal dari beras biasa. Dari bahan ini, Anda bisa langsung melihat kualitas beras dari penampakannya. Apakah terdapat banyak beras mati atau hitam, beras berwarna kuning dan lainnya.
Penyusutan dalam pengolahan beras biasa ke beras premium berkisar 15%–25%. Dari pengolahan ini, Anda masih bisa menjual dedak dan beras-beras yang tak utuh bentuknya.
Oh, ya, jangan lupakan pula, pengetahuan soal masa panen di tiap daerah. Sebab, panen ini sangat berpengaruh terhadap harga beli gabah atau beras biasa yang menjadi bahan baku beras premium. Ada baiknya, membangun pabrik beras yang berdekatan dengan daerah yang menjadi lumbung beras di kawasan tersebut. “Misalkan di Jawa Timur, kebanyakan pabrik beras berada di Banyuwangi. Itu wajar karena Banyuwangi merupakan lumbung padi provinsi ini,” jelas Arvy.
Setelah memiliki pemahaman, kini saatnya berpikir soal modal. Ya, Anda harus tahu, untuk membangun pabrik beras premium ini membutuhkan modal yang besar. Selain untuk membeli gabah atau beras biasa, yang pembayarannya harus tunai, Anda juga perlu menyiapkan modal untuk membeli berbagai jenis mesin.
Untuk menghasilkan beras premium, beras biasa harus melewati berbagai mesin. Ada mesin crusher untuk memisahkan beras dari batu dan pasir. Ada pula mesin shifter untuk memisahkan beras kepala dari beras patah atau pendek, sehingga ukuran beras seragam.
Mesin colour sorter dipakai untuk memilah kualitas beras. Yakni, dengan menyingkirkan beras hitam (beras mati) dan beras kuning. Arvy bilang, pada umumnya, beras itu tidak mengkilap. Oleh karena itu, dibutuhkan proses pemolesan menggunakan mesin rice polisher. Arvy menyebut, paling tidak ada tiga hingga empat mesin yang digunakan untuk memproduksi beras premium.
Mesin-mesin ini harganya mulai dari puluhan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah. “Paling mahal adalah colour sorter harganya berkisar US$ 60.000–US$ 100.000,” sebut Arvy.
Penggunaan mesin juga bisa diperkecil jika Anda menggunakan beras kualitas bagus sebagai bahan baku. Seperti Andris yang tak menggunakan banyak mesin, karena kualitas beras Garut yang bagus, dari segi rasa dan warna. “Makanya, bahan baku beras Garut lebih mahal dibandingkan dengan beras lainnya, cara mengolahnya lebih gampang,” kata dia.
Andris pun menaksir modal untuk membuat pabrik beras kecil bisa dimulai dari Rp 500 juta. Sementara, untuk pabrik beras besar modal bisa mencapai Rp 10 miliar. “Karena selain mesin, juga butuh bangunan dan ruang untuk menjemur gabah,” kata dia.
Tak hanya memikirkan soal produksi, kemasan beras premium juga harus menjadi perhatian. “Kami bikin printing berwarna, bukan lagi sablon, seperti yang dilakukan banyak pabrik beras kecil,” kata Arvy.
Untuk pemasarannya, Arvy mengadopsi sistem agen. Ia bercerita, dulu beras tak langsung dijual, tapi dititipkan terlebih dulu. Boleh jadi, Anda juga bisa langsung memberikan sampel nasi, jika punya gerai sendiri. Dalam pemasaran ini, Anda juga harus menentukan terlebih dulu, daerah yang akan menjadi target pasar.
Manajemen rapi dan jaga stok bahan baku
Bisnis beras bukan bisnis yang mudah. Sudah keuntungan mungil, pemain harus siap menanggung risiko yang besar. Tak heran Arvy Rizaldy, pemilik pabrik beras di Banyuwangi, menyebutkan bahwa setiap tahun ada saja pengusaha yang bangkrut karena beras. “Seperti ada seleksi alam,” cetus dia.
Dia pun berpesan, pemain beras harus pandai membaca situasi dan kondisi. Arvy menegaskan, kunci berbisnis beras adalah kepintaran membaca situasi, mengambil keputusan tepat dan menempatkan orang, waktu dan barang yang tepat. Situasi yang harus diperhatikan, ujar Arvy, seperti kapan saat panen padi, kebijakan pemerintah, atau soal dropping beras yang dilakukan Bulog. “Supply and demand berpengaruh besar terhadap bisnis ini,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Selain itu, bisnis beras menuntut manajemen yang rapi untuk meminimalkan risiko usaha. Arvy pun berbisik, kuncinya adalah pengamanan dalam pengeluaran uang, pengeluaran barang dan pengaturan stok.
Setiap pengeluaran uang dan barang harus tercatat dengan rapi. Jika ada pengeluaran barang, harus ada barang penggantinya, mungkin berupa tanda terima, cek, atau uang tunai. Begitu pula jika mengeluarkan uang, harus ada penggantinya, berupa beras atau barang lainnya. “Setiap transaksi harus bisa dipertanggungjawabkan,” terang dia.
Karena bisnis beras ini berputar dengan cepat, maka manajemen stok juga menjadi perhatian penting. Maklum, jika ingin menjadi pebisnis beras yang besar dan tepercaya, Anda dituntut untuk selalu menjaga kontinuitas barang.
Maka dari itu, Anda harus memikirkan stok bersih atau stok bahan baku gabah maupun beras yang siap diolah. Lantas, berapa banyak stok bersih yang harus disediakan? Arvy memberikan contoh kasarnya sebagai berikut: apabila penjualan dalam sebulan mencapai 2.000 ton, si pebisnis harus memiliki stok bersih sedikitnya 1.000 ton. “Stok itu harus benar-benar ada di gudang, tidak boleh kurang,” seru dia.
Manajemen keluar masuk barang juga harus dilakukan dengan teliti. Jangan sampai stok beras yang lama justru tertahan, hingga menurunkan mutu beras premium. “Harus ada catatan soal beras ini dan beras itu, kadar air sekian, broken sekian. Jadi, harus tertata rapi,” kata Arvy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News