Reporter: Havid Vebri | Editor: Havid Vebri
Bisnis kuliner tak pernah surut. Selain aneka makanan modern, bisnis ini juga diramaikan aneka makanan khas daerah. Salah satu pemain yang mengusung makanan khas daerah ini adalah Maliawan. Sejak tahun 2009, ia memperkenalkan kuliner khas Banyuwangi, Jawa Timur, yakni nasi tempong.
Di daerah asalnya, kuliner ini termasuk paling diminati warga. Ciri khasnya ada pada sambalnya yang terkenal pedas. Selain sambal, satu porsi nasi tempong terdiri dari nasi putih, sayur bayam, terong, timun, dan kol. Sementara pilihan lauknya terdiri ikan asin dan ayam goreng.
Maliawan sendiri mengembangkan bisnis makanan ini di wilayah Denpasar, Bali. Ia mengklaim, nasi tempong buatannya lumayan diminati warga Bali. Agar bisnisnya semakin meluas, saat ini ia menawarkan kemitraan usaha.
Saat ini sudah memiliki lima gerai nasi tempong di Bali. "Empat gerai milik mitra dan satu milik saya sendiri," kata pria yang akrab disapa Iwan ini.
Di Bali sendiri, Iwan memiliki satu gerai. Dalam kemitraan usaha ini, ia menawarkan paket investasi senilai Rp 30 juta.
Paket tersebut sudah termasuk peralatan, booth, bahan baku awal, dan pelatihan tenaga kerja selama dua bulan. "Kami juga akan membantu mempromosikan di wilayah kerja mitra usaha," ujarnya.
Untuk lokasi usaha, Iwan menyarankan mitra memilih tempat strategis. Selain di mal, bisa di pasar atau dekat sekolah. "Yang penting tempatnya ramai," ujarnya.
Satu porsi nasi tempong dibanderol sekitar Rp 8.000. Dalam sehari, mitra ditargetkan bisa mengantongi omzet Rp 350.000. Itu sudah termasuk pendapatan dari penjualan minuman. Iwan membebaskan pilihan minuman yang akan dijual mitra usahanya.
Menurutnya, laba bersih dari usaha ini mencapai sekitar 50% dari omzet. Dengan laba sebesar itu, mitra bisa balik modal waktu tujuh sampai delapan bulan. "Kalau lokasinya benar-benar ramai bisa balik modal lebih cepat," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News