kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,91   8,27   0.89%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Merancang untung dari kerajinan bambu


Sabtu, 28 September 2019 / 10:05 WIB
Merancang untung dari kerajinan bambu


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anda bisa membuat aneka macam produk dan kerajinan dari potongan bambu. Tak cuma furnitur, melainkan juga produk kreatif yang lain, seperti alat musik dari bambu, jam tangan babu, botol bambu, termos dan lainnya. Produk unik tersebut rupanya menjadi berkah bagi sejumlah perajin produk bambu.

Salah satu perajin bambu dengan produk kreatif itu  adalah Adang Muhidin, dari Cimahi Bandung. Adang sudah berkiprah di kerajinan bambu sejak 2011. Ia memberi label  produk kerajinan bambunya dengan Virage Awi atau Awi's Bamboo.

Selain produk di atas, Adang juga kerap membuat sepatu serat bambu, kaos serat bambu, biola bambu, drum bambu dan ragam produk bambu lainnya.
Dari sekian banyak produk yang ia kerjakan, alat musik dari bambu serta jam tangan adalah produk yang paling dicari konsumen. "Ini produk yang ditunggu konsumen dan saya selalu riset untuk mengeluarkan produk baru," katanya kepada KONTAN.

Baca Juga: Kerajinan bambu eksis berkat sarana digital (bagian 1)

Ia menjajakan produk hasil karyanya dengan harga Rp 100.000 sampai Rp 40 juta per unitnya. Khusus untuk jam tangan, ia bisa menjual lebih dari 1.000 unit jam tangan bambu per bulannya. Harganya, Rp 400.000-Rp 700.000 per unit. Untuk alat musik produksi berdasarkan pesanan yang masuk.

Pesanan yang masuk tersebut biasanya berasal dari media online yang ia kelola seperti di Instagram. Selain itu ia juga kerap mengikuti kegiatan bazar atau pameran tentang produk kerajinan tangan.

Hasil pameran selain menjangkau pasar dalam negeri, produk bambu Virage Awi juga sudah tembus pasar luar negeri. Produk ini di ekspor ke Malaysia hingga Meksiko. Khusus Malaysia, saat ini tengah dalam proses realisasi pemasaran.

Agar pemasaran tetap lancar diminati konsumen, Adang juga kerap mengeluarkan produk anyar saban enam bulan sekali. "Untuk tahun 2020 juga kami akan mengeluarkan produk baru, tapi masih rahasia," jelasnya.

Dengan upaya tersebut, Adang dalam sebulan sanggup meraup omzet hingga ratusan juta. Sayang, ia tidak menjelaskan target bisnis yang ingin di capai sampai akhir tahun ini.

Pemain lainnya adalah Achmad Syafei yang juga berasal dari Cimahi, Bandung. Berbeda dengan Adang, ia baru dua tahun berkecimpung di produk kerajinan bambu.

Rupanya, bambu menjadi bahan baku pengganti, setelah ia sebelumnya selalu memakai kayu hitam yang mulai terbatas pasokannya. "Sebelum beralih, saya sering ikut workshop terlebih dahulu dan akhirnya bisa beralih ke bambu," katanya yang memberi label produk kerajinan bambunya dengan Black Bamboo.

Baca Juga: Jokowi minta ekspor mebel dan kerajinan tumbuh dua digit

Produk yang ia hasilnya kebanyakan berupa alat makan dan minum. Seperti mug bambu, set minuman teh, tumbler bambu dan yang lainnya. Ada juga jam tangan bambu dan yang lainnya.

Dalam mengerjakan proses produksi tersebut, Achmad mendapat bantuan dua orang pekerjanya. Lama proses pengerjaan produk kerajinan ini beragam. Tapi rata-rata sekitar lima hari.

Sama seperti perajin lainnya, Achmad juga memanfaatkan sarana media sosial untuk pemasaran. Hasilnya, saban bulan bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta dan produknya bisa terjual ke India.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×