Reporter: Meylisa Badriyani, J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi
Perawatan pasien di rumah sering dibutuhkan oleh pasien pada tahap pemulihan. Selain tak ingin terbebani biaya rumah sakit, mereka juga tak merepotkan anggota keluarga. Ladira menawarkan kemitraan usaha ini. Apakah Anda tertarik?
Setiap orang yang pernah menjalani perawatan di rumah sakit tentu harus melalui masa pemulihan. Ya, sebelum akhirnya bisa kembali menjalankan aktivitas sehari-hari, dengan pemulihan yang benar, diharapkan hasil pengobatan terhadap suatu penyakit benar-benar maksimal.
Hanya, ketika tahap pemulihan, sering pasien masih membutuhkan pendampingan medis. Apalagi, jika sebelumnya pasien menjalani operasi yang cukup berat. Mau tak mau, pasien pun harus tetap menginap di rumah sakit.
Namun, proses pemulihan umumnya memakan waktu yang lama. Selain harus menyediakan biaya cukup besar, kondisi ini juga, mau tak mau, akan merepotkan anggota keluarga atau kerabat. Mereka harus meluangkan waktunya untuk menunggu si pasien di sela-sela kesibukan. Belum lagi, jika pasien didera rasa bosan, hingga justru menghambat proses penyembuhannya.
Berangkat dari berbagai pemikiran tersebut, Silvester Wiryanto pun mendirikan usaha Layanan Rawat Pasien di Rumah atau Ladira pada 2006. Ladira merupakan jasa pelayanan dan perawatan pasien yang dilakukan di rumah pasien sendiri. Melalui Ladira, pasien dirawat langsung oleh anggota keluarga bersama-sama dengan pramurukti (asisten perawat) yang terlatih dari Ladira.
Menurut Wiryanto, Ladira memosisikan diri di antara rumah sakit dan pasien rawat jalan. Pasien yang menjadi target jasa Ladira adalah para lanjut usia (lansia), pasien pasca-stroke, penderita penyakit menahun, seperti diabetes atau lupus, penderita tumor ganas yang sudah berada di tingkat metastase, hingga penderita cacat sejak kecil.
Wiryanto pun bercerita, ide pembentukan Ladira bermula saat ia membuka klinik Praktik Bersama Dokter Spesialis (PBDS) bersama beberapa koleganya. Saat itu, ia melihat banyak pasien yang membutuhkan perawatan dalam jangka panjang di rumah. Situasi itu terutama menimpa penderita stroke yang jumlahnya mencapai 900.000 orang per tahun. “Pasien-pasien seperti itu pasti membutuhkan perawatan yang lama dan biaya besar jika dirawat di rumah sakit,” ujar dia.
Dari situlah, lantas, tebersit pemikiran membuat Ladira. Alhasil, anggota keluarga pasien lebih leluasa merawat dan tidak terbebani dengan biaya yang mahal. “Pasien juga tidak stres,” kata dokter yang mengambil spesialisasi patologi ini.
Berbekal keyakinan tersebut, Wiryanto pun rela menutup klinik PBDS miliknya supaya bisa fokus mengembangkan Ladira. Hingga saat ini klinik yang bertempat di kawasan Bintaro itu telah memiliki 300 orang pramurukti (caregiver). Selain menyediakan pramurukti, untuk melengkapi usahanya, Wiryanto juga menyediakan dokter, perawat, occupational therapist, dan physiotherapist.
Dokter di Ladira terdiri dari seorang dokter umum yang bertugas di klinik dan dokter-dokter spesialis yang dapat dipanggil sesuai dengan kebutuhan pasien. Para dokter akan memberikan pelbagai tindakan medis, pemeriksaan diagnostik, dan menentukan manajemen pengobatan. Selain itu, dokter juga memberikan masukan ke keluarga dan lingkungan sekitar pasien, layaknya dokter di rumah sakit atau klinik, serta mengunjungi pasien untuk melakukan pemeriksaan, sesuai jadwal yang ditentukan.
Perawat memberikan pelayanan perawatan, meliputi penyuntikan obat, terapi intravena, tube feeding, perawatan luka, pemberian oksigen untuk membantu pernapasan, edukasi bagi pasien dalam perawatan penyakit mereka, bimbingan terhadap pasien, dan sebagainya. Untuk membimbing dan mendampingi pasien dalam menjalani aktivitas kesehariannya seperti bangun dan berbaring di tempat tidur, berjalan, mandi, makan, dan berpakaian, pasien ditemani oleh seorang pramurukti selama 24 jam.
Bagi pasien yang memiliki masalah atau gangguan fisik, perkembangan sosial atau emosional dan berpotensi mengganggu aktivitas kesehariannya, dapat didampingi oleh occupational therapist.
Terakhir, physiotherapist yang bertugas membantu pasien yang mengalami masalah mobilisasi dan kendala fisik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, si pasien mendapatkan pemijatan (massage) dan teknik pelatihan yang lain.
Tiga tahun
Selain jasa pelayanan rawat pasien di rumah, Ladira juga menyediakan fasilitas penunjang lain, seperti laboratorium, rontgen, farmasi atau obat-obat-an, penyewaan, dan penjualan alat-alat kesehatan (medical equipment), ambulans, katering untuk pasien, gawat darurat dan lainnya.
Tarif yang ditetapkan Ladira sesuai dengan standar biaya pelayanan berdasar sakit yang diderita pasien. “Biayanya masih wajar. Biasanya, kami akan membicarakan dengan keluarga pasien,” jelas Wiryanto.
