Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Srikaya merah berhasil mencuri perhatian penggemar tanaman. Warnanya yang unik, aroma harum, serta rasa buah yang lebih manis menjadi daya tariknya.
Selain itu, tanaman tropis ini juga mempunyai khasiat untuk kesehatan yaitu sebagai obat sembelit, nyeri punggung, dan disentri akut.
William Soejokto, pembidudaya tanaman asal Jakarta menjelaskan, keunggulan lain tanaman ini adalah lebih cepat berbuah. Dalam rentang umur enam bulan sampai 18 bulan, buahnya sudah dapat dipanen.
Tak heran, srikaya merah menjadi incaran para pehobi tanaman. Dalam sebulan, William bisa menjual sekitar 200 bibit tanaman ke konsumennya yang ada di seluruh Indonesia. Ia mengirimkan tanaman pesanan ini menggunakan jasa pengiriman baik melalui darat, laut, dan udara disesuaikan dengan lokasi pelanggan.
Untuk harganya, dibanderol mulai dari Rp 30.000 per tanaman dengan ukuran ukuran 25 cm sampai Rp 500.000 per tanaman dewasa. Sayangnya, William enggan mengungkapkan total keuntungan bersih yang berhasil dikantonginya.
Namun, ia mengungkapkan potensi budidaya srikaya merah masih bagus karena masih banyak yang memburunya. "Banyak yang suka karena warnanya yang antik dan gampang berbuah," katanya.
Sekedar info, William sudah membibitkan tanaman ini sejak tahun 2010 lalu. Lokasi penangkarannya berada di Karawang, Jawa Barat.
Saat ini, dia memiliki lima pohon indukan. Dari situ, dia dapat menghasilkan sekitar seratus bibit tanaman baru yang siap dipasarkan.
Nina Riyanawati, pembudidaya asal Tangerang sekaligus pemilik Sudut Hujauku juga mengakui kalau srikaya merah sedang disukai oleh pasar. Saban bulan pun dia kerap kesulitan untuk memenuhi permintaan para pelanggannya.
Maklum saja, jumlah bibit srikaya merah yang dihasilkannya cukup terbatas hanya sekitar 150-200 bibit per bulan. Saat ini, dia memiliki 40 pohon srikaya yang menjadi indukan.
Nina membanderol harga bibitnya mulai Rp 150.000 per tanaman dengan ukuran 60-70 cm atau umur tiga bulan. Konsumennya pun berasal dari Sabang sampai Merauke. Maklum, dia menggunakan media online untuk media jualnya.
Untuk menjaga tanaman tidak rusak dan stres, Nina menggunakan cocobit yang diberikan nutrisi sebagai pengganti media tanah. Kemudian tanaman dikemas menggunakan plastik wrap yang kemudian dimasukkan dalam kardus.
Asal tahu saja, Nina bersama suami sudah membibitkan tanaman ini sejak akhir tahun 2014 lalu. Konsep yang diusungnya adalah tanaman buah dalam pot alias tabulampot organik.
Hanya perlu memperhatikan serangan hama putih
Warna merah baik pada kulit maupun daging buahnya, aroma harum serta sifat mudah berbuah pada srikaya merah berhasil memikat para penggemar tanaman. Para pembudidayanya pun bisa mendulang untung dari ramainya permintaan bibit srikaya ini. Apalagi, tanaman yang masuk dalam kelompok annona squamosa ini cukup tahan terhadap penyakit.
William Soejokto, pembudidaya tanaman asal Jakarta menjelaskan perawatan tanaman ini cukup mudah. Seperti pohon srikaya pada umumnya, penyiraman hanya dilakukan sehari sekali. Sedangkan, pupuk bisa diberikan setiap dua minggu. William biasanya memberikan pupuk NPK yang dicampur dengan pupuk organik.
Untuk media tanamnya, ia mencampurkan sekam, kotoran kambing dan tanah, dengan perbandingan 1:1:1. "Campuran ini bertujuan agar air siraman air tidak mengendap pada bagian akar tanaman," katanya pada KONTAN.
Yang perlu diwaspadai, tanaman ini cukup mudah terserang hama putih. Seperti yang sering terlihat, hama putih ini akan menempel pada daun, batang, hingga buah. Oleh karena itu, William menyarankan untuk membungkus buah dengan kertas atau plastik saat mulai tumbuh besar.
Untuk mengembangbiakkan srikaya merah, selain dengan biji, William bilang, srikaya merah dapat diperbanyak melalui metode sambung susuk. Lewat metode terakhir, dalam 1,5 bulan bibit sudah siap untuk dijual kepasaran.
Nina Riyanawati, pembibit tanaman asal Tangerang, Banten, sekaligus pemilik Sudut Hijauku memakai cara lain untuk membudidayakan srikaya merah. Ia memilih okulasi untuk membibitkan tanaman asal Australia ini.
Batang bawahnya dapat menggunakan srikaya lokal. Namun, batang okulasi harus diambil dari tanaman indukan yang berusia sekitar delapan tahun atau yang sudah berbuah.
Untuk tanaman yang baru disambung usahakan ditempatkan pada tempat yang teduh. Saat sudah tumbuh tunas baru, maka tanaman sudah bisa dijual kepasaran.
Perawatannya cukup disiram sekali sehari. Perhatikan, saat penyiraman, akar harus basah tapi jangan sampai air mengendap di bagian bawah pot.
Berbeda dengan William, Nina menggunakan media tanam terdiri dari campuran cocobit, arang, kompos, dengan sekam fermentasi. Dia menempatkan tanaman ini pada pot.
Meski dapat berbuah empat bulan paska proses okulasi, sebaiknya buah dipetik karena batang tanaman masih terlalu kecil. "Untuk delapan bulan awal sebaiknya fokus pada pertumbuhan tanaman," katanya.
Setelah itu, buahnya bisa dibesarkan. Maklum saja, buah srikaya merah mempumyai ukuran yang lebih besar dari srikaya biasa.
Nina bilang, selain hama putih, belalang juga menjadi musuh srikaya. Untuk memusnahkannya, ia menggunakan obat organik dari campuran tembakau dengan bawang putih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News