kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pramuwisata berlisensi, lebih bergengsi dan berduit


Senin, 20 September 2010 / 11:17 WIB
Pramuwisata berlisensi, lebih bergengsi dan berduit


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi

Prambanan est un ensemble de 250 temples shivaites, construits au IX-e siècle sous la dynastie Sanjaya du premier royaume de Mataram dans la région de Java Centre. Ini penjelasan seorang pramuwisata lokal kepada sekelompok turis Prancis ketika menerangkan sejarah Candi Prambanan.

Pramuwisata atau juga bisa disebut pemandu wisata (guide) sangat dibutuhkan dan berperan penting dalam bisnis pariwisata. Pasalnya, para turis yang tengah berwisata tak cuma ingin menikmati pemandangan. Mereka juga ingin mengerti sejarah dan perkembangan lokasi yang dikunjunginya.

Tak cuma di Bali atau Yogyakarta, perkembangan bisnis pariwisata di seluruh Indonesia telah mendongkrak kebutuhan akan pemandu wisata yang berpengalaman. Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) I Nyoman Kandia mengatakan, pengguna jasa pramuwisata terutama biro perjalanan dan wisata, berbagai perusahaan, dan sekolah pariwisata.

Kebutuhan yang besar ini pula yang mendorong banyak orang berminat melakoninya, baik resmi maupun tak resmi. Tapi, Kandia, yang sudah menekuni profesi ini sejak tahun 1992 ini, mengeluhkan banyaknya pramuwisata ilegal yang ada di berbagai lokasi wisata.

Dicap ilegal karena para pemandu yang mengantar dan memberi penjelasan kurang valid ke para turis, tentang suatu objek wisata. "Kalau ketemu, biasanya diajak bergabung," ujarnya.

Para pemandu itu diikutkan tes bahasa secara gratis. Misalnya, menurut Ketua HPI DKI Jakarta Erwan Maulana, saat ini di Jakarta masih kekurangan pemandu yang mampu berbahasa Korea dan Rusia. Dengan mengikuti sejumlah tes itu, pramuwisata tidak berlisensi ini diharapkan bakal memiliki nilai jual lebih tinggi. Karena memiliki kompetensi dan bisa memberikan informasi yang benar ke para turis.

Adapun untuk menjadi pramuwisata profesional, seseorang memerlukan kualifikasi tertentu dan mengantongi lisensi resmi. Seperti, mengikuti kursus pramuwisata 121 jam yang diselenggarakan Dinas Pariwisata di masing-masing provinsi.

Syarat lainnya adalah menguasai setidaknya satu bahasa asing dan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. "Untuk Provinsi Bali, pramuwisata setidaknya bergelar D3," kata Kandia.

Tak cuma fasih bahasa asing, pramuwisata juga dituntut mengetahui berbagai sejarah objek wisata di tempatnya bekerja. Dia juga harus bisa bekerja sama dengan pelaku industri pariwisata hingga masalah pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) serta asuransi. Total, ada 13 kemampuan yang harus dikuasai pramuwisata.

Lisensi pramuwisata bertingkat. Pramuwisata Muda memiliki lisensi hijau dengan lingkup kerja di tingkat kota atau kabupaten. Di atasnya ada Pramuwisata Madya dengan lisensi kuning sampai tingkat provinsi.

Selanjutnya, Tour Leader dengan warna lisensi merah putih. Tingkatan ini bisa membuat program perjalanan, memimpin rombongan, membawa rombongan antarprovinsi hingga antarnegara. "Ada juga lisensi putih untuk pramuwisata minat khusus, seperti menyelam, museum, naik sepeda, wedding," imbuh Kandia.

Penghasilan mereka tergantung lokasi. Di Bali, tur grup sehari penuh bisa mendapat Rp 300.000 untuk 10 jam atau Rp 200.000 untuk 2 hingga 10 orang. Untuk konferensi, penghasilannya mencapai Rp 300.000 hingga Rp 500.000 sehari.

Ada juga penghasilan lain, seperti komisi 10% hingga 20% dari agen perjalanan, toko seni dan toko makanan. "Idealnya, seorang pramuwisata menghasilkan Rp 120 juta sebulan," kata Kandia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×