Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Tri Adi
Jumlah pelanggan listrik prabayar yang terus bertambah membuka peluang usaha penjualan token listrik. Komisi per transaksi memang kecil. Tapi, lantaran pasar dan permintaannya cukup besar, hasil yang didapat setiap bulan cukup besar.
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), saat ini, tengah gencar menggelar program pemindahan layanan jaringan listrik dari pascabayar menjadi prabayar. Jumlah pelanggan listrik prabayar sudah mencapai 1,7 juta pelanggan dari total 41 juta pelanggan PLN sampai akhir tahun lalu. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat.
Bambang Dwiyanto, Bagian Pemasaran dan Komunikasi PT PLN menjelaskan, jumlah pelanggan prabayar paling banyak berada di Jawa Barat. Di daerah itu, PLN memang sedang menggalakkan program migrasi pelanggan ke sistem prabayar. Dia juga memastikan, penyebaran migrasi pelanggan listrik prabayar akan menjangkau ke seluruh Indonesia.
Nah, untuk memenuhi kebutuhan token atau kode isi ulang listrik bagi pelanggan prabayar, PLN sudah bekerja sama dengan beberapa bank dan kantor pos. Di level berikutnya, bank atau kantor pos bisa bekerja sama dengan agen atau mitra.
PLN sudah menunjuk beberapa bank. Di antaranya Bank Bukopin, Bank Mandiri, Bank Perkreditan Rakyat Karya Jati Sadaya (BPR KS), Bank BNI, dan Bank CIMB Niaga. Lazimnya, bank menjual token melalui jaringan ATM mereka. Namun, bank-bank itu juga ditunjuk menjadi agen yang bisa bekerjasama dengan downline atau agen server token.
Nah, masyarakat bisa memanfaatkan peluang ini dengan bermitra dengan bank-bank tersebut. Apalagi, tidak semua pelanggan listrik prabayar belanja token lewat ATM. Mohamad Miroji adalah contoh pengusaha yang telah memanfaatkan peluang ini. Salah satu pemilik www.agenlistrikprabayar.com ini mengaku meraup keuntungan yang lumayan dari bisnis ini. Dalam sebulan, rata-rata ia meraup laba Rp 600.000 dari hasil menjual token listrik.
Pendapatan tersebut antara lain berasal dari komisi penjualan. Sekadar informasi, komisi yang didapat agen server token adalah sebesar Rp 100 per transaksi. “Dari awal Juli sampai 14 Juli, saya sudah membukukan 583 transaksi,” kata Miroji. Nah, selama periode 15 Juli sampai akhir Juli, ada tambahan 783 transaksi.
Selain mendapatkan komisi penjualan token listrik prabayar, Miroji juga mendapatkan keuntungan dari pendaftaran keanggotaan (member) jaringan agen token. “Saya mendapatkan komisi Rp 50.000 per member yang mendaftar,” ujar dia.
Setiap bulan, rata-rata member agen yang mendaftar lewat Miroji sekitar enam orang sampai delapan orang. Artinya, dalam sebulan, dia bisa mengantongi komisi sebesar Rp 300.000 - Rp 400.000 dari hasil pendaftaran member saja.
Hal yang sama juga dialami oleh Asep Bin Yasin, pemilik Tunas Komunika di Bandung. Selama sebulan, ia bisa meraup keuntungan Rp 300.000 -
Rp 400.000 dari bisnis penjualan token listrik. Karena dia tidak menggaet member dalam penjualan token, pendapatannya hanya berasal dari hasil penjualan token.
Asep mengaku, total nilai transaksi yang ia bukukan selama sebulan mencapai Rp 15 juta. “Di bulan Agustus, sampai pertengahan, total transaksi kami sudah mencapai sekitar Rp 6 juta,” papar dia.
Sebagai agen besar, komisi yang didapat Miroji dari tiap transaksi hanya Rp 100. Tapi, sebagai agen penjual langsung, Asep justru mendapatkan komisi lebih gede, yaitu Rp 1.000 per transaksi.
Menurut Asep, pembeli token listrik berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. “Ada dari Bali dan Jakarta,” kata dia. Pelanggan Miroji juga berasal dari berbagai wilayah. Dia menyebut, ada yang dari Karawang, Riau, Kalimantan, Makassar, Semarang, Sidoarjo, bahkan Papua. “Baru saja saya mendapat member dari Martapura, Papua. Soalnya, di sana tidak ada ATM,” cerita Miroji.
