kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Naik turun bisnis salon muslimah


Minggu, 01 Desember 2013 / 14:42 WIB
Naik turun bisnis salon muslimah
ILUSTRASI. Berikut rekomendasi warna keramik yang bikin dapur makin cantik.


Reporter: Marantina, Noor Muhammad Falih, Revi Yohana | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak, peluang bisnis salon muslimah jelas sangat menjanjikan. Potensi pasar salon muslimah sangat besar, terutama perempuan berjilbab, lantaran menawarkan privasi saat mereka merawat rambut dan tubuhnya.

Ceruk pasar yang lebar ini yang mendorong sejumlah pemilik salon muslimah melakukan ekspansi dengan menawarkan kemitraan atau waralaba. Makanya, persaingan di bisnis ini juga cukup ketat sehingga dibutuhkan strategi khusus untuk berkembang.

Kali, ini KONTAN mengulas tiga tawaran kemitraan salon muslimah, yaitu Salon Salmah, Moz5, dan Zaza Salon. Dari ketiga kemitraan itu, hanya  Salon Salmah yang mitranya bertambah. Sedangkan,  mitra Moz5 dan Zaza Salon berkurang. Apa penghambat perkembangan bisnis salon muslimah, dan apa pula faktor pendorong usaha ini berkembang? Berikut ulasannya.

Salon Salmah

Salon ini pertama kali berdiri di Depok pada 2007. Salon ini melayani perawatan rambut, kecantikan, serta spa. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada 2008, tercatat sudah ada lima cabang Salon Salmah. Kini, jumlahnya bertambah hingga total menjadi 10 gerai, yang tersebar di Jakarta, Pekanbaru, hingga Bukittingi.

“Bulan depan, kami buka satu gerai baru milik mitra di Banjarmasin. Lalu, pada Maret 2014 juga ada rencana pembukaan gerai di Bogor,” ujar Sri Tri Sugiarti, pemilik Salon Salmah.

Sepanjang tahun ini, perempuan yang akrab disapa Titi ini mengaku, perkembangan jumlah cabang Salon Salmah cukup menggembirakan. Padahal, ia jarang berpromosi.

Menurutnya, Salon Salmah memiliki beberapa kelebihan yang membuat mitra tertarik. Maka, hanya dengan pemasaran dari mulut ke mulut, kemitraannya bisa berkembang. Salah satu keunggulannya, yaitu merekrut sumber daya manusia (SDM) untuk ditempatkan di setiap gerai.

Titi menyiapkan lima karyawan untuk setiap cabang, yang terdiri dari dua penata gaya dan tiga kapster. Setelah dilatih, karyawan dikirim untuk bekerja pada mitra dengan kontrak kerja selama setahun. “Ini memudahkan mitra karena saat ini sulit mencari SDM,” paparnya.

Selain itu, produk lulur dan creambath Salon Salmah juga diproduksi sendiri menggunakan merek yang sama. Kata Titi, nilai investasi saat ini masih sama dengan tahun sebelumnya, yaitu Rp 175 juta.

Namun, mulai Januari 2014, investasi itu akan dikerek menjadi Rp 250 juta, seiring naiknya harga sejumlah perlengkapan salon hingga 40%. Selain rekrutmen dan pelatihan karyawan, mitra akan mendapat peralatan lengkap, kosmetik, dan sistem komputer untuk kasir. Mitra diperkirakan bisa mengantongi omzet Rp 70 juta per bulan.

Meski usahanya berkembang, Titi telah menyiapkan strategi untuk pengembangan Salon Salmah. Salah satunya, menjadikan salonnya secara resmi sebagai waralaba. Selain itu, ia akan membuka cabang di Malaysia, karena ada permintaan dari calon mitra. “Target saya, menambah tiga gerai baru dalam setahun,” ujarnya optimistis.

Moz5

Salon yang bermarkas di Depok ini sudah beroperasi sejak Mei 2002. Lalu, tawaran waralaba dibuka dua tahun kemudian. KONTAN pernah mengulas usaha yang didirikan Yulia Astuti ini pada November tahun lalu. Kala itu, sudah ada 27 gerai Moz5.

Sayang, kini jumlahnya surut, sehingga tersisa 24 gerai yang berlokasi di Jabodetabek, Bandung, Sumatra, dan Kalimantan. Empat di antaranya gerai milik pusat, dan selebihnya gerai mitra.

