kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panen ikan dari arus air


Kamis, 22 November 2012 / 14:26 WIB
Panen ikan dari arus air
ILUSTRASI. Record of Youth, salah satu drama Korea dengan cerita sad ending.


Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Tri Adi

Di hulu Sungai Ciliwung, banyak pembudidaya memanfaatkan air sungai untuk memelihara ikan mas. Meski ada beberapa teknik yang bisa dipakai, cara budidaya dengan keramba beton tetap menjadi pilihan sebagian besar orang.

Dari dulu, sungai menjadi salah satu pusat kehidupan masyarakat. Di sepanjang aliran sungai, tumbuh pelbagai potensi ekonomi dan sosial. Begitu pula dengan sepanjang bantaran Sungai Ciliwung yang mengalir dari arah Bogor dan bermuara di Jakarta. Di hilir, Ciliwung memang sudah tercemar. Tapi, di hulu, Ciliwung masih menjadi sumber kehidupan.

Tengoklah di kawasan Bogor, Jawa Barat. Masih terlihat betapa besar manfaat aliran sungai  di bagian hulu itu. Salah satu pemanfaatan yang mudah ditemukan adalah budidaya ikan mas di sepanjang bantaran anak Sungai Ciliwung. Air bersih yang mengalir deras dimanfaatkan untuk mengembangkan teknik pembesaran ikan dengan keramba beton.

Lokasi yang cukup dikenal adalah kawasan budidaya ikan mas hias rakyat di Gadog, Bogor. Salah satu pelaku pembesaran ikan dengan teknik ini adalah Yuli Widiastuti. Di pinggiran sungai tak jauh dari rumahnya, ia membangun tiga keramba beton berukuran 1 meter x 2 meter. Sejumlah warga lain juga sejak lama membangun keramba berjejer dengan posisi searah aliran air.

Saat ditemui KONTAN di lokasi budidaya ikan mas miliknya, Yuli bercerita, dulu masyarakat menggunakan keramba bambu untuk membesarkan ikan. Meski murah, keramba bambu tidak efektif karena tidak tahan terhadap arus Cili-wung yang deras. Jika air pasang, keramba bambu kerap jebol dan ikan pun lepas.

Karena itu, sejak beberapa tahun belakangan, masyarakat mulai menggunakan beton sebagai keramba. Nilai investasi untuk satu meter persegi keramba mencapai sekitar Rp 1 juta. Tapi, biaya untuk membangun keramba beton bisa lebih murah lagi. Caranya, “Manfaatkan material bekas seperti besi sisa bangunan dan pasir sungai,” kata Yuli.

Untuk membuat keramba beton tidak sulit. Setelah tersedia bahan material seperti pasir, semen, dan besi, keramba beton ditanam di dasar sungai dengan kedalaman satu meter. Untuk mendapat kedalaman yang sesuai, Anda harus menggali sungai dengan sebelumnya membendung aliran sungai agar pengerjaan lebih lancar.

Bentuk keramba sendiri menyerupai balok. Pada kedua sisi yang searah dengan aliran air, dipasangi jeruji besi sebagai lubang air. Jarak antarjeruji diatur agar ikan tidak dapat keluar. Panjang antar jeruji cukup seukuran telunjuk orang dewasa. Pada bagian atas keramba juga diberi lubang. Fungsinya untuk memasukkan dan mengeluarkan ikan atau memberi makan ikan. Jangan lupa menutup lubang dengan kayu agar ikan tidak meloncat.

Di satu keramba berukuran 1 m x 2 m itu, pembudidaya dapat menanam sekitar 500 bibit ikan mas berumur dua bulan lebih. Ukurannya sekitar sepanjang dua jari orang dewasa. Dari jumlah itu, paling banter hasil panen hanya mencapai 200 ekor ikan mas. Penyebabnya, bisa saja ikan mati atau dijual sebelum besar.


Ikan cepat besar

Teknik pembesaran menggunakan keramba beton di pinggir sungai beraliran deras memang efektif. Dalam jangka waktu delapan bulan, ikan mas bisa dipanen dengan rata-rata berat 5 kilogram (kg). Menurut Yuli, ikan mas bisa lebih cepat besar lantaran dipaksa melawan arus air dan mendapat nutrisi tam-bahan dari jasad renik yang banyak terdapat di air.

Pembesaran ikan menggunakan keramba beton juga lebih irit dibandingkan menggunakan kolam arus deras. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat kolam berukuran 8 m x 5 m cukup mahal. Nilainya bisa mencapai belasan juta. Apalagi jika kolam ikan menggunakan beton cor. Cara seperti ini lebih cocok untuk budidaya ikan dalam skala besar.

Selain dengan teknik keramba beton, beberapa pembudidaya ikan di Bogor juga menggunakan saluran irigasi. Aliran air pada saluran irigasi juga cukup deras. Didin Safrudin, salah satu pembudidaya di kawasan Puncak, bilang, teknik pembuatan keramba di saluran irigasi hampir sama dengan pembuatan di pinggir sungai. “Bedanya, tingkat kedalaman keramba beton menyesuaikan ukuran saluran irigasi,” katanya.

Saluran irigasi biasanya banyak terdapat di daerah pinggiran sungai yang dekat dengan persawahan. Sistem irigasi primer biasanya menggunakan teknik menyadap air langsung di sungai lewat bendungan maupun sodetan. Air sungai dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian dan kembali ke sungai lewat pengaturan pintu air. “Tinggal memilih saluran irigasi yang pasokan airnya melimpah,” sambung Didin.

Yuli bilang, membesarkan ikan menggunakan keramba beton tidak sulit. Pembudidaya tinggal rutin membersihkan jeruji keramba dari kotoran yang menyangkut. Biaya pakan juga lebih murah karena kebutuhan nutrisi didukung oleh makanan yang terbawa arus sungai.

Dalam sebulan, ongkos pakan tiga keramba ukuran 1 m x 2 m mencapai Rp 500.000. Biaya tersebut untuk membeli dua karung pelet dan satu ekor ayam rebus tiap pekan. Agar biaya pakan lebih murah, usahakan membuat keramba beton berjejeran agar pelet yang tidak termakan oleh ikan di keramba di depan bisa dimakan oleh ikan di keramba belakang.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×