Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Minangkabau juga terkenal dengan rumah gadang. Itu sebabnya, miniatur rumah gadang banyak peminatnya, baik untuk kenang-kenangan maupun koleksi. Pembelinya tidak hanya dari Indonesia, tapi juga negara lain. Perajin miniatur ini bisa mengantongi omzet hingga Rp 15 juta per bulan.
Suku Minangkabau atau Minang di Sumatra Barat punya banyak keunikan seni budaya yang khas. Salah satunya yakni, rumah gadang. Dengan bentuk yang unik, rumah gadang sangat tersohor. Tak heran, bisnis pembuatan miniatur rumah gadang memiliki prospek yang cukup cerah.
Hal ini sudah dibuktikan Abdul Sohar, pemilik Sanggar Karya di Bukittinggi, Sumatra Barat, yang menggeluti bisnis ini sejak tahun 2001 lalu. Permintaan miniatur rumah gadang yang tinggi membuat Sohar berani mendirikan galeri. "Dulu, saya lebih banyak menjual di pasar," katanya. Saat ini, saban bulan, ia mampu melego 45 kodi miniatur rumah gadang.
Dengan harga satuan mulai Rp 100.000 hingga Rp 400.000, Sohar bisa mengantongi omzet sampai Rp 15 juta per bulan. Tetapi, pemasukan itu tak hanya berasal dari penjualan miniatur rumah gadang. Sebab, ia juga membikin dan menjual miniatur jam gadang dan jam dinding dengan ukiran khas Minangkabau.
Sohar menjual miniatur jam gadang dengan harga Rp 35.000 hingga Rp 200.000 per unit. Sedangkan, jam dinding dengan ukuran khas Minangkabau dibanderol seharga Rp 100.000 sampai Rp 650.000 per unit. "Yang paling banyak dicari adalah rumah gadang, karena jauh lebih populer," ungkap dia. Setiap bulan, Sohar menerima pesanan 20 kodi miniatur jam gadang dan 10 kodi jam dinding.
Selain dijual ke Pulau Jawa dan Sumatra, produk kerajinan khas Minangkabau bikinan Sohar juga merambah ke Malaysia dan Singapura. Ia menggunakan bahan baku dari kayu jati.
Herman Soehardjo, pemilik Seni Kriya di Padang, Sumatra Barat yang juga membuat miniatur rumah gadang bilang, juga menjual produknya kepada kolektor barang seni dari Malaysia dan Brunei Darussalam.
Berbeda dengan Sohar, Herman hanya menjual miniatur rumah gadang yang terbuat dari kayu surian. Ia melego miniatur ini dengan harga Rp 75.000 hingga Rp 200.000 per unit tanpa bingkai kaca. Adapun yang terbungkus bingkai kaca, harganya Rp 400.000. "Yang paling banyak dipesan adalah yang menggunakan bingkai kaca," ujarnya.
Dengan penjualan per bulan mencapai 10 sampai 15 miniatur rumah gadang dengan bingkai kaca dan 20 kodi tanpa bingkai kaca, Herman bisa memperoleh omzet Rp 10 juta per bulan. "Kalau musim liburan bisa naik 20%," katanya.
Herman menambahkan, butuh ketelitian dan pengetahuan desain dasar rumah gadang untuk membuat miniatur rumah gadang. "Perlu kreasi asal tidak melenceng jauh dari pola aslinya," imbuh dia.
Baik Abdul Sohar maupun Herman yakin permintaan miniatur rumah gadang akan terus meningkat dari tahun ke tahun. "Lima tahun yang lalu permintaan sangat tergantung musim. Sekarang tidak," ungkap Abdul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News