kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Modal Nellys: Tekun, jujur, dan luwes bergaul (2)


Rabu, 07 Maret 2012 / 15:52 WIB
Modal Nellys: Tekun, jujur, dan luwes bergaul (2)
ILUSTRASI. Warga membeli barang secara online melalui gadget miliknya. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.


Reporter: Havid Vebri | Editor: Tri Adi

Berani mencoba, jujur, dan tekun menjadi kunci sukses Nelly Soekidi dalam berbisnis. Sukses yang diraihnya diawali dari keputusan untuk membuka usaha sendiri di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) tahun 1993.

Pemilik toko Nellys Jaya ini terbantu berkat hubungan baiknya dengan relasi, seperti pelanggan maupun para pemasok beras dari berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Cirebon dan Garut.

Awalnya ia berjualan di los pasar induk dengan modal hanya Rp 3 juta. "Saat itu, uang sebesar itu paling cuma bisa beli beras sebanyak 1 ton," ujar Nellys.

Tapi untungnya, kendati bermodal cekak, ia banyak mendapat dukungan dari pemasok beras yang menjadi relasinya. Dalam sehari, ia bisa mendapat pasokan beras 15 ton sampai 20 ton. Saat itu, para pemasok menerapkan sistem konsinyasi.

Dengan sistem ini, ia baru bayar setelah beras habis terjual. Kadang juga masih dikasih tempo waktu selama seminggu. Namun, berkat pergaulannya yang luwes, beras dagangannya acap habis terjual hanya dalam waktu sehari atau dua hari. "Uang hasil penjualan itu langsung saya kasih ke pemasok, jadi habis langsung saya bayar," ujarnya.

Lantaran penjualannya cepat dan langsung dibayar, para pemasok semakin percaya terhadap Nellys. Alhasil, dalam waktu singkat, usahanya dari berjualan beras di pasar induk makin berkibar.

Oleh Nellys, uang hasil berjualan beras itu terus ditabungnya. Tidak seperti pedagang lain yang gaya hidupnya langsung berubah ketika bisnisnya berkembang. "Saat itu banyak teman-teman pedagang yang beli mobil, tapi kalau saya hanya ditabung saja," ujarnya.

Lambat laun uang tabungannya semakin besar. Uang tersebut dipakainya buat menambah modal usaha. Setelah empat sampai lima tahun berjualan di los, ia pun berhasil membeli sebuah kios di pasar induk. "Harganya saat itu sekitar Rp 160 juta," ujar Nellys.

Hingga saat ini, ia telah memiliki lima toko di pasar induk. Sementara di luar pasar induk tercatat delapan toko. Total karyawannya kini sudah 34 orang. "Saya banyak menampung saudara saya sendiri," ujarnya.

Setelah usahanya semakin maju, ia pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia berpikir, pendidikan bisa membantunya mengembangkan diri. Saat itu ia mengambil jurusan manajemen di salah satu perguruan tinggi swasta. "Saat kuliah itu, saya sudah punya istri dan dua anak," ucapnya.

Ternyata terbukti, ilmu yang dipelajarinya selama kuliah turut membantunya mengembangkan karier di dunia usaha. Setelah menyelesaikan studi, ia semakin jeli melihat peluang bisnis. Bila dirasa bakal menguntungkan, ia tak ragu untuk melakukan ekspansi.

Contohnya, saat ia melihat peluang bisnis penggilingan padi di desa-desa yang berdekatan dengan area persawahan. Nah, "Saat itu saya melihat peluang tersebut ada di daerah asal saya Ngawi, Jawa Timur," kata Nellys. Maka, di tahun 2008, ia memutuskan untuk mendirikan pabrik penggilingan padi berkapasitas 25 ton per hari.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×