kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mono juga menjajal banyak usaha lain (4)


Kamis, 03 Maret 2011 / 13:55 WIB
Mono juga menjajal banyak usaha lain (4)
ILUSTRASI. Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM). Pho. KONTAN/Achmad Fauzie/29/01/2015


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi


Agus Pramono adalah seorang office boy. Tapi itu dulu. Sekarang, ia menjelma menjadi pengusaha Ayam Bakar Mas Mono yang sukses. Dalam tujuh tahun, pegawainya naik 100 kali lipat. Dia pun merambah usaha pendidikan dan jasa perjalanan. Ia pun giat membagi ilmu usahanya ke banyak orang melalui pelbagai pelatihan.

Tujuh tahun lalu, Agus Pramono alias Mono masih sibuk mengipas ayam bakar di pinggir jalan. Sekarang, tidak lagi. Ia sibuk melakukan inovasi menu untuk 20 cabang Ayam Bakar Mas Mono. Dia terus berinovasi agar bisnis kulinernya bisa diterima konsumen di luar negeri. Mono ingin go international. Ia sedang mempertimbangkan membuka cabang di Singapura.

Tak hanya itu, Mono juga lagi melirik Hongkong dan Arab Saudi sebagai area baru ekspansi bisnisnya. Di Hongkong, ia membidik orang-orang Indonesia yang tinggal di sana. Di Arab Saudi, dari pengamatannya selama naik haji, banyak orang Indonesia makan ayam bakar.
"Intinya, saya siap ke mana pun. Tidak cuma Singapura, di Jalur Gaza pun akan buka," kata Mono.

Sebab, Mono paham betul, seorang pengusaha harus berani memulai dalam berbisnis. Dengan modal itu, ia ingin merambah wilayah di luar Tanah Air. "Saya ingin menjadi KFC Indonesia. Bisa dikenal di mana-mana," ujarnya penuh harap.

Mono mulai memasang strategi dengan memperkuat inovasi dan pemasaran sebagai langkah awal. Ia bercerita, empat perusahaan besar sudah menawarkan kerja sama dengan Ayam Bakar Mas Mono. Dua di antara adalah bank dan operator telepon seluler.

Ayam Bakar Mas Mono memang sudah menjadi usaha kuliner lokal berskala besar. Tengok saja, jumlah pegawai dan total produksinya. Tujuh tahun lalu, Mono hanya punya lima pegawai. Kini, ia memiliki 500 pegawai. Jika di 2004, dia hanya mengolah 80 ayam per hari. Saat ini, satu cabang memasak 150 ayam. Itu berarti, 20 cabang Ayam Bakar Mas Mono memasak 3.000 ayam sehari. Ia sendiri mendapat bahan dari 10 pemasok.

Atas keberhasilannya, tahun lalu, Mono menggondol Juara I UKM Entrepreneur Award for The Year 2010 dari Kementerian Koperasi dan UKM. Selain itu, Mono juga mendapat penghargaan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai Icon Success Entrepreneur 2009. Ia kemudian menjadi model bintang iklan salah satu partai politik.

Tidak hanya mengurus kedai ayam bakarnya, Mono juga sibuk mengelola usaha kuliner lain miliknya, Bakso Moncrot. Ini usaha yang tidak sengaja dibuat Mono karena melihat lahan kosong di seberang kedai ayam bakar di Jalan Tebet Raya.

Mono berminat dengan tanah itu karena lokasinya strategis. "Saya pikir bikin usaha apa yang diterima semua lapisan, musim hujan, musim panas bisa diterima. Jawabannya, bakso," tutur lelaki asal Madiun ini.

Mono tak mau kesempatan membuka usaha di lahan basah konsumen itu hilang begitu saja. Apalagi, pada 2008, Tebet sudah ramai dengan usaha makanan. Setelah bernegosiasi dengan pemilik lahan, Mono akhirnya membangun Bakso Moncrot. Saat ini, Bakso Moncrot sudah punya tiga cabang, meski belum diwaralabakan. "Peminatnya sangat banyak," katanya.

Dengan nama Ayam Bakar Mas Mono pula, Mono memasok katering makanan ke Trans TV dan Trans 7. Sudah hampir sembilan tahun ia bekerja sama dengan stasiun televisi ini.

Sukses bisnis kuliner, Mono mencoba masuk ranah pendidikan. Di Cilegon, Jawa Barat, ia mendirikan Taman Kanak-kanak Khalifa. Dia juga mengadu untung dengan mendirikan usaha Travel Umrah, Haji, dan Tour Moslem. "Bahwa bisnis harus memiliki misi sosial dengan mengutamakan konsep berbagi. Suatu hari saya ingin punya klinik, rumah sakit, dan sekolah dasar. Ingin saya banyak," ungkap Mono.

Mono pun tak pelit ilmu. Ia membagi pengalaman membangun Ayam Bakar Mas Mono dan usaha lainnya ke banyak orang. Puluhan kali dia menjadi mentor pelatihan kewirausahaan di pelbagai tempat.

Saat ini, ia tercatat sebagai mentor di Entrepreneur University. Dia pun pernah mengajar kewirausahaan di Universitas Indonesia dan Universitas Atma Jaya, Jakarta. Mono sempat memandu acara pelatihan Astra International, Honda, Toyota, dan Garuda Indonesia. "Sampai sekarang saya masih mencari tantangan," kata Mono. Si office boy itu kini sudah menjelma menjadi pengusaha yang sukses.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×