Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Keandalan barista atau peracik kopi profesional tidak bisa langsung muncul tanpa pengalaman dan pelatihan. Instruktur barista profesional berperan vital mencetak barista andal. Selain meracik kopi, instruktur barista juga mengajarkan estetika kopi. Saat ini masih minim tempat kursus khusus barista.
Kopi barangkali menjadi minuman yang banyak mempunyai penggemar di seluruh dunia. Selain nikmat, secangkir kopi memberi rasa tenang dan minimal dipercaya efektif sebagai pengusir kantuk.
Kendati menyeduh kopi bisa dilakukan siapa saja, racikan yang pas tentu menambah citarasa kopi semakin mantap. Di sinilah peranan barista, profesi peracik kopi, terasa penting bagi penyajian secangkir kopi nan nikmat, terutama di kafe dan kedai kopi.
Agar menjadi barista profesional, seseorang perlu mengikuti pelatihan. Saat ini, sudah ada tempat kursus yang mendidik barista profesional. Seorang pengajar kursus barista atau instruktur barista siap melatih calon barista, mulai dari pemilihan kopi, komposisi racikan, hingga estetika.
Salah satu instruktur barista ini adalah Franky Angkawijaya. Franky adalah pemilik sekaligus pengajar di Esperto Barista Course di Senayan, Jakarta.
Sebagai instruktur barista, ia tidak cuma mengajarkan cara meracik kopi yang nikmat. Dia juga mengajarkan serta menanamkan estetika tentang kopi, seperti cara membedakan kopi lewat aroma, rasa, serta selalu mengedepankan unsur kebersihan dalam bekerja.
Franky sudah berkecimpung dengan kopi selama 12 tahun. Menurutnya kopi lebih dari sekadar minuman, melainkan juga bagian seni. Instruktur barista harus mampu mencetak anak didiknya bisa menyajikan kopi nikmat full body. Artinya, kopi buatannya harus mampu menampilkan semua karakteristik di dalam kopi, mulai rasa, aroma hingga warna. "Itulah sebabnya segelas kopi di kafe atau kedai kopi premium sangat mahal," ujarnya.
Pengajar barista juga wajib memberi pengetahuan tentang mesin pembuat kopi kepada anak didiknya. Harga mesin yang mahal mencapai Rp 100 juta-an akan percuma jika sang barista tak lihai menggunakannya. Karena itu, di tempat kursusnya Franky membekali anak didiknya dengan praktek membuat kopi dengan mesin berbagai merek.
Walau baru setahun menjadi instruktur barista, pengalamannya sebagai penikmat kopi, pemasok kopi, dan mesin pembuat kopi, memantapkannya agar terus menekuni profesi ini. Sebagai penikmat kopi, Franky mengaku sudah pernah mencicipi dan merasakan semua jenis kopi dari berbagai belahan dunia.
Franky bilang, saat ini belum banyak tempat kursus barista yang memiliki metode pengajaran jelas dan kurikulum tetap. Tarif kursus yang hanya berlangsung tiga hari ini lumayan tinggi mencapai Rp 3,3 juta per orang.
Setiap bulan Esperto Brista Course bisa mengumpulkan uang Rp 60 juta dari 20 siswa. Kursus barista tidak hanya diikuti calon barista namun juga masyarakat umum yang kepengin menyeduh sendiri secangkir kopi nikmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News