kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,82   12,51   1.38%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mono: Inovasi, kunci usaha untuk maju (3)


Rabu, 02 Maret 2011 / 12:55 WIB
Mono: Inovasi, kunci usaha untuk maju (3)
ILUSTRASI. Suasana pelayanan BNI Remittance, Hong Kong, China, Jumat (28/9). KONTAN/Baihaki/28/9/2012


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Di tengah persaingan usaha kuliner yang makin ketat, Ayam Bakar Mas Mono tetap bertahan, bahkan berkembang. Kuncinya, terus berinovasi. Agus Pramono, pemilik Ayam Bakar Mas Mono, belajar inovasi dari pengalaman pribadi dan melirik bisnis orang lain. Hasilnya, Ayam Bakar Mas Mono terus menjadi kesukaan pecinta kuliner lokal.

Setelah dua gerainya di daerah Tebet, Jakarta Selatan tumbuh subur, pada 2005, Agus Pramono alias Mono memberanikan diri kembali membuka cabang. Sampai akhir 2009, ia sudah memiliki sembilan cabang Ayam Bakar Mas Mono.

Masuk 2010, Mono mulai menawarkan waralaba usaha ayam bakarnya. Sambutannya luar biasa. "Baru buka franchise sudah banyak orang berminat. Malahan, ada satu pengusaha yang ambil 50 sekaligus," katanya.

Investasi awal Ayam Bakar Mas Mono sebesar Rp 500 juta dengan masa berlaku lisensi lima tahun. Saat ini, Mono membawahkan 10 cabang dan 10 terwaralaba.

Meski berkembang pesat, bukan berarti memajukan usaha ayam bakarnya sekarang ini semudah membalikkan telapak tangan. Soalnya, persaingan usaha kuliner khususnya ayam bakar amat ketat.

Beragam usaha ayam bakar tumbuh dengan keunikan masing-masing. Tetapi, Mono tidak gentar. Ia yakin usaha ayam bakarnya tetap hidup lantaran punya citarasa khusus. "Ada yang pakai sambal korek, sambal tomat, saya pakai sambal terasi dan bumbu khusus. Empuk dan gurih sampai ke tulang," ungkap Mono.

Inilah citarasa khusus yang ditawarkan Ayam Bakar Mas Mono. Tulang ayam bisa dimakan lantaran dimasak sampai empuk tapi tidak hancur. Bumbunya pun meresap sampai ke dalam.

Namun, Mono tak hanya mengandalkan citarasa ayam bakarnya yang beda dengan warung sebelah. Ia juga berupaya membenamkan Ayam Bakar Mas Mono di kepala konsumen. Caranya, dengan membuat tagline yang familiar di telinga: Enak Dimakan dan Perlu.

Jujur saja, Mono mengambil tagline itu dari moto sebuah media massa nasional ternama. "Karena kuliner, makanya diplesetkan begitu. Enak dimakan dan perlu. Perlu dijadikan langganan, perlu beli banyak, perlu datang lagi," ujar Mono sambil tertawa lepas.

Selain tagline, Mono juga membuat sambutan kepada pembeli yang baru masuk ke kedai: Monggo, silakan. Begitu sambutan pegawai Ayam Bakar Mas Mono ketika para pembeli menapakkan kaki di kedai mereka.

Mono juga merancang kedainya dengan konsep tradisional. Ini terlihat dari deretan meja dan kursi panjang yang terbuat dari kayu, dengan dinding kedai berwarna hijau kusam.

Namun, tetap ada sentuhan modern, seperti kehadiran televisi layar datar yang terpasang di dekat langit-langit kedai. "Konsep ini tidak kaku. Makanya, banyak anak muda datang ke mari. Apalagi, harganya pun terjangkau kantong," kata Mono. Ia membanderol seporsi ayam bakar plus nasi dengan harga Rp 14.500.

Mono juga tidak malu belajar dari usaha makanan lain. Ia membuat inovasi dari gabungan ide orang lain dengan idenya sendiri. "Saya belajar dari KFC dan Pizza Hut. Mereka terus-menerus membuat inovasi di menu-menunya," imbuhnya.

Mono kemudian membuat paket-paket Ayam Bakar Mas Mono. Misalnya, Paket Aley yang terdiri dari nasi, ayam bakar, dan lemon tea seharga Rp 13.000. Paket ini berlaku di jam-jam tertentu, yakni pukul 09.00 – 11.00 WIB dan 15.00 – 17.00 WIB.

Dalam Paket Aley yang ditawarkan sampai Maret 2011 nanti, Mono bekerja sama dengan produsen Nestea. "Banyak usaha kuliner mati karena mereka tidak berinovasi. Maka, buat saya inovasi itu penting, biar pembeli tidak bosan dan pembeli baru berdatangan," ujarnya.

Itu sebabnya, Mono terus berinovasi. Saat ini saja, dia tengah sibuk melahirkan menu baru. Nah, dalam waktu dekat, Ayam Bakar Mas Mono akan kedatangan menu anyar, yaitu sambal penyet, tahu tempe penyet, ayam kremes, ati ampela, serta sayur asem.

Tapi, kehadiran menu-menu baru itu tak murni dari ide Mono. Menurutnya, semua menu itu berasal dari saran tertulis pembelinya yang dimasukkan di kotak saran di kedainya.

Mono yang saat ini berusia 36 tahun tidak lelah belajar. Dari konsumen, rekan kerja, dan pengalaman pribadi. Sebab, ia ingin ayam bakarnya bisa setenar KFC. "Saya tidak hanya mau jadi pemain lokal dengan konsep internasional. Saya ingin go international," tegasnya.


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×