Proses kerja sama
Untuk memulai bisnis penjualan token listrik ini, Anda punya dua pilihan. Yakni menjadi agen ritel yang menjual langsung ke konsumen dan menjadi agen server yang membawahi beberapa agen ritel. Berbeda dengan agen ritel yang mendapat keuntungan dari penjualan eceran, keuntungan agen server berasal dari perekrutan agen dan komisi dari penyaluran token ke agen ritel.
Asep yang menjadi agen ritel berbelanja token listrik ke PT Arindo Pratama sebagai agen server di Bandung. “Saya memulai bisnis ini sejak 14 bulan silam,” paparnya. Awalnya, dia hanya menyetorkan deposit untuk transaksi jual beli token listrik sebesar Rp 3 juta. Selanjutnya, Arindo memberikan pin untuk akses bertransaksi.
Selain menyiapkan deposit, modal lain yang harus disiapkan Asep adalah perangkat komputer yang punya akses internet. Maklum, semua transaksi penjualan token dilakukan menggunakan jaringan internet.
Menurut Asep, deposit tersebut bisa digunakan untuk beberapa transaksi, tak cuma token listrik. Misalnya, untuk transaksi voucer isi ulang TelkomVision, Speedy, pembayaran rekening PDAM, dan yang lain.
Lain halnya dengan Miroji yang menjadi agen server. Ia bekerja sama dengan bank sebagai agen besar penjual token. “Kerja sama intinya dengan bank,” ujar dia. Agen server tidak dibebani target. Tapi, mereka harus menjaga jumlah deposit biar tetap bisa bertransaksi.
Yang harus disiapkan Miroji adalah server untuk melayani jual beli token listrik. “Saya membeli seharga Rp 1 juta, berupa server virtual,” ujar pengusaha yang memulai bisnis token sejak 2010 ini. Tak lupa, ia juga menyiapkan komputer dan jaringan internet. Selain itu, kebutuhan lainnya adalah biaya sewa hosting senilai Rp 200.000 per tahun.
Yayang Sudaryana, pemilik agen server Mufaz 88 Plus, juga mengaku menjalin kerja sama dengan bank. “Setelah menyetor deposit ke bank, saya langsung tersambung dengan server,” ujar dia. Ia tidak membeli server sendiri, tapi bekerja sama dengan teman yang sudah mempunyai server. “Lebih irit dan balik modalnya bisa cepat,” katanya. Soalnya, kalau ingin punya sendiri, total modalnya bisa sampai Rp 5 juta.
Menurut Miroji biaya operasional agen server per bulan tidak terlalu banyak. “Paling hanya biaya untuk membayar listrik, internet, dan pulsa,” kata dia. Ia menghitung, total pengeluaran rata-rata per bulan hanya sekitar Rp 200.000.
Biaya yang ditanggung Asep sebagai agen ritel juga tak besar. Pengeluaran rutinnya hanya berupa ongkos koneksi internet per bulan. “Saya membayar koneksi internet per bulan sekitar Rp 110.000,” katanya.
Bisnis ini, menurut Miroji, juga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Saat ini, dia menjalankan semua transaksi sendiri. Asep juga tidak mempekerjakan pegawai untuk menjalankan bisnis ini.
Bisnis ini tidak jauh bedanya dengan bisnis penjualan pulsa elektronik. Meski begitu, jika Anda ingin menjual langsung ke pengguna atau menjadi agen ritel, Anda perlu mempunyai lapak untuk berjualan token listrik. Kalau pun tidak punya lapak khusus di rumah, paling tidak konsumen harus tahu bahwa Anda melayani penjualan token listrik. Model ini cocok untuk di kompleks perumahan.
Jika ingin jangkauan penjualan lebih luas, sebaiknya Anda berjualan lewat internet atau menjadi agen server. “Banyak pelanggan yang saya layani pesanannya melalui Yahoo Messenger (YM),” papar Asep yang juga punya pelanggan online.
Balik modal bisnis ini sangat cepat. Asep mengaku, di bulan pertama menjadi agen ritel, modal awalnya sudah kembali. Miroji juga mengaku, beberapa bulan setelah memulai bisnis, modal awal sebagai agen server token ini sudah kembali. Semuanya tertutup dari komisi member yang mendaftar.
Saat ini, yang bergabung sebagai agen ritel Miroji sudah mencapai 145 anggota. Jumlah tersebut bakal terus bertambah. “Setiap bulan, saya bisa mendapatkan sekitar delapan anggota,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News