kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Otodidak meracik resep dan strategi berbisnis (2)


Rabu, 27 Maret 2013 / 11:40 WIB
Otodidak meracik resep dan strategi berbisnis (2)
Haryo Kuncoro, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta


Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini

Justmine Pisang Ijo bisa dibilang sudah cukup punya nama di bisnis kuliner. Ratusan gerainya tersebar di berbagai daerah mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Papua. Ini hasil kerjakeras Riezka Rahmatiana yang mengawali usaha dari nol.

Mulai dari meramu resep pisang ijo, hingga strategi berbisnis dipelajarinya secara otodidak. Riezka pantang menyerah, meski sempat berkali-kali gagal.
 
Awal merintis usaha dengan berusaha menemukan ramuan sendiri. "Ketika saya makan pisang ijo di sebuah restoran, saya tanya resepnya ke mereka, namun ditolak. Jadi saya uji coba sendiri," tutur perempuan yang memang gemar memasak ini.

Selama sebulan, ia terus menguji coba racikan untuk mendapat rasa yang pas. Dia juga belajar dari berbagai sumber, seperti internet. "Uji coba saya lakukan di garasi rumah teman," kenangnya.

Ia meminjam garasi teman, lantaran tak mau ketahuan orangtuanya. Memang, sejak awal berbisnis, ia tak pernah memberi tahu keluarganya, lantaran khawatir mendapat tentangan dari kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pegawai bank.

Ternyata, usahanya membuahkan hasil. Riezka menemukan racikan yang pas dan diminati banyak pelanggan. Kini, dia pun rajin memadu-padankan aneka rasa tambahan dalam es pisang ijo, seperti coklat, vanila dan strawberry.

Tak hanya dalam menemukan resep, perempuan kelahiran 27 tahun silam ini pun menempuh cara belajar otodidak dalam strategi berbisnis. Maklum, tak seorang pun dari keluarganya yang waktu itu telah berpengalaman menjadi wirausaha.  "Saya melihat mereka pergi pagi, pulang petang, jarang bertemu. Saya pikir, bagaimana caranya supaya punya waktu luang bagi keluarga," cerita Riezka.

Ia mulai belajar berwirausaha sejak kuliah. Di saat teman-temannya menghabiskan waktu jalan-jalan atau nongkrong sepulang kuliah, Riezka sibuk berjualan. "Ini proses  membangun rasa berani dan percaya diri. Kalau mau sukses, jangan malu, apalagi jalurnya halal," tuturnya.

Makanya, Riezka tak pernah putus asa, meski berkali-kali gagal berbisnis. Ia juga mencari jaringan sendiri. Nah, jaringan ini sudah dirintisnya sejak kuliah melalui rajin ikut seminar kewirausahaan. Dari hajatan itu, Riezka berkenalan dengan banyak orang yang bergelut di dunia wirausaha.

Ia juga bisa sekaligus menimba ilmu dari para pembicara yang sudah sukses. "Biasanya, usai acara seminar, saya datangi pembicaranya untuk minta kartu nama dan membuat janji bertemu di rumah mereka," ungkapnya.

Jika berhasil membuat janji, Riezka akan menyambangi mereka di rumah untuk berbagi cerita mengenai wirausaha. Salah satu pengusaha yang paling menginspirasinya adalah Perry Tristianto, pengusaha Factory Outlet ternama di Bandung. Dari sharing itu, ia mendapat banyak ilmu dalam membenahi bisnis.

Perjuangannya tak sia-sia. Kini, nama Riezka melambung bersama brand Justmine Pisang Ijo. Ia pun tak perlu lagi sembunyi-sembunyi dari orang tuanya. "Mungkin dulu, orang tua saya menganggap jalur saya tidak baik, namun sekarang mereka sudah melihat semua ini baik," ujarnya. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×