kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.692.000   25.000   1,50%
  • USD/IDR 16.400   0,00   0,00%
  • IDX 6.532   -116,15   -1,75%
  • KOMPAS100 968   -17,27   -1,75%
  • LQ45 762   -11,18   -1,45%
  • ISSI 199   -3,66   -1,81%
  • IDX30 395   -4,89   -1,23%
  • IDXHIDIV20 474   -4,27   -0,89%
  • IDX80 110   -1,83   -1,63%
  • IDXV30 116   -0,89   -0,76%
  • IDXQ30 131   -1,54   -1,17%

Penjual ikan pindang bertahan meski modal cekak (2


Rabu, 28 Oktober 2015 / 15:18 WIB
Penjual ikan pindang bertahan meski modal cekak (2


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi

Para penjual ikan pindang di Jalan Cijaura, Kecamatan Buah Batu, Bandung mengaku terkendala modal dalam mengembangkan usaha ini. Harga ikan yang tinggi memaksa para penjual ikan pindang ini membuat kolam ikan dan membudidayakan sendiri. Meski jumlahnya tak besar, hal ini efektif bagi usaha mereka.

Jika menilik ke belakang, keberadaan sentra penjualan ikan pindang di Jalan Cijaura Hilir, Kecamatan Buah Batu, Bandung sudah dikenal sejak 20 tahun silam.

Salah satu yang membuat daerah ini terkenal adalah karena para penjual adalah keturunan langsung dari pendahulu mereka yang merupakan pelopor usaha ini. Tak heran, jika para penjual ikan pindang ini begitu piawai membuat ikan pindang. Selain karena melakukannya setiap hari, mereka juga mewariskan resep dan bumbu masak dari leluhur mereka.

Meski begitu, para penjual ikan pindang di wilayah tersebut mengaku mengalami kendala modal sehingga kerap kesulitan membeli bahan baku ikan segar yang harganya cukup tinggi.

Untuk menyiasatinya, biasanya para penjual ini juga membudidayakan ikan di dalam kolam milik mereka. Meski jumlahnya tak banyak tapi hal ini dinilai efektif ketimbang harus membeli ikan segar dari Waduk Cirata, Bandung. Mereka pun tak berkecil hati dan mengaku tetap bertahan dengan modal cekak yang mereka miliki.

Nenden, salah satu pembuat dan penjual ikan pindang di daerah ini menuturkan bahwa pembuatan ikan pindang harus menjalani dua tahap proses masak. Hal ini ditujukan agar aroma amis dari ikan yang digunakan tak tercium lagi dan bumbu yang digunakan meresap ke dalam masakan. “Setelah dibersihkan, ikan kemudian direbus dan dimasukkan bumbu kuning dan penyedap rasa, setelah itu ikan dimasukkan lagi ke dalam baskom untuk direbus ulang bersama bumbu lainnya sehingga akhirnya matang dan siap dijual,” ucap Nenden.

Khusus untuk bumbu yang digunakan, Nenden mengaku saat ini menggunakan bumbu jadi yang dijual di pasar. Padahal, sebelumnya, dia mengaku sebelumnya rutin membuat bumbu sendiri.

Untuk bumbu jadi ini, dia membeli dengan harga yang disebutnya cukup murah yakni Rp 8.000 per bungkus. Selain bumbu kuning yang berisi kunyit, bawang merah, dan bawang putih, dia juga menggunakan gula dan penyedap rasa sebagai bumbu pelengkap.

Berbeda dengan Nenden, Danda Suganda, penjual ikan pindang di sentra ini justru mengolah sendiri bumbu untuk ikan pindangnya. Bumbu yang digunakan seperti lada, kunyit, cabe merah, bawang merah, sereh, daun salam, penyedap rasa, dan minyak kelapa. Bahan tersebut dicampur dan dihaluskan menggunakan blender. Danda mengaku merogoh kocek hingga Rp 750.000 untuk membeli bumbu ikan pindang ini sekali belanja.

Baik Nenden maupun Danda mengaku bahwa semua bumbu ikan pindang yang akan dimasak biasanya telah disiapkan sejak malam sebelumnya.

Untuk proses pembuatan ini Danda mengaku dibantu istri dan tiga orang saudaranya untuk memasak ikan pindang ini. Baik Nenden mapun Danda rata-rata menghabiskan 130 kilogram (kg) hingga 150 kg ikan pindang ke pasar setiap hari.

Danda dan Nenden memperoleh pasokan dari kolam ikan yang sama, yakni kolam ikan yang dibudidayakan oleh Danda.       

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×