Reporter: Diade Riva Nugrahani, Indira Prana Ning Dyah | Editor: Tri Adi
Bagi sebagian orang, berurusan dengan rumah sakit bisa jadi momok yang sangat menakutkan. Peluang inilah yang ditangkap pengelola klinik kesehatan dengan menyediakan layanan ala rumah sakit langsung di rumah si pasien.
Dodi sedang pusing. Ibunya yang berusia cukup lanjut terus menerus sakit keras. Tapi, beliau berkeras tidak mau dirawat di rumah sakit. Sejak dulu, ibunda Dodi memang termasuk tergolong orang yang anti-rumah sakit.
Dodi mencari akal agar ibunya tetap bisa dirawat seperti di rumah sakit, tapi tak harus beranjak dari rumah. Beruntung, dia menangkap informasi dari seorang teman soal klinik kesehatan yang bisa memberikan layanan ala rumah sakit di rumah. Ini merupakan solusi.
Tidak sedikit orang yang anti-rumah sakit, atau enggan memeriksakan diri ke dokter jika ada keluhan. Sering kali, rasa ingin selalu dekat dengan keluarga menjadi alasan orang enggan dirawat di rumah sakit. “Ada juga yang menginginkan di akhir ajalnya bisa dirawat dan meninggal di rumah,” kata dr Sugemay Indra, Pemilik CV Mitra Sehat, Surabaya.
Tak heran, belakangan ini banyak muncul klinik khusus rawat jalan yang menyediakan layanan di rumah. Pemilik Ladira Tugu Medical Center di Bintaro, dr Silvester Wiryanto menjelaskan, klinik kesehatan khusus seperti Ladira memang bermaksud memberikan layanan ala rumah sakit dan rawat jalan di rumah pasien. “Jika dirawat di rumah, secara psikologis pasien bisa lebih nyaman karena mendapatkan dukungan dari keluarga,” ujar dia.
Pasien-pasien klinik Ladira, kependekan dari layanan kesehatan di rumah, kebanyakan adalah mereka yang membutuhkan pendampingan saat sakit. Misalnya, para lanjut usia (lansia), pasien pasca-stroke, penderita tumor ganas yang sudah metastase, penderita penyakit menahun seperti diabetes kronis atau lupus, juga cacat dari kecil. “Jumlah pasien pasca-stroke lebih banyak karena total penderita stroke bisa mencapai 900.000 orang per tahun,” jelas Wiryanto.
Selain supaya bisa tetap dekat dengan keluarga, perawatan oleh tenaga medis di rumah juga relatif lebih murah. Wiryanto memberikan gambaran, daripada dirawat di RS dalam jangka panjang, akan lebih hemat jika keluarga menyewa pramurukti secara bulanan di rumah, dengan dukungan dokter. “Kalau dihitung-hitung, biaya perawatan di klinik hanya sepersepuluh biaya perawatan di rumah sakit,” ujar dia.
Pendiri Mitra Laboratory Semarang, Silvan Prayogo, menjelaskan, meski bukan rumah sakit, Mitra Lab yang sudah berdiri sejak 15 tahun lalu ini tetap memberikan standar layanan sesuai etika kedokteran. Pasien akan diberi penjelasan secara detail dan jujur soal penyakitnya, sebelum mendapatkan layanan medis. “Sudah bukan zaman lagi pasien jadi “sapi perah”untuk kepentingan komersial dokter atau perusahaan medis,” kata Silvan.
Selain itu, lantaran pasien yang dirawat di klinik atau di rumah tidak berbaur dengan pasien-pasien berpenyakit berat seperti di rumah sakit, kemungkinan terkontaminasi oleh penyakit lain juga sangat kecil.
Layanan lengkap
Jenis layanan ke rumah juga berbeda tiap klinik. Mitra Sehat dan Ladira, misalnya, memberikan layanan perawatan sesuai standar rumah sakit terhadap pasien di rumah. Sedangkan Mitra Lab Klinik lebih banyak memberi pelayanan diagnostik sampel darah, urin, dan feces ke rumah. Pengambilan sampel bisa dilakukan di rumah, tapi proses pemeriksaannya dilakukan di laboratorium.
Begitu juga jika harus menjalani terapi, jika butuh peralatan khusus, pasien harus datang ke klinik. Jika tak perlu peralatan khusus, pasien cukup melakukan terapi di rumah.
Layanan agak berbeda ditawarkan oleh Pusat Diagnostik Budi Sehat. Selama ini, Budi Sehat lebih memfokuskan diri pada layanan klinik. Contohnya, pemeriksaan rontgen, panoramic, mammografi, USG, EKG, treadmill, audiometri (pemeriksaan derajat ketulian), hingga spirometri (tes fungsi paru-paru). Budi Sehat menyediakan 24 dokter, baik spesialis, dokter umum, hingga ahli fisioterapi.
Pemilik Pusat Diagnostik Budi Sehat, Yakobus Andrea, menjelaskan, kliniknya selalu ramai dikunjungi pasien lantaran sudah terpercaya sejak tahun 1982. Jumlah pasiennya mencapai 5.000 tiap bulan.
Selain melayani diagnostik, Mitra Lab juga melayani aneka terapi seperti terapi wasir dan terapi untuk lansia. Biaya fasilitas diagnostik mulai Rp 30.000 hingga Rp 350.000.
Penyembuhan wasir menelan biaya hingga Rp 1 juta per tindakan. Tarif rata-rata sekali pertemuan terapi antara Rp 370.000 hingga Rp 700.000 dengan frekuensi minimal tiga kali.
Indra mengaku, kliniknya mampu meraup omzet hingga Rp 98 juta per bulan. Omzet ini dari 20-an pelanggan home care dan keuntungan dari pelatihan medis saban bulan.
Saking banyak peminat, Ladira dan Pusat Diagnostik Budi Sehat sudah menerapkan sistem waralaba untuk klinik serupa. Wiryanto menjelaskan, syarat menjadi mitra waralaba Ladira adalah menyediakan investasi awal sekitar Rp 1,5 miliar, sudah termasuk setup fee dan management fee sebesar 2% dari omzet.
Dengan asumsi omzet per bulan Rp 500 juta, dalam hitungan Wiryanto, investor Ladira bakal balik modal dalam dua sampai tiga tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News