kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang terbentang dari bisnis jingle


Senin, 17 Desember 2012 / 15:23 WIB
Peluang terbentang dari bisnis jingle
ILUSTRASI. Petugas Unit Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah menyegel papan reklame yang menunggak pajak di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/07/11/2018


Sumber: Kontan 17/12/2012 | Editor: Havid Vebri

Belakangan ini, hampir semua iklan yang tayang di televisi maupun radio memakai jingle (lagu) sebagai musik pengiring.Tidak hanya iklan produk, iklan-iklan politik seperti pemilihan kepala daerah juga memakai musik seperti ini.

Dengan musik pengiring dan lirik yang oke, harapnnya lagu iklan itu sering muncul dalam pikiran atau benak pemirsa.
Makanya, demi mendapatkan materi jingle yang menarik, banyak pemasang iklan memakai jasa pembuat jingle profesional.

Selain productioon house, studio-studio rekaman musik juga biasanya menyediakan layanan pembuatan jingle. Salah satu pembuat jingle iklan adalah Tirta Nugraha di Tangerang, Banten. Pemilik studio Triple M ini merupakan lulusan Institut Musik Indonesia (IMI) pada 2005.

Begitu lulus, Tirta langsung mendirikan studio Triple M di rumahnya sendiri pada tahun 2006. Dalam sebulan, Tirta bisa memproduksi lima jingle iklan. Kliennya mayoritas perusahaan atau ormas di wilayah Jabodetabek.

Tirta mematok tarif pembuatan jingle mulai Rp 1,5 juta – Rp 3 juta, tergantung durasi dan kerumitan pembuatan. Omzet Triple M dalam sebulan mencapai Rp 45 juta dengan laba bersih 80%.

Kata Tirta, beberapa klien biasanya sudah memiliki lagu dan meminta dibuatkan aransemen musiknya saja. Namun, ada juga klien yang minta untuk dibuatkan jingle secara keseluruhan, mulai dari lagu sampai musiknya.
 

Seorang pembuat jingle harus memiliki skill yang spesifik. Selain mampu membuat musik yang pas dengan keinginan klien, juga harus pas juga dengan gambar iklan yang telah disyuting.

Selain itu, dalam setiap jingle harus ada lagu dan dialog. Sebab, inti dari sebuah jingle sama seperti lagu, yakni menyampaikan pesan lewat musik. “Durasi jingle biasanya sekitar 30 detik sampai satu menit saja,” ujarnya.

Karena sudah ahli melakukan aransemen, Tirta mengaku tidak memiliki kesulitan membuat jingle. Pemain lainnya adalah Ary Noviar, pemilik Arti Studio Recording, di Jakarta Pusat.

Ary sudah mendirikan studio rekamannya sejak tahun 2000 dan mulai membuat jingle sejak 2001. "Sejauh ini, permintaan jingle paling banyak datang dari advertising untuk iklan sebuah produk," ujar Ary.

Selain buat iklan, ada juga klien yang meminta dibuatkan jingle untuk mengisi susara mesin operator. "Saya pernah  membuat jingle untuk suara penerima telepon Citibank," katanya.

Sedangkan jingle produk iklan, Ary pernah melayani permintaan dari Top 1 Oil dan Coca-Cola. Ary juga pernah membuat jingle untuk acara outdoor, seperti pameran.Jingle di acara pameran biasanya dibuat untuk menarik perhatian pengunjung agar mau mampir ke booth pameran.

Menurut Ary, tantangan membuat jingle adalah bagaimana mengubah pelbagai informasi product knowledge yang sangat panjang menjadi lirik-lirik lagu dalam durasi 30 detik hingga 1 menit. "Kita harus mencari kata-kata seefisien mungkin tapi menarik," ujarnya.

Selain itu, Ary juga harus mengenal segmentasi pasar yang dituju. Misalnya, saat membuat jingle Coca-Cola khusus daerah Manado, pihak advertising menginginkan agar ada unsur etnik dan kekhasan daerah.

Kesulitan lainnya adalah ketika permintaan pelanggan cukup rumit. Misalnya, ada pelanggan yang ingin jingle dengan konsep full band. Maka, ia akan menyewa band lagi. Begitu pula, jika advertising ingin memakai artis untuk vokal, ia menghubungi pihak manajemen artis.

Ary  sendiri mematok biaya pembuatan jingle mulai Rp 5 juta - Rp 15 juta per lagu. Pemain lainnya adalah Prima Kharisma, pemilik Tiara Prima Production, di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Prima mengaku, bisnis pembuatan jingle cukup menggiurkan karena banyak permintaan. "Saat ini banyak usaha yang rajin mengiklankan produk mereka, dan mereka butuh audio yang bagus," ujarnya.

Prima sendiri sudah menekuni bisnis ini sejak tahun 2008 silam. Umumnya, ia membuat jingle dengan durasi selama satu menit. Sebab, jika lebih dari satu menit, namanya bukan jingle tapi mars.

Ketika tayang di radio atau televisi, durasi itu bisa dikurangi menjadi 15 detik atau 30 detik. "Tergantung budget iklan mereka," ujarnya.

Dengan mematok tarif mulai 15 juta - 30 juta per jingle, ia bisa meraup omzet Rp 75 juta per bulan.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×