Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Pasar Seni Kuta di Denpasar, Bali, kini bukan lagi satu-satunya tempat berburu oleh-oleh khas Pulau Dewata. Sekarang, banyak wisatawan yang memilih berbelanja ke pusat-pusat perbelanjaan modern yang baru berdiri di wilayah Kuta. Untuk menggenjot penjualan, pedagang di Pasar Seni Kuta pun membanting harga.
Bagi turis yang melancong ke Bali, Pasar Seni Kuta di Denpasar bukan lagi satu-satunya tempat untuk berburu oleh-oleh. Maraknya pusat perbelanjaan atau pasar modern yang baru berdiri di daerah Kuta juga menjadi tempat belanja favorit wisatawan.
Bahkan, banyak pelancong terutama turis asing yang mengaku lebih nyaman belanja di pasar modern ketimbang Pasar Seni Kuta. Stephani, turis asal Australia bilang, tak nyaman belanja di pasar seni karena takut ditipu pedagang. "Kami tidak tahu harga, sementara kalau di pasar modern harganya sudah pasti," katanya.
Julie Kristina, wisatawan lokal, tak menampik harga di Pasar Seni Kuta tergolong mahal. Menurut dia, setiap berlibur ke Bali dirinya kerap mendatangi pasar ini. Biasanya, Julie mencari kaus bertema Bali yang ia pakai selama berlibur di Pulau Seribu Pura ini.
Namun, bila pedagang menawarkan harga terlalu tinggi, Julie sering mengurungkan niat untuk membeli. "Akhirnya, ya, saya lari ke pasar modern, di sana harganya sudah jelas dan lebih realistis," ujarnya.
Para pedagang di Pasar Seni Kuta memang sudah merasakan adanya penurunan jumlah pembeli. Tetapi, mereka tidak tinggal diam. Untuk menggenjot penjualan, mereka sering membanting harga, terutama saat musim liburan panjang.
Misalnya, kaus yang semula dibanderol Rp 25.000 per potong diturunkan menjadi Rp 20.000. "Ambil untung sedikit tapi laku banyak," ujar Made Mudani, salah satu pedagang di Pasar Seni Kuta.
Mudani mengatakan, saat libur panjang pada Juni sampai Agustus, banyak turis domestik berkunjung ke pasar seni. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Bali itu tidak menggunakan jasa biro perjalanan, sehingga mereka bebas pelesiran ke mana saja.
Bila memakai jasa biro perjalanan, mereka diarahkan berbelanja ke pasar modern. "Karena pengelola pasar modern sudah bekerja sama dengan biro perjalanan," ungkap Mudani.
Makanya, saat liburan panjang, omzet Mudani bisa melonjak sampai Rp 1 juta - Rp 1,5 juta per hari. Penghasilan ini jauh lebih tinggi dibandingkan hari biasa yang rata-rata Rp 300.000.
Bae Dowi, pedagang lainnya, menuturkan, selain liburan panjang, ia juga memanfaatkan momentum libur Natal dan Tahun Baru untuk menggenjot penjualan. Saat itu, banyak turis dari Eropa membanjiri Pasar Seni Kuta untuk berbelanja.
Bae menawarkan harga agak tinggi kepada turis asing. "Karena nilai uang mereka lebih tinggi," ujarnya yang bisa mengantongi omzetnya saat itu hingga Rp 2 juta - Rp 2,5 juta per hari. Omzet ini lebih tinggi ketimbang hari biasa yang hanya Rp 700.000 sehari.
Biasanya, menjelang liburan panjang atau akhir tahun, stok barang dagangan lebih banyak. "Kalau pilihannya banyak, turis lebih senang belanja," katanya.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News