Untuk tenaga pramurukti, tarif berkisar Rp 1.750.000 hingga Rp 2.500.000 per bulan, tergantung dari tingkat pengalaman pramurukti. Sementara, untuk jasa lainnya, seperti dokter dan perawat, dibayar per kedatangan. Sebagai contoh, jasa konsultasi dokter berkisar Rp 500.000 hingga Rp 750.000.
Demikian pula pelayanan laboratorium. Namun, untuk layanan ini, Ladira menyediakan pilihan dalam paket, mulai dari Rp 140.000 hingga Rp 200.000. Sama halnya layanan lain, pasien pun bisa mendapatkan pemeriksaan laboratorium di rumah mereka.
Selain dari jasa perawatan kesehatan pasien, Ladira juga memperoleh pemasukan dari penyewaan perlengkapan kesehatan. Salah satunya tempat tidur, dan penjualan alat-alat kesehatan lainnya, seperti tabung oksigen, jarum suntik dan lainnya. Ladira pun bisa menikmati profit dari penjualan obat-obatan untuk pasien.
Wiryanto bilang, saat ini, Ladira merawat pasien sebanyak 300 orang. Beberapa di antaranya merupakan pasien yang telah melakukan perawatan selama tahunan. Bahkan, seorang di antaranya telah menjadi pelanggan Ladira sejak klinik ini dibuka enam tahun silam.
Hanya saja, Ladira membatasi wilayah pelayanannya. Seperti Ladira di Bintaro ini, paling banyak pasien terdapat di kawasan Bintaro dan Pondok Indah. “Pokoknya, yang bisa dijangkau dalam 20 menit perjalanan,” terang Wiryanto. Hal itu disebabkan keterbatasan jumlah dokter dan komitmen terhadap kecepatan layanan pasien, yang dijanjikan Ladira.
Melihat tingginya kebutuhan masyarakat akan layanan rawat pasien di rumah dan keterbatasan jangkauan Ladira, Wiryanto menawarkan kemitraan bagi masyarakat luas mulai 2013. Calon mitra Ladira dapat memilih satu dari dua jenis investasi yang ditawarkan, yakni skala regional dan wilayah kotamadya atau kabupaten seperti Ladira di Bintaro.
Pertama, investasi di hulu atau regional. Investasi regional ini biasanya merupakan gabungan dari beberapa provinsi. Dengan membeli kemitraan skala regional, mitra bisa menggunakan nama Ladira dan menggunakan lisensi ke calon mitra Ladira di wilayahnya. Nilai investasi untuk paket regional ini mulai dari Rp 2 miliar. Dengan modal itu, mitra dapat memperoleh hak saham maksimum 40% investasi Ladira.
Kedua, investasi di hilir. Biasanya, mitra ini mempunyai cakupan wilayah setingkat kotamadya atau kabupaten. Mitra yang berminat membeli paket ini, harus menyediakan modal paling tidak Rp 750 juta. Modal sebesar itu, sudah termasuk biaya kemitraan sebesar Rp 225 juta, untuk lima tahun.
Mitra juga harus menyiapkan satu unit ambulans senilai Rp 150 juta dan peralatan laboratorium standar Rp 250 juta. Wiryanto bilang, mitra juga harus menyiapkan dana cadangan operasional selama enam bulan, sebesar Rp 180 juta.
Dana itu belum termasuk biaya untuk menyewa tempat usaha. Wiryanto bilang, tempat yang menjadi usaha Ladira paling tidak memiliki luas berkisar 250 meter persegi (m2), dan berada di lokasi yang strategis. “Paling tidak kendaraan yang lewat di depannya cukup ramai,” ujarnya. Maklum, ke depan, Ladira juga akan mengembangkan usaha lain, seperti apotek dan praktik dokter.
Hak yang diperoleh mitra adalah menggunakan nama Ladira, tenaga asisten perawat, pramurukti, sistem manajemen Ladira. Ada juga pendampingan usaha selama tiga bulan, pelatihan karyawan untuk tenaga medis maupun administrasi, serta berbagai promosi.
Wiryanto akan menyediakan semua tenaga kerja untuk para mitranya yang akan membuka Ladira. Ia mengaku, mendapat pasokan tenaga kerja dari sebuah Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) di Jawa Timur. Selanjutnya, ia akan melatih tenaga kerja itu, khususnya tenaga pramurukti, sesuai dengan standar Ladira.
Ke depan, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja para mitranya, Wiryanto juga berniat membuka lembaga pelatihan untuk pramurukti. Lalu, selain pramurukti, ia pun berencana untuk menyiapkan tenaga untuk baby sitter dan nanny. “Jadi, perawatan yang bisa diberikan oleh Ladira akan lebih luas, dari fase kelahiran hingga mereka lanjut usia,” jelasnya.
Dari seluruh investasi yang ditawarkan, Ladira akan menarik royalty fee dari omzet mitra setiap bulannya, yakni sebesar 3% untuk mitra tingkat kabupaten dan kotamadya dan 2% untuk mitra tingkat regional. Menurut perhitungan Wiryanto, dapat diprediksi dalam tiga tahun, modal akan kembali.
Ia pun yakin, bisnis Ladira akan terus berkembang dalam 10 tahun hingga 20 tahun ke depan. “Saya memperkirakan kelak akan ada 500 unit Ladira di kabupaten dan kotamadya di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News