kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mike beraksi, pamor Manggadua kian seksi


Rabu, 27 Oktober 2010 / 10:15 WIB
ILUSTRASI. Perkebunan Kelapa Sawit


Reporter: Rivi Yulianti | Editor: Tri Adi


Peran Michael Go dalam proses perkembangan kawasan Manggadua sebagai sentra mobil seken cukup besar. Setelah melahirkan bursa mobil di WTC Manggadua, kini ia mengelola Raja Bursa Mobil di Manggadua Square. Perjalanannya berliku.

Mereka yang pernah berburu mobil bekas, kemungkinan besar, mengenal Raja Bursa Mobil (RBM) yang terletak di Manggadua Square, Jakarta Utara. Sentra seluas 10 hektare (ha) ini merupakan pelopor sentra mobil bekas yang dibuka 24 jam. Bahkan, sentra ini juga menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.

Transaksi yang terjadi juga menggambarkan betapa besarnya sentra ini. Tak kurang dari 800 unit mobil terjual di sini.
Status RBM adalah pengelola pusat mobil bekas yang menampung sekitar 130 showroom ini. Nah, Michael Go, pemilik RBM, adalah orang yang berada di balik kesuksesan sentra ini.

Bermodal ijazah Sekolah Dasar (SD), Mike – demikian ia biasa disapa – mendaki kesuksesannya dari bawah. Sejak umur 12 tahun, ia sudah terjun ke dunia otomotif. “Saat itu, saya bekerja di bengkel milik saudara di Medan,” ungkapnya.

Setahun kemudian, pria kelahiran Medan ini pindah ke Bengkel Air Mas. Ia belajar ilmu mekanik yang sudah memakai sistem komputer, seperti spooring dan balancing. Kemudian, ia hijrah ke Pekanbaru dan langsung menjadi kepala montir. “Umur 14 tahun saya membawahi puluhan montir yang usianya lebih tua,” kenangnya.

Puas menimba ilmu, Mike kembali ke Medan dan mendirikan Bengkel Oscar bersama seorang temannya. “Sistemnya bagi hasil. Saya masih menjadi kepala montir,” ungkapnya. Saat itu, Bengkel Oscar menjadi bengkel servis taksi paling tersohor di Medan.

Pada usia 18 tahun, Mike mulai membuka bengkel sendiri bernama Go Hoat Auto Service. Bengkel ini menyediakan layanan body repair, cat, dan variasi.

Sayangnya, Mike muda terlalu rakus. Saat sudah memiliki harta melimpah, ia tergoda melakukan ekspansi ke bidang lain untuk menggaet untung lebih besar lagi. Ia mulai melirik bisnis kayu. Namun, kesibukan barunya itu membuat bengkelnya tidak terurus.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Alih-alih menambah pundi-pundi rupiah, akhirnya, bisnis kayunya gagal total. Di saat yang sama, bengkelnya juga merugi. “Akhirnya, bengkel saya tutup dan propertinya saya jual,” sesal Mike.

Bermodal hasil penjualan bengkel, pria kelahiran 26 Juli 1973 ini mengadu nasib ke Jakarta. Selama delapan bulan pertama, Mike harus menganggur. “Saya ditampung di Wihara Meta Karuna di daerah Duta Mas,” ungkapnya. Ia menumpang makan dan tidur di sana. Sebagai balas jasa, ia mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga wihara.


Menyedot pengunjung

Mike mencoba keberuntungan dengan menjual VCD bajakan di Glodok. “Beruntung, ada bos yang membolehkan saya mengambil barang terlebih dahulu, baru bayar seminggu kemudian. Jadi, saya tidak perlu keluar modal,” ungkapnya.

Saat itu, peredaran VCD bajakan masih lancar. “Tak pernah ada razia,” ujarnya. Ia menjual tiga keping VCD bajakan seharga Rp 10.000 dengan keuntungannya hampir dua kali lipat.

Dari hasil tabungannya, Mike memodali temannya membuka kios jual beli mobil bekas di Pasar Mobil Kemayoran. “Modal dari saya, profit sharing fifty-fifty. Urusan manajemen saya serahkan sepenuhnya ke teman saya,” ujarnya.

Waktu itu, Mike memang mulai sibuk jadi Direktur Entertainment Lyons Club. Tugasnya adalah merancang kegiatan seni komersial. Hasilnya untuk sumbangan sosial. Karena aktivitasnya ini, suatu ketika, pengelola WTC Manggadua memintanya mendatangkan pengunjung ke mal yang saat itu sepi.

Mike melemparkan ide untuk membuat showroom jual beli mobil bekas di basement. Pada 2007, ia membuka Bursa Mobil WTC. “Nama, konsep, dan manajemennya saya yang ciptakan seluruhnya,” ungkapnya. Bursa Mobil WTC merupakan tonggak awal yang menjadikan kawasan Manggadua sebagai pusat mobil bekas top selain Kemayoran.

Namun, tahun 2008, Mike memutuskan hengkang lantaran tidak cocok dengan pengelola mal. Ia menyeberang ke Manggadua Square dan membangun Raja Bursa Mobil. Di sini, ia buka “warung” 24 jam.

Kunci kesuksesan Mike adalah ketegasannya dalam menolak mobil tanpa surat alias bodong. Setiap mobil yang akan dijual di showroom RBM pasti melalui proses seleksi ketat. “Apabila ada mobil bermasalah, saya langsung memutus kontrak showroom itu,” ungkapnya.

Para pemilik showroom memang berstatus penyewa. Tarif sewa satu lot yang bisa memajang enam sampai delapan mobil itu Rp 50 juta–Rp 60 juta.

Selain berbisnis mobil bekas, Mike memiliki Sun Reflexy, tempat pijat refleksi keluarga. Meski baru memiliki satu cabang, omzetnya mencapai sekitar Rp 50 juta sebulan. Dua bulan lagi, ia juga akan membuka restoran vegetarian Go Vegie.

Meskipun sempat meninggalkan bangku sekolahnya, Mike menebus kesalahannya dengan mengikuti Kejar Paket B dan C. Ia juga ingin melanjutkan pendidikan ke Universitas Terbuka. “Biar bagaimanapun, pendidikan itu penting,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×