Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
Bukan tanpa alasan Pasar Kebun Sayur di Balikpapan tersohor sebagai pusat penjualan batu perhiasan. Di sini, berbagai macam bebatuan langka dan berkualitas tinggi bisa dijumpai.
Wajar, para pedagang memasok bebatuan cantik tersebut langsung dari Kota Martapura di Kalimantan Selatan. Seperti diketahui, Martapura memiliki predikat sebagai produsen beragam batu perhiasan terbaik di dunia. Sebut saja batu safir, rubi, kristal, mata kucing, batu akik, hingga kalimaya hitam dihasilkan dari wilayah itu.
Rizal Ardiansyah pemilik Toko Permata Manik bilang, setiap pekan, produsen batu dari Martapura datang ke Pasar Kebun Sayur menawarkan produk mereka.
Para pedagang pun memilih produk yang ingin mereka jual. "Kalau sesuai harganya, saya beli," tutur Rizal, pemilik salah satu kios di sentra tersebut.
Rizal memang hanya menjual beragam batu perhiasan yang harganya cukup tinggi. Batu termurah yang ia jual seharga Rp 250.000. "Saya hanya jualan batu, tidak dalam bentuk jadi seperti gelang atau liontin," ucapnya.
Berbeda dengan Rizal, pemilik Toko Budidaya Alam, Achmad Tarmizi mengaku memiliki pemasok tetap dari Martapura. Setiap awal bulan, produsen itu mengirimkan batu perhiasan ke kios Rizal. "Barang yang dipasok sudah berbentuk perhiasan jadi dan aksesoris, seperti gelang, bros, liontin, juga kalung," ujarnya.
Selain bebatuan, umumnya para pedagang di Pasar Kebun Sayur juga menjual berbagai aksesoris cantik, seperti gelang dan manik-manik. Harganya pun cukup terjangkau pengunjung.
Tak heran, mereka bisa mengantongi omzet menggiurkan. Achmad mengaku, bisa meraup omzet minimal Rp 50 juta dalam sebulan. Bahkan, jika sedang ramai, ia bisa mendapat omzet hingga ratusan juta rupiah. "Selain batu perhiasan, wisatawan juga paling senang berburu aksesoris. Harganya murah, mulai dari Rp 5.000 untuk gelang," tuturnya.
Adapun, Rizal rata-rata mencetak omzet Rp 90 juta sebulan. Omzetnya bisa mencapai ratusan juta rupiah ketika musim liburan.
Bukan hanya omzet yang gendut, keuntungan yang didapat pun sangat menggiurkan. Achmad bisa mengantongi keuntungan bersih hingga 60%. Sementara, Rizal mengaku, laba bersihnya sekitar 20% dari omzet.
Ini pula yang menyebabkan mereka betah berdagang di sentra ini sejak puluhan tahun silam. Asal tahu saja, Rizal merupakan generasi kedua. Dulu, ibunya yang merintis usaha di Pasar Kebun Sayur sejak 1989.
Begitu pula dengan Achmad. Ia sudah berjualan di sentra ini sejak tahun 1990-an. Menurutnya, para pedagang di Pasar Kebun Sayur, umumnya mewariskan usaha ini ke generasi berikutnya. "Pasar ini bukan hanya tempat mencari nafkah, tapi sudah jadi bagian hidup kami," ucapnya. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News