Reporter: Rizki Caturini | Editor: Tri Adi
Selain di dataran tinggi, pakcoy juga bisa ditanam di dataran rendah. Masih luasnya lahan tidur di dataran rendah membuka potensi budidaya pakcoy yang lebih besar. Seorang pembudidaya pakcoy di dataran rendah bisa memetik hasil panen sawi jenis ini sebanyak 6 ton. Omzet penjualan Rp 18 juta.
Banyak yang meyakini, usaha komoditas pertanian akan terus berkembang seiring meningkatnya jumlah penduduk di negeri ini. Tidak terkecuali dengan bisnis budidaya sayuran sawi atau pakcoy alias bok choy.
Belakangan ini, semakin banyak pemodal yang menekuni budidaya pakcoy. Contohnya Aziz Fauzi, pembudidaya pakcoy dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Pria yang akrab disapa Aziz ini baru menekuni usahanya ini tiga bulan yang lalu. Dia memiliki lahan kebun pakcoy seluas seperempat hektare.
Aziz tergiur membudidayakan pakcoy karena melihat potensi bisnisnya masih luas. Apalagi, selama ini pasokan pakcoy didominasi dari daerah pertanian di kawasan dataran tinggi.
Dia menilai, budidaya pakcoy di dataran rendah masih memiliki peluang besar. Asal tahu saja, pakcoy dapat ditanam mulai dari ketinggian 500-1.200 meter dari permukaan laut.
Untuk lahan seluas satu hektare, bibit yang dibutuhkan sebanyak 750 gram (gr). Sebagai pengganti polibag, pembudidaya bisa memakai batang pohon pisang (bokor).
Setelah bibit pakcoy tumbuh dan memiliki tiga daun muda, pakcoy dipindahkan ke lahan yang telah diberi pupuk terlebih dahulu. Adapun jarak antara pakcoy yang ditanam harus sekitar 20 centimeter (cm). "Beri pupuk organik sesering mungkin agar lahan makin subur," imbuh Aziz.
Biasanya, pakcoy yang ditanam di dataran rendah harus diberi pupuk sebanyak dua kali lipat dari pakcoy di dataran tinggi. Rata-rata tiap hektare lahan pakcoy di dataran rendah membutuhkan pupuk sekitar 20 ton.
Aziz bilang, saat ini hasil panennya belum besar. Sekali panen, lahannya baru menghasilkan sekitar 200 kilogram (kg) pakcoy. Dia menjual hasil panen pakcoy ke berbagai rumah makan di sekitar kota Tasikmalaya.
Dari penjualan pakcoy setiap kali panen, Aziz bisa meraih penghasilan sekitar Rp 700.000. Menurutnya, minimnya hasil panen dan omzet usahanya lantaran lahan budidayanya tergolong tidak terlalu luas. "Semakin luas lahan, tentu saja omzet penjualan pakcoy akan makin meningkat," ujarnya.
Dengan lahan yang minim, Aziz harus bergulat dengan ancaman hama penyakit yang kerap menyerang pakcoy. Ulat daun dan karat daun menjadi penyakit yang lazim menimpa tanaman sawi ini. "Akibatnya, daun pakcoy jadi kaku dan rasanya pahit," tutur Kokom Komariah, pembudidaya pakcoy di Indramayu, Jawa Barat.
Padahal, lanjut dia, saat ini harga jual pakcoy sedang tinggi akibat pasokannya terbatas. Kini, harga jual pakcoy di pasaran sekitar Rp 5.000-Rp 7.500 per kg.
Dalam sebulan, Kokom bisa memanen 6.000 kg pakcoy. Harga jual darinya ke pengumpul sekitar Rp 3.000 per kg. Dari penjualan itu, Kokom meraih omzet Rp 18 juta per bulan.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News