kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Novi Yanti: Dari make-up artis ke bisnis nail art


Rabu, 28 Maret 2012 / 14:14 WIB
Novi Yanti: Dari make-up artis ke bisnis nail art
ILUSTRASI. CDS credit default swap risiko berinvestasi di Indonesia meningkat turun


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Nail art awalnya bukan bisnis utama Novi Yanty. Namun pemilik Nail Art Kuku Cantik & Tato Hena ini akhirnya serius membesarkan usaha nail art-nya. Saat ini, dia sudah memiliki lima gerai dengan total omzet Rp 30 juta per bulan.

Siapa bilang urusan menghias kuku jari adalah milik wanita berdompet tebal saja. Banyak juga, lo, perempuan dari kalangan menengah bawah yang doyan mempercantik rupa kuku tangan dan kakinya dengan gambar dan motif yang indah-indah.

Novi Yanty, pemilik Nail Art Kuku Cantik & Tato Hena di Yogyakarta, adalah salah satu pelaku bisnis jasa menghias kuku yang juga menyasar kaum Hawa berkantong pas-pasan.

Dia memulai usaha ini tahun 2009. Perempuan lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atmajaya Yogyakarta ini awalnya hanya berprofesi sebagai make up artist. Namun, bisnis tata rias yang ditekuninya ini ternyata tak membuat Novi puas.

Akhirnya, perempuan 30 tahun ini melirik nail art. Awalnya, Novi hanya menjajakan jasa nail art di pasar dadakan yang sering digelar di dekat rumahnya saban Minggu pagi. "Dari situ responsnya positif dan berlanjut," katanya.

Novi pun semakin serius menggarap bisnis jasa nail art ini. Setelah beberapa kali ikut pameran, ia memutuskan buka kios kecil di pinggir jalan. Dia membidik wanita segala usia, mulai dari balita, remaja hingga ibu muda.

Bisnisnya pun terus berkembang hingga kini bisa memiliki lima gerai di tiga kota, yakni Yogyakarta, Solo, dan Malang.

Menurut Novi, untuk melakoni bisnis nail art, bukan semata harus menyukai seni menghias kuku dan punya daya kreativitas yang tinggi. Soalnya, "Nail art merupakan bisnis yang dijalankan dengan hati bukan sekadar angka-angka di atas kertas," tegas Novi.

Kini, dari lima gerai nail art-nya yang ada tiga kota tersebut, Novi bisa meraup omzet di atas Rp 30 juta per bulannya dengan margin keuntungan mencapai 50%. Yang masih menjadi kendala dalam bisnisnya, ialah mahalnya bahan baku pewarna dan cairan. Sebab, masih harus impor.

Saat ini, Novi sedang mengusahakan agar bisa membuat langsung bahan baku untuk nail art ini. Termasuk juga dari bahan-bahan yang ramah lingkungan. Sehingga, bisa menekan biaya produksi.

Novi berharap, bisnisnya bisa merambah ke kota-kota lain terutama di kawasan Indonesia Timur yang menjadi pasar potensial untuk usaha nail art. Karena, di wilayah ini masih jarang orang yang menawarkan jasa menghias kuku dengan kualitas oke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×