Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Para penjual pisang epe di Pantai Losari, Makassar mengaku tidak ada persaingan tidak sehat di sentra ini meski menjajakan menu yang sama. Sebab, mereka menetapkan harga jual ke konsumen yang sama dan kualitas rasa produk pun sama. Alhasil, kualitas pelayanan tiap penjual saja yang membedakannya.
Sentra penjualan pisang epe khas Makassar di Pantai Losari sudah cukup populer di Sulawesi Selatan. Apalagi lokasinya yang berada di wilayah wisata pantai yang tersohor membuat setra ini mudah dikenal. Padahal, Pantai Losari bukan pantai berpasir seperti Tanjung Bira, Tanjung Bayang, tetapi hanya sebuah bangunan beton untuk menahan air laut yang terhampar di pesisir barat kota Makassar.
Gerobak-gerobak para penjual pisang epe yang berjejer rapi di sentra ini relatif memiliki ukuran dan desain yang sama. Sebagian besar gerobak ditempatkan menghadap Pantai Losari di Jalan Penghibur, Losari. Sisanya, berada di belakang Jalan Penghibur. Totalnya ada sekitar 120 gerobak berjajar di sentra ini.
Menurut salah satu pedagang di sana yakni Reihan Dahlan, gerobak-gerobak ini berasal dari kegiatan corporate social and responsibility (CSR) dari Bank BRI di tahun 2014 silam. Sebelumnya, gerobak milik Reihan dan kawan-kawannya sangat sederhana dan berukuran kecil. Semenjak ada bantuan dari korporasi dan perhatian dari Pemkot setempat, para pedagang di tempat ini bisa menjalankan usaha lebih layak.
Kondisi sentra yang membaik juga membuat pendapatan para penjual pisang epe ikut meningkat. Dulu, Reihan hanya bisa menjual sekitar lima sisir hingga delapan sisir pisang per hari. Saat ini, penjualan bisa mencapai 20 sisir sehari.
Kata Reihan, setelah pemekaran kawasan Pantai Losari, Pemkot memang menjadi lebih perhatian dengan kawasan ini. "Mereka ingin Pisang Epe menjadi kuliner khas Makassar yang juga sekalian bisa mengangkat pamor Pantai Losari," kata Reihan.
Meski para pedagang menjual produk kudapan yang sama, mereka mengaku tidak ada persaingan yang tidak sehat di tempat ini. Karena semua harga jual dipatok sama, bahan baku pisangnya sama dan rasanya juga sama. Yang membedakan hanya pelayanan dari tiap-tiap penjual saja. Penjualan hari ini banyak dan besok menurun sudah menjadi hal yang lumrah. "Jadi ya untung-untungan, saja kalau soal ramai sepi itu hal sudah biasa," kata Reihan.
Selain penjualan yang fluktuatif, Daeng Arief, pedagang pisang epe lainnya mengatakan, kendala yang muncul di sentra ini adalah ada beberapa preman yang sering keluyuran di sekitar kawasan Pantai Losari. Meskipun banyak satpol-PP yang sering menangkap preman di sana, namun ada saja beberapa yang masih berkeliaran. Hal itu tentu membuat pelaku usaha terkadang tidak merasa nyaman.
Tapi, itu tidak terlalu banyak mengganggunya. Masih banyak pengunjung suka ke sentra ini. Arif bilang, pelayanan para penjual cepat, jadi orang yang pesan tidak perlu menunggu lama. Arief juga tidak pelit untuk memberi keju yang melimpah untuk menggaet pengunjung.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News