Manajer Franchise Moz5 Trimustika Dewi mengklaim, penutupan empat gerai secara umum karena mitra tidak menjalankan secara penuh perannya sebagai owner operator. Akibatnya, omzet sulit mencapai target.

Meski begitu, pihak pusat telah mengerek besaran investasi kemitraan Moz5. Sekarang, calon mitra harus merogoh kocek sebesar Rp 220 juta untuk memboyong paket paket brand Moz5, dari sebelumnya Rp 192 juta.

Lalu, untuk paket konsultasi salon naik dari Rp 89 juta menjadi Rp 98 juta. Terakhir,  paket salon rumah meningkat menjadi Rp 57 juta, dari sebelumnya Rp 52 juta.

Perempuan yang akrab disapa Tika ini mengatakan, kenaikan nilai investasi lantaran ada penambahan jumlah produk ritel dari pusat kepada mitra. “Kami ada produk baru, yaitu produk skin care. Sebelumnya, tidak ada produk skin care,” jelasnya.

Selain itu, kenaikan nilai investasi juga akibat penggantian konsep gerai yang lebih modern. Jadi, saat ini calon mitra akan mendapat fasilitas yang lebih bagus dan lebih lengkap seperti furnitur.

Tika mengklaim, sejatinya Moz5 unggul dari sisi konsistensi memberikan layanan yang lengkap, mulai dari perawatan rambut, masker rambut, hair spa, perawatan wajah, refleksi, totok, hingga perawatan pra-nikah.

Menurutnya, tahun depan, akan ada pembukaan empat gerai baru Moz5 milik mitra.  Sekarang, sedang proses renovasi. Lokasinya di Bekasi, Sumatera dan Jawa.

Supaya gerai yang baru nantinya tidak bernasib seperti gerai sebelumnya yang tutup, Tika bilang, pihaknya kini lebih selektif menerima investor. “Kita lebih mendahulukan investor yang benar-benar mau jadi owner operator di gerainya,” ungkapnya.

Zaza Salon

Salon ini didirikan di Kudus, Jawa Tengah sejak 2007. Lalu, tiga tahun kemudian, pemiliknya, Laili Sa'adah menawarkan kemitraan. Saat KONTAN mengulas kemitraan ini pada November 2012, sudah ada 12 gerai yang beroperasi. Sebelas gerai merupakan milik mitra.

Namun, enam gerainya terpaksa tutup, sehingga hanya tersisa enam gerai yang masih buka. "Ada sebagian mitra yang sudah selesai masa kerja samanya, dan tidak meneruskan lagi," klaim Laili mengenai alasan penutupan gerai.

Katanya, ada beberapa alasan yang menyebabkan mitra tidak melanjutkan kerjasama, seperti faktor lokasi dan beralih ke bisnis lain. "Ada yang merasa lokasi sekarang terlalu jauh. Lalu, saat masa kerjasama habis, mitra berencana mencari lokasi baru, tapi sampai sekarang belum dapat tempat yang pas," jelas Laili.

Laili menilai, kini, persaingan bisnis salon muslimah semakin ketat. Meski begitu, ia tetap optimistis pada bisnis ini. Ia bertekad bisa menjadi yang terdepan dalam perawatan dan pelayanan. Makanya,  ia masih terus membuka tawaran kemitraan.

Sampai saat ini, nilai investasi yang ditawarkan masih sama, yaitu Rp 50 juta untuk franchise fee selama lima tahun. Selain itu, ada biaya investasi sejumlah Rp 105 juta. Dengan biaya itu, mitra mendapatkan peralatan salon,  materi promosi, renovasi gerai, serta seleksi dan pelatihan karyawan.

Namun, mulai awal tahun depan, Laili bilang, akan ada kenaikan nilai investasi. Maklum, harga sejumlah produk dan peralatan salon sudah naik. Selain itu, ia akan memasukkan komponen training dan akomodasi karyawan dalam paket, sehingga mitra tak perlu repot lagi.

Supaya Zaza Salon bisa lebih bersaing dan berkembang, Laili bertekad memberikan layanan terbaik demi menjaga kepuasan pelanggan. Selain itu, ia juga akan memberikan promo-promo tertentu setiap bulan, kado spesial bagi member, hingga menyediakan minuman gratis.

Salon pusat juga sudah menambah kegiatan kebugaran, seperti senam dan pilates. Mitra yang berminat bisa mencontoh pusat